Samarinda, Suara ‘Aisyiyah – Senin (11/10) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Kalimantan Timur dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Samarinda menyambut Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (LPPA-PPA), Alimatul Qibtiyah. Kehadiran Alim adalah dalam rangka memberikan Bimbingan Teknis Pernikahan Mandiri (Bimtek Pernikahan Mandiri) yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama.
Ketajaman, kejelian, serta semangat ibu-ibu PWA melihat dan mendengar kehadiran Alim ke Kaltim segera ditanggapi dengan “menculik” Alim untuk mengadakan pertemuan yang dikemas dengan tema “Penguatan Organisasi di Masa Pendemi”.
Acara pertemuan singkat dengan Alimatul Qibtiyah berjalan dengan lancar. Hadir dalam pertemuan tersebut adalah Zulaikah, Purwati, Cholifah, Suhartini, Nurhayati Tappa, Susiyati, Zubaidah, Siti Aminah, Maryam, Harminah, Afrida, Isna, Sumarni, dan perwakilan dari PDA Samarinda.
Dalam pertemuan itu, Alim berpesan antara lain: pertama, LPPA harus selalu update data, sebagai informasi penting bagi pengembangan LPPA dan memudahkan akses keterbukaan.
Kedua, manajemen dan komitmen. Strategi para anggota pimpinan harus mengerami telurnya agar menetas. Maksudnya, anggota pimpinan harus mengawal program dari awal sampai akhir. Berusaha selalu menyisihkan waktunya untuk ‘Aisyiyah, bukan menyisakan waktu untuk ‘Aisyiyah.
Ketiga, menjaga identitas Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Identitas yang dimaksud adalah melalui perempuan berkemajuan dan ‘Aisyiyah berkemajuan sebagai umat tengahan, tidak ekstrem kiri dan tidak ekstrem kanan.
Baca Juga: Siti Bazaroh Harawi: Bendahara Pertama Aisyiyah
Alim juga mengingatkan pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir: “sikap Muhammadiyah terhadap keyakinan ada Nabi setelah Nabi Muhammad adalah tidak sesuai dengan Islam yang dipahami Muhammadiyah”.
Selanjutnya, Alim mengingatkan tentang fikih perempuan, yakni gagasan yang ditarjihkan setelah melalui proses dan diskusi panjang sampai 11 tahun, dan diterbitkan buku Adabul Mar’ah fi Al-Islam.
Alim menyampaikan dan mengingatkan bahwa selama pandemi Covid-19, banyak terjadi peristiwa yang membuat perubahan pola kehidupan dalam masyarakat dalam berbagai sendi kehidupan. Salah satu di antaranya adalah: akibat korban meninggal dan korban di PHK menyebabkan seorang istri harus menjadi kepala keluarga yang mencukupi segala kebutuhan keluarga.
‘Aisyiyah melalui Keluarga Sakinah, Fikih Perempuan, dan Fikih Anak diharapkan dapat membantu memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan keluarga yang mengalami berbagai krisis (krisis mental, krisis sosial, krisis ekonomi, dan lain-lain). Pimpinan dan anggota ‘Aisyiyah diharapkan tidak bermental hitung-hitungan (secara ekonomi) dalam perjuangannya. Menjaga kualitas dan kuantitas kerja, kerja ikhlas lahir batin dengan keyakinan bahwa Allah swt. yang akan membalas di dunia maupun di yaumil akhir kelak. (susiyati)