Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah- Muhammadiyah asumsikan new normal pada seruan new reality, yaitu menormalisasikan realitas kehidupan saat ini dengan berpegang pada protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Pada diskusi (13/06) yang bertemakan “Persiapan Fisik dan Mental Menyambut Tatanan Kehidupan Baru (Pasca Pandemi)” mengundang dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad., M.Kes., MMR selaku Direktur RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta/Ketua MPKU PWM DIY dan Budi Santoso, S.Psi. dari MCCC Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mengupas tatanan – tatanan baru yang harus diadaptasi oleh masyarakat perihal new reality (new normal).
Pemerintah beserta jajarannya dalam mengeluarkan kebijakan sedemikian rupa tangani pandemi Covid-19 rupanya belum cukup maksimal. Hal ini ditandai dengan adanya lonjakan kedua pasca pelonggaran PSBB yang baru saja dibuka “Begitu pentingnya perencanaan yang matang. Perlunya kejelasan pemerintahan dalam membuat kebijakan,” tegas dr. Ahmad Faesol tanggapi kebijakan pemerintah. Menurutnya pelonggaran PSBB ini justru menambah jumlah kasus dan memperpanjang masa pandemi. Meski pemerintah berdalih pada pengembangan ekonomi, namun hal tersebut justru menempatkan rakyat pada kondisi bahaya.
dr. Ahmad Faesol menjelaskan bahwa tren virus saat ini tidak menunjukkan gejala secara fisik pada seseorang. Sehingga dengan adanya pelonggaran PSBB ini sangat membuka peluang penyebaran virus dari satu orang kebanyak orang lainnya. Harusnya pemerintah meninjau ulang apakah Indonesia sudah memenuhi daripada syarat pelonggaran PSBB itu sendiri yang mencakup transmisi Covid-19 yang dapat dikendalikan, pusat kesehatan masyarakat yang mumpuni dalam mengidentifikasi, isolasi, menguji, melacak kontak serta mengakarantina. Selain itu peninjauan terkait risiko wabah yang bisa diminimalkan melalui kebijakan yang ketat meliputi risiko penyebaran imported dan adanya langkah – langkah pencegahan di tempat kerja secara masif.
Lebih lanjut, dr. Ahmad Faesol mengharapkan masyarakat untuk menanggapi new normal menjadi new reality. Masyarakat harus memandang realitas pandemi ini dan mengubah pola hidup agar dapat bertahan, salah satunya melalui reframing dan memunculkan pikiran positif untuk beradaptasi di situasi pandemi. Mulai mencoba produktif, menerima perubahan serta menumbuhkan kesadaran akan pola hidup sehat. Selain itu penuhi perelengkapan diri dalam rangka menjaga keselamatan diri dan orang lain tentunya dengan menambah wawasan edukasi kesehatan sehubungan dengan Covid-19.
Budi Santoso, S.Psi, menambahkan bahwa dalam perjalanan tangani wabah Covid-19, Muhammadiyah mendukung penuh untuk bersama hadang wabah tersebut. Disampaikan bahwa narasi Muhammadiyah tidak menggunakan kata new normal akan tetapi menggunakan kata progresif tanggap darurat, Muhammadiyah terus mendorong pada upaya stay at home kepada masyarakat khusunya jamaah Muhammadiyah “Tidak ada kondisi new normal dan transisi, tetapi tanggap darurat,” ujar Budi Santoso.
Melalui kiprah MCCC, Muhammadiyah upayakan diseminasi informasi terkait Covid-19 di berbagai program salah satunya Sikuvid dan Sikevid “Kami menyediakan perangkat sikuvid dan sikevid untuk mengukur seberapa kesiapan mental kita menghadapi covid ini dan seberapa kuat imunitas tubuh kita,” pungkasnya. (Budi Santoso -Tim Media MCCC PP Muhammadiyah)
Sumber Ilustrasi : https://metro.tempo.co/read/1333504/pengamat-nilai-psbb-jakarta-harus-diubah-jika-diperpanjang