Makkah-Suara ‘Aisyiyah. Dukhul! (Masuk). Petugas bersuara keras. Jemaah maupun petugas yang sudah berjejer antri dari sekitar bab (pintu) 360 masjid Nabawi pun segera masuk ke pintu Raudhah.
Derap kaki yang bergegas terdengar seiring membaurnya jemaah mencari barisan antrian. Petugas perempuan berbaju hitam, mengunakan rompi warna coklat, berkerudung dan bercadar hitam tampak mengatur barisan. “One line”, teriaknya meminta jemaah berbaris rapi.
Sembari menunggu instruksi untuk maju ke bagian raudhah, ada saja yang dilakukan jemaah. Ada yang mengambil mushaf Quran dari rak dan membacanya atau membaca Quran dari handphone. Ada juga yang bershalawat.
Ada yang berdoa. Namun ada pula yang berusaha menelfon keluarga sekadar mengabarkan sedang berada di Raudhah dan bersiap untuk berdoa.
Saat tiba giliran memasuki Raudhah, semua bergegas mencari tempat dan melakukan shalat. Usia shalat, doa-doa pun dipanjatkan di tempat mustajab sembari tak lupa meminta syafaatnya.
….
Raudhah banyak menjadi tujuan para jemaah haji maupun umrah saat berada di Madinah. Ia dikenal sebagai tempat yang mustajab bagi doa-doa yang dipanjatkan.
Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda: ‘’Di antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudah (taman) di antara taman-taman surga.’’ (H.r. Bukhari)
Raudhah, sebagaimana disebutkan dalam Hadis tersebut, merupakan sebuah tempat di antara rumah Rasul (rumah ‘Aisyiyah yang sekarang menjadi makam Rasulullah) dengan mimbar nabi yang berada di kawasan masjid nabawi.
Rasul pun menyebutnya sebagai taman surga. Luas Raudah membentang dari arah timur ke barat sepanjang 22 meter dan dari utara ke selatan 15 meter.
Kini, untuk masuk ke Raudhah, jemaah harus menggunakan aplikasi nusuk atau tasreh rombongan. Jemaah pun tidak lagi bisa masuk setiap waktu karena terbatas hanya sekali dalam setahun.
…
Lantunan shalawat tak henti diucapkan sejak berangkat dari hotel, sepanjang jalan, hingga berada di kawasan Raudhah. Shalawat pada kekasih Allah, Muhammad saw.
Saat menanti antrian masuk Raudhah, kita bisa merasakan ribuan jemaah serasa tak sabar akan ‘bertemu’ dengan Muhammad kekasih Allah. Getar rasa ini seakan menunjukkan begini lah selayaknya umat Islam harus mencintai dan merindukan nabinya.
Mencintainya dengan mengikuti sunnahnya dan melanjutkan estafeta dakwahnya. Muhammad yaa rasulullah.
Tantangan dakwah rasulullah pun bisa kita rasakan sepanjang perjalanan di Makkah dan Madinah karena emaah tidak jarang mengunjungi beberapa situs penting sejarah nabi, mulai terjalnya gua Hira, jabal uhud, masjid Quba, hingga lokasi perang Badr.
Itu semua mengingatkan kita pada luar biasanya perjuangan dakwah Muhammad dan para sahabat mensyiarkan Islam. Lagi-lagi penuh takjub dan kagum pada baginda Rasul. Tak heran, Raudhah adalah penawar kerinduan pada Muhammad, sang habiballah. (hajar ns)