Jayapura, Suara ‘Aisyiyah – Majelis Hukum & HAM (MHH) dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Papua mengadakan sosialisasi “Pencegahan Bullying dan Dating Violence” dalam rangkaian Milad ke-108 H ‘Aisyiyah serta Syiar Muktamar ke-48 di Surakarta. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai sikap kepedulian PWA Papua terhadap kasus bullying di sekolah.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima setidaknya 37.381 laporan perundungan dalam kurun waktu 2011 hingga 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.473 kasus disinyalir terjadi di dunia pendidikan. KPAI juga mencatat, sepanjang tahun 2021 ada 17 kasus yang melibatkan peserta didik dan pendidik.
Sosialisasi ini ditujukan kepada 70 orang siswa-siswi kelas IX SMP Muhammadiyah Jayapura pada Rabu (9/3) secara tatap muka.
Kepala SMP Muhammadiyah Jayapura Yuli Setyowati dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada PWA Papua yang telah berkenan memberikan materi ini. Menurutnya, terkadang siswa merasa tidak mengalami bullying, padahal sebenarnya ia sedang di-bully. “Di sekolah ini pernah terjadi bullying, dan setelah mendapat pencerahan semoga tidak terulang lagi,” ujarnya.
Baca Juga: Peran Orang Tua dalam Perundungan Siber
Narasumber pertama Sutinah memberikan materi terkait dating violence (kekerasan dalam berkencan). Ia menekankan bahwa sebenarnya tidak ada istilah pacaran di dalam Islam, sehingga perbuatan itu dipandang sebagai perzinaan terselubung.
Narasumber kedua Wahyu Widayati menekankan agar para siswa menyadari apakah sedang mengalami bullying atau bahkan sedang melakukan bully. Materi yang disampaikan meliputi: (a) dampak bullying bagi pelaku, korban, dan yang menyaksikan; (b) cara pencegahannya melalui anak itu sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta mengingatkan agar jangan mengganggu orang lain yang lebih lemah.
Wakil Ketua PWA Papua yang membidangi Hukum dan HAM Endang S. Handayani menyampaikan bahwa ‘Aisyiyah berupaya terus bergerak maju, di antaranya dengan melakukan sosialisasi untuk pencegahan bullying dan mendukung sekolah serta lingkungan lainnya, membantu yang terlibat bekerja bersama anak-anak untuk dapat memahami definisi dari saling menghormati.
Menurutnya, kondisi psikis remaja masih labil karena berada pada fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya. Oleh karena itu, kata Endang, orang tua, guru, dan masyarakat punya peran penting untuk memberi pengajaran dan contoh yang baik. (purwi lestari/sb)