Berita

Refleksi Ketua Umum PP Muhammadiyah di Hari Pahlawan

Haedar Nashir
Haedar Nashir

Haedar Nashir

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Banyak tokoh Muhammadiyah yang mengabdi untuk bangsa dan negara. Melalui momentum Hari Pahlawan ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengenang jasa para pahlawan yang lahir dari persyarikatan Muhammadiyah.

“Para pahlawan yang terkait langsung dan memiliki kedekatan serta sosial original dengan Muhammadiyah telah hadir menjadi bagian dari perjuangan pahlawan bangsa,” ujarnya pada Selasa (09/11).

Kiai Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan diangkat menjadi Pahlawan Nasional karena turut membangkitkan pembaruan Islam, pergerakan perempuan, dan pendidikan nasional melalui organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.

Kader Hizbul Wathan Soedirman pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional lantaran berjuang mengangkat senjata melawan penjajah. Soekarno dan Fatmawati sebagai dua sosok yang lahir dari rahim Muhammadiyah turut mendapat gelar Pahlawan Nasional berkat kontribusi dan kegigihannya untuk bangsa dan negara.

“Kiai Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah-Aisyiyah telah diangkat menjadi pahlawan nasional. Begitu pula dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dikenal sebagai pejuang perang gerilya dan Bapak TNI-Polri. Demikian juga Soekarno dan Fatmawati lahir dari pergerakan Muhammadiyah dan menjadi bagian dari Muhammadiyah, biarpun tentu semuanya milik bangsa,” ujar Haedar.

Baca Juga: Soekarno: Sekali Muhammadiyah, Tetap Muhammadiyah

Ada pula nama Gatot Mangkoepradja yang dianugerahi Pahlawan Nasional. Ia merupakan sosok di balik pembentukan Tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Begitu pula dengan Nani Wartabone merupakan seorang tokoh perjuangan Indonesia asal Gorontalo dan penentang kolonialisme yang aktif berorganisasi di Muhammadiyah. Tidak lupa pula dengan Mas Mansur, Pahlawan Nasional yang ketika Jepang berkuasa, dirinya satu dari empat tokoh nasional yang sangat diperhitungkan.

“Para tokoh Muhammadiyah yang lain ada Gatot Mangkoepradja yang bergerak di PETA, ada Nani Watabone dari Gorontalo, serta tokoh-tokoh Muhammadiyah yang langsung berkiprah sebagai bagian dari pergerakan Muhammadiyah, seperti Mas Mansur yang masuk dalam tokoh Empat Serangkai,” kata Haedar.

Beberapa nama lain yang menjadi Pahlawan Nasional yang mempunyai hubungan dekat dengan Muhammadiyah adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Kahar Muzakkir.

“Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Kahar Muzakkir, yang sangat menentukan di dalam detik-detik krusial ketika tujuh kata dicoret dalam formula Pancasila paling awal. Mereka bertiga bersama dengan Soekarno, Hatta, dan Teuku Hassan sangat berperan dalam negosiasi dan kompromi untuk keutuhan bangsa Indonesia sehingga lahirlah sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan yang Maha Esa sebagai titik kompromi,” tutur Haedar.

AR Baswedan yang sejak remaja aktif sebagai muballigh Muhammadiyah dan menjadi salah satu Diplomat pertama Republik Indonesia diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Begitu pula dengan Ir. Juanda, kader Muhammadiyah yang dikenal sebagai Bapak Kemaritiman Indonesia.

Ada juga tokoh literasi nasional yang gigih melawan Belanda yaitu KH. Fakhruddin dan ulama kharismatik dengan sejumlah karya sastra, yaitu Prof. Hamka, keduanya juga diangkat Pahlawan Nasional.

“Kita juga mencatat AR Baswedan yang juga dari keluarga besar Muhammadiyah serta Ir. Juanda sebagai tokoh yang melahirkan Deklarasi Djuanda serta berhasil menyatukan kepulauan dalam satu kesatuan. Ada juga KH. Fakhruddin tokoh literasi nasional dan Prof. Hamka ulama kharismatik dengan sejumlah karya sastra dan keislaman, turut dianugerahi pahlawan nasional,” ungkap Haedar.

“Dari rahim Muhammadiyah ada sekitar 15 tokoh yang menjadi Pahlawan Nasional berkhidmat sepenuhnya untuk bangsa. Mereka hadir tidak untuk dirinya, tidak untuk kroninya, tidak untuk golongannya, tetapi melintas batas untuk indonesia dan peran kemanusiaan semesta. Dari Muhammadiyah untuk bangsa dan negara,” tegasnya. (ppm/sb)

Related posts
Berita

Tri Hastuti Dorong Warga Aisyiyah Kawal Demokrasi di Indonesia

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Menghadapi momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, banyak pertanyaan dari warga ‘Aisyiyah menyangkut pilihan dan keberpihakan ‘Aisyiyah. Sekretaris Umum…
Berita

Abdul Mu’ti Ajak Warga Muhammadiyah Sikapi Pemilu 2024 dengan Arif dan Bijaksana

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – PP Muhammadiyah mengawali Pengajian Umum tahun 2024 dengan mengusung tema “Muhammadiyah dan Pemilu 2024”. Pengajian yang berlangsung secara…
Sosial Budaya

Adaptasi Teknologi Muhammadiyah: Catatan dari Gen Z

Oleh: Avra Abida El Ravi Lahir dan besar di keluarga Muhammadiyah tidak lantas membuat seseorang merasa dirinya adalah kader Muhammadiyah. Ini dialami…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *