Sosial Budaya

Pesta Pengantin Tanpa Panggung

pesta pengantin

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi*

Aku tidak bisa melupakan peristiwa pesta pengantin yang baru saja kuhadiri. Sebuah hajatan pernikahan pasangan pengantin yang unik, rileks, dan sederhana. Meskipun dari sisi biaya, kelihatannya tidaklah sederhana, menurut ukuranku. Karena perhelatan itu dilakukan di sebuah ruang pertemuan yang cukup mewah. Penilaian sederhana yang kumaksud, aku simpulkan atas dasar skenario rangkaian pesta yang dilakukan.

Misalnya, tepat pada jam sesuai yang tertulis di dalam undangan, pasangan pengantin muda ini sudah berdiri di depan pintu masuk ruang pesta. Hanya mereka berdua. Mereka menyambut dan menyalami semua yang hadir dan akan masuk ruangan. Setelah bersalaman, para tamu akan mengisi buku tamu, memasukkan amplop, dan mengambil sovenir.

Mereka langsung bisa menikmati hidangan makan minum yang tersedia. Ruangan itu juga menyediakan meja dan kursi yang cukup banyak untuk digunakan oleh para tamu sambil menikmati makanan.

Pengantin Lintas Budaya

Aku tidak bisa menebak adat apa yang dipilih oleh pasangan pengantin ini. Dari tampilan pakaian pengantin, misalnya, sungguh tidak mudah ditebak. Pengantin pria menggunakan pakaian mirip baju koko dengan celana cokelat muda. Ia bersepatu pantofel kulit warna hitam. Rambut hitam lebatnya tersisir rapi bergaya fade pompadour. Potongan rambut dengan bagian samping dan belakang yang tipis, namun bagian atas tetap panjang. Kulit wajahnya tetap polos tanpa make up apapun. Meski begitu, ia tetap mencukur beberapa bagian wajah yang ditumbuhi rambut tidak beraturan, dan membiarkan kumis tipisnya.

Sang perempuan tampak anggun dengan baju kebaya dan batik motif lawasan. Kain itu terkesan usang, namun semakin nampak jelas uniknya. Rambut hitam lebatnya tertata rapi, tertutupi oleh kerudung putih polos tembus pandang. Dia memilih sandal kulit cokelat tanpa hak. Membiarkan jari-jari kakinya yang lentik, panjang dengan kuku terawat apik itu jelas terlihat.  Dia terlihat cantik alami oleh minimnya make up di wajahnya. Bulu mata dan alis yang sudah tebal dari sononya, dibiarkan seperti apa adanya. Olesan lipstick tipis warna orange peach yang digunakan, membuatnya semakin tampak fresh and cheerful. Pilihan itu sangat pas, hingga mampu memunculkan aura kecantikan tanpa polesan.

Baca Juga: Seni Mengelola Konflik dalam Rumah Tangga

Setelah kurang lebih satu jam pasangan pengantin itu berdiri menyambut dan menyalami para tamu, mereka beranjak masuk ruangan pesta bersama dengan “Aki Lengser”. Alunan musik Sunda mengiringi langkah mereka yang berjalan dengan pelan, santai tanpa pendamping. Mereka berjalan menuju meja makan yang sudah dipenuhi para tamu. Begitu Aki Lengser keluar ruangan, musik otomatis berhenti.

Pasangan pengantin mendatangi teman-teman dekat, mengobrol, melayani foto bersama dengan berbagai gaya.

Sesampainya di mejaku, pasangan ini langsung menyapa hangat;

“Terima kasih, Mas, sudah datang. Ada pepes dan lalapan lho, Mas, bagi yang tidak suka daging…”.

Aku bertanya dengan sopan;

“Ayah dan Ibu di mana, ya, duduknya?”

“Oh, mereka ada di meja depan tuh, Mas… biasa, ngobrol dengan saudara-saudaranya. Ini kan jadinya kayak reunian ya… ” jawabnya

Selama pesta berlangsung, para tamu dimanjakan oleh alunan musik dari atas tumpukan papan yang letaknya jauh di pojok. Ada dua orang penyanyi laki-laki dan perempuan. Mereka diiringi oleh pemain piano, pemetik bas, dan peniup saxophone.

Lagu-lagu yang mereka nyanyikan begitu apik memanjakan telinga. Kualitas sound system-nya sangat jernih. Ada beberapa lagu yang lekat di telingaku, seperti Autumn Leave, Route 66, Mack the Knife, Fly Me to the Moon. Tiupan saxophonenya begitu dahsyat saat melantunkan lagu On the Sunny Side of The Street. Enak sekali di telinga. Gemuruh tepuk tangan para tamu menandakan apresiasi spontan mereka, usai lagu itu dinyanyikan.

Petugas pengatur suara dalam pesta ini rupanya begitu cermat mengontrol volume suara. Prinsipnya, suara musik dan penyanyi harus bisa menghibur para tamu. Bukan sebaliknya. Oleh karena itu, kontrol terhadap kualitas dan volume suara begitu ketat.

Semua orang yang ada di ruangan, harus tetap bisa mengobrol satu sama lain dengan enak, tanpa terganggu oleh suara musik.

Konsep Pernikahan

Pengantin muda ini harus segera berpisah setelah 2 (dua) minggu pesta pernikahan. Sang pria mendapat beasiswa ke Belanda. Sang puan harus belajar ke Inggris.

Mereka meyakini, bahwa pernikahan adalah perjanjian berat, sakral yang-sebisa mungkin-terjadi hanya sekali dalam hidup mereka.

Pernikahan tidak hanya memformalkan sebuah hubungan, ataupun sekadar melegalkan persetubuhan. Ia jauh lebih dalam maknanya dari itu semua.

Pesta pernikahan adalah wujud rasa syukur atas tumbuhnya komitmen mereka dalam membangun rumah tangga. Untuk itu, seunik apapun perhelatan pesta yang dilakukan, ada proses panjang yang harus terlebih dahulu mereka lewati. Dengan penuh kesabaran dan rasa hormat, mereka menegosiasikan prosesnya kepada kedua orang tua masing-masing, hingga pesta pernikahan itu bisa dilakukan dengan konsep mereka.

Bagi pasangan pengantin, keinginan kedua orang tua mereka tetaplah penting untuk diakomodasi. Bagi orang tua, pernikahan adalah momentum untuk melepas anak kesayangan menuju kehidupan baru penuh kemandirian. Secara otomatis, orang tua harus mengikhlaskan putra-putrinya dalam merangkai kehidupan baru, tanpa ada campur tangan orang tua.

Pasangan pengantin ini mengakomodir semua keinginan kedua orang tua mereka dalam presesi ijab kabul. Dalam acara itu, mesti ada sambutan dari pihak keluarga pengantin pria dan perempuan. Ada ceramah agama, ada doa panjang dan seterusnya. Semua rangkaian prosesi pesta pernikahan konvesnional itu tetap dilakukan di hari pernikahan.

Adapun pesta pernikahan di gedung, tetaplah dengan skenario pasangan pengantin, meski tanpa ada pembawa acara, sambutan panjang, nasihat perkawinan, dan seterusnya. Sebuah pesta pernikahan tanpa panggung, karena seisi ruangan itu adalah panggung, dan para pengunjung adalah pemain sekaligus penontonnya.

*Ketua PRM Legoso – Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *