Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada Jumat (19/3) mengadakan kegiatan Refreshment Qaryah Thayyibah MAMPU ‘Aisyiyah yang dilaksanakan secara daring, yang diikuti oleh para Pimpinan Wilayah serta Pimpinann Daerah ‘Aisyiyah.
Dalam kegiatan tersebut turut dipaparkan Hasil Studi Kelompok Rentan di Tengah Pandemi yang dilakukan oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam Program MAMPU pada tahun 2020 lalu.
Dari riset yang berhasil dilakukan di 14 Kabupaten, 49 Kecamatan, 85 Desa atau Kelurahan dengan melibatkan 2062 responden tersebut, PPA mencatatkan beberapa temuannya bahwa dalam situasi pandemi Covid-19 sangat memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan ekonomi warga miskin juga terhadap akses layanan kesehatan perempuan dan anak.
“Strategi bertahan hidup yang paling banyak dilakukan oleh petani adalah memilih berhutang, kemudian mencari akses pasar, berganti jenis tanaman yang ditanam, mengkomunikasikannya kepada kelompok tani, memilih berganti profesi, mengolah hasil pertanian, namun tidak sedikit juga yang memilih tidak melakukan apa-apa dikarenakan ketiadaan akses,” tukas Heny Hikmawati selaku bagian dari Program MAMPU Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.
Selain itu, Heny juga menekankan bahwa sebagai warga terdampak, sebanyak 44 persen responden yang berprofesi sebagai petani dapat menerima bantuan. Namun terdapat 55 persen yang tidak menerima bantuan baik dari pemerintah, ormas, kelompok tani, swasta, tempat ibadah, keluarga. Lebih lanjut, tergambar juga bahwa pandemi memutus rantai penghasilan sebagian besar responden. “73 persen responden menyatakan penghasilannya berkurang, 43 persen responden mengaku berpenghasilan kurang dari 500.000 per bulan,” jelas Heny.
Hasil riset ‘Aisyiyah menunjukan bahwa ada ragam masalah pada implementasi program bantuan sosial. Terdapat 33 persen yang menyampaikan belum terdaftar dalam DTKS dan berdasarkan data wawancara pada perangkat desa atau Tim satgas Covid-19 di 85 desa, 58 persen menyatakan masih ada kesalahan data penerima Bansos di luar program BLT DD.
Heny juga menjelaskan bahwa bantuan sosial juga belum banyak menyasar secara spesifik pada kebutuhan khusus perempuan dimana baru 38 persen ibu hamil yang menyatakan mendapatkan bantuan.
“Salah satu rekomendasi yang ada bahwa dalam kondisi respons bencana, diperlukan strategi-strategi recovery jangka panjang untuk pemberdayaan ekonomi kelompok yang terdampak sesuai dengan profesinya misalnya petani, nelayan, buruh, karyawan, pekerja nonformal, dan juga pelaku UMKM,” ungkap Tri Hastuti Nur Rochimah selaku Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. (Tami)