
Sc: Bonsernews.com
Oleh: Lesti Kaslati Siregar*
Pernahkah kamu berbicara dengan seseorang namun ia malah meresponsmu dengan terus memperhatikan ponselnya? Jika iya, maka kamu sedang berhadapan dengan seseorang yang melakukan tindakan phubbing.
Phubbing merupakan akronim dari phone-snubbing yang berarti perilaku mengacuhkan lawan bicara dan lebih memilih memperhatikan ponsel saat sedang berinteraksi secara langsung. Istilah ini pertama kali disebut oleh salah satu media di Australia pada 2010. Phubbing hadir untuk menggambarkan fenomena yang marak terjadi. Kondisi ini sebenarnya tidak dapat dielakkan mengingat saat ini ponsel menjadi salah satu kebutuhan mendasar seseorang.
Seseorang yang selalu melakukan tindakan phubbing secara terus menerus disebut dengan chronic phubber. Ada banyak faktor mengapa seseorang menjadi chorinic phubber, yaitu memiliki kecemasan sosial dan depresi yang tinggi, kecanduan internet, fear of missing out (FOMO), sampai kurangnya kontrol diri ketika berhadapan dengan situasi tertentu. Meskipun perilaku phubbing mungkin tidak tampak seperti masalah besar, namun tindakan ini dapat merusak hubungan dan kesehatan mental kita lho, Sobat Muda!
Meski tampak remeh, gestur phubbing menunjukkan bahwa kita tidak mengedepankan etika saat berkomunikasi. Kita bisa dianggap tidak sopan atau menghina lawan bicara. Kebiasaan seorang chronic phubber berpotensi merusak hubungannya dengan orang lain. Seorang suami yang chronic phubber akan menjadi bibit dalam rusaknya hubungan rumah tangga karena si istri merasa dicueki ketika sedang berbicara. Begitupula seorang ibu yang asik dengan ponselnya dan tak mengacuhkan anaknya yang sedang meminta sesuatu. Tentu kebiasaan ini sangat menyakitkan jika terus menerus dilakukan.
Baca Juga: Pick Me Girl: Fenomena Diskriminasi Berkedok Tampil Beda
Begitu besar dampak yang ditimbulkan phubbing. Maka dari itu, kita perlu mengetahui bagaimana cara mengatasi hal tersebut. Seseorang dapat terhindar dari kebiasaan ini jika ia bijak dalam menggunakan ponselnya dan dapat memahami siapa dirinya. Jadilah pribadi yang menyenangkan, yaitu orang-orang yang ramah, kooperatif, sopan dalam hubungan interpersonalnya.
Nah, lantas bagaimana jika seseorang sudah terlanjur menjadi chronic phubber? Apa yang dapat dilakukan? Jika sudah menjadi chronic phubber, Sobat Muda dapat melatih diri untuk membuat aturan yang ketat. Misalnya, letakkan ponsel saat sedang makan atau saat sedang berbicara dengan keluarga di rumah. Sobat Muda dapat mengubah mode ponsel menjadi “jangan ganggu” atau silent. Tinggalkan gawai sejenak untuk dapat berinteraksi secara tatap muka dengan orang lain.
Sobat Muda bisa membatasi penggunaan ponsel dalam situasi apapun, dan yang paling penting adalah kita harus dapat mengontrol diri kita sendiri. Sementara bagi Sobat Muda yang justru sering menjadi “korban” para chronic phubbing, bisa mencoba untuk mengubah perspektif. Jangan mudah tersinggung dan bersabarlah saat seseorang lebih memilih memperhatikan ponselnya saat berbicara dengan kita. Bisa jadi teman ngobrol kita sedang membalas pesan yang bersifat darurat. Tidak ada salahnya pula jika Sobat Muda menegur teman yang sedang melakukan phubbing. Tentu saja dengan cara yang sopan. [10/23]
*Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Anggota Majelis Dakwah Digital PW Aisyiyah DKI Jakarta, Pegiat KAP UNICEF