Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat angkat momen kemerdekaan sebagai tema kajian kali ini. Uum Syarif Usman selaku narasumber menyampaikan banyak hal yang sepatutnya dikaji dan dievaluasi, utamanya oleh pemerintah dan masyarakat secara umum.
Menurut Uum, momen kemerdekaan ini harus dimaknai dengan baik alih-alih ber-euforia dengan kegiatan yang tidak ada substansinya. Ia mengingatkan semua orang untuk melakukan refleksi dan introspeksi diri pada momen tersebut, “Mari kita melakukan refleksi, mari kita bercermin.”. Menurutnya, dalam al-Hasyr ayat 18 telah diperintahkan bagi setiap yang beriman agar melakukan evaluasi dan introspeksi tentang masa lalu sebagai bentuk takwa kepada Allah swt.
Dengan demikian, refleksi kesejarahan Indonesia bagi Uum adalah sebuah keharusan. Mudir Pesantren Muhammadiyah al-Furqan Singaparna ini menyebutkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 itu adalah sebuah titik kulminasi perjuangan panjang bangsa. “Para founding father ingin agar kita menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat” tegasnya.
Baca Juga: Mengenang Peristiwa 18 Agustus 1945
Selanjutnya, ia kembali pada esensi dan cita-cita kemerdekaan yang telah disusun dahulu. “Sekarang kita kembali ke internal dulu, mulai dari tata kelola pemerintahan yang tiap ada kebijakan suka membuat kita semua kaget.” ujarnya sambil terkekeh. Selain itu, problem-problem lain seperti kerusakan lingkungan, disharmonisasi sosial, dan ketimpangan, bagi Uum masih menjadi pemandangan sehari-hari bagi masyarakat indonesia.
“Salah kelola negara ini jangan sampai terus menerus. Kalau masyarakat tidak puas dan terakumulasi dalam suatu gerakan, nanti jadi repot.” tegas Uum. Ia juga menyayangkan para penyelenggara pemerintahan yang belum bisa menerima kritik dan saran dengan baik. Alih-alih melakukan evaluasi, yang dilakukan justru menyewa influencer untuk memberikan pendapat sesuai favoritisme penguasa.
Pun demikian Indonesia di dunia internasional. “Diplomasi pemerintah kita masih lemah. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di Indonesia, pengaruh kita terhadap kemerdekaan Palestina masih belum kuat.” ujarnya.