Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadoyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) menyelenggarakan kegiatan “Penguatan AIK dalam Penyusunan Perangkat Pembelajaran” melalui zoom meeting, Kamis (07/10). Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan pencerahan terkait cara pengintegrasian AIK dalam RPS sehingga dapat diimplemetasikan dengan tepat dalam proses pembelajaran.
Prima Gusti Yanti selaku Ketua Prodi PBSI menyampaikan, “penguatan AIKA dalam kurikulum karena memang menjadi wacana sekarang adalah pengintegrasian keilmuan AIK dalam proses pembelajarann kita, dan itu sudah dicanangkan oleh LP3 sehingga pada form RPS terbaru terdapat unsur tersebut. Seperti apa bentuk integrasinya? Untuk hal itu, kami mengundang Pak Izza agar kita mendapat pencerahan bagaimana cara pengintegrsian AIK dalam proses pembelajaran kita. Dengan demikian, ketika kita menulis RPS pun hal tersebut juga kita implementasikan,” tuturnya.
Di lain pihak, Izza Rohman selaku Wakil Dekan IV memaparkan, “yang paling memberi kontribusi berarti adalah ketika kita menyajikan hal yang relevan dengan materi pembelajaran dengan sub CPNK itu. Pada perkuliahan filsafat ilmu, ketika membahas sumber epistemologi ilmu umumnya literatur menyebut 2 (dua) pokok yang besar, yaitu rasional dan empirisme, begitu kita masukkan wahyu sebagai salah satu sumber pengetahuan maka itu ada integrasi kelimuan AIK. Artinya, terdapat penegasan terkait poin integrasi yang ada di materi pembelajaran yang disampaikan. Kolom integrasi AIK dalam RPS untuk membantu kita ingat selalu bahwa di setiap materi pembelajaran bahwa ada peluang untuk melakukan integrasi untuk melakukan nilai AIKA”.
Baca Juga: Diplomasi Profetik dalam Relasi Aktor Internasional
Izza menabahkan, menghadirkan kolom integrasi AIK di RPS bisa dilakukan dengan mengutip ayat, hadits, rumusan ideologi Muhammadiyah, putusan tarjih Muhammadiyah, dan/atau sejarah Muhammadiyah. Hal itu adalah dalam rangka menunjukkan ciri profetik dalam proses perkuliahan di Uhamka.
Menurutnya, “sekarang tentu nilai profetik langsung bisa ditunjukkan dengan kolom integrasi dengan nilai AIK, walaupun di situ tidak terbatas pada nilai AIK; bisa saja antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu yang lainnya, satu mata kuliah lain, bisa saja di situ juga tempatnya. Tapi sekurang-kurangnya kita memasukan nilai AIK menjadi sesuatu untuk kita. Itulah ciri kita sebagai kampus profetik”.
“Saya sepakat dengan apa yang disampaikan Pak Irwan. Kita punya struktur yang mungkin membantu proses integrasi keilmuan itu lebih baik, bukan semata RPS. RPS itu bagus sekali, lalu kemudian di situ kita perkuat lagi. Jadi semua sejalan antara proses pembelajaran di ruang kelas seperti apa. Di era daring bukan hal yang mudah,” tambahnya. (abdul latif)