
Unisa Yogyakarta
“…perubahan status Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta menjadi Unisa berhasil dicapai berkat ikhtiar yang kuat dan doa yang tak kunjung padam,” ujar Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini.
***
Jamak diketahui, salah satu bidang gerak ‘Aisyiyah pada masa awal pendiriannya adalah di bidang kesehatan. Di antara alasannya adalah karena angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Pada tahun 1923, Muhammadiyah-‘Aisyiyah mendirikan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).
Di internal Muhammadiyah–‘Aisyiyah, kesadaran akan pentingnya kesehatan ibu dan anak beriringan dengan dorongan agar perempuan bisa maju dan sejahtera. Kesadaran tersebut disusul dengan inspirasi untuk mendirikan institusi pendidikan di bidang kesehatan.
Pada tahun 1953, dalam Muktamar ‘Aisyiyah ke-32 di Purwokerto, terlontar sebuah usulan untuk mendirikan institusi pendidikan di bidang kesehatan. Pada tahun 1963, sesuai hasil keputusan Muktamar ‘Aisyiyah ke-35 di Jakarta, berdirilah Sekolah Bidan ‘Aisyiyah. Sekolah Bidan ‘Aisyiyah berdiri dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 65 Tanggal 10 Juli 1963.
Sekolah Bidan ‘Aisyiyah (SB-A) saat itu bekerja sama dengan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sosok yang diamanahi memimpin SB-A pertama kali adalah Purwohusodo. Ia memimpin sejak tahun 1963 sampai 1973.
Pada tahun 1975, Sekolah Bidan ‘Aisyiyah bertransformasi menjadi Sekolah Perawat Bidan ‘Aisyiyah (SPB-A). Selang 6 tahun kemudian (1981), menindaklanjuti anjuran Departemen Kesehatan RI agar Rumah Sakit yang mempunyai lembaga pendidikan memisahkan diri dari lembaga pendidikannya dengan tujuan profesionalitas dan pengembangan, berubahlah SPB-A menjadi Sekolah Perawat Kesehatan ‘Aisyiyah (SPK-A).
Baca Juga: Dawiesah dalam Sejarah Pendidikan Kesehatan ‘Aisyiyah
Pada tahun 1983, SPK-A ikut larut dalam kebangkitan profesi keperawatan. Setahun berikutnya, SPK-A turut serta menggunakan kurikulum nasional untuk pendidikan Diploma 3 Keperawatan.
Pada tahun 1991, PP ‘Aisyiyah Bagian Pendidikan Paramedis mengajukan surat ke Kementerian Kesehatan RI. Surat tersebut berisi permohonan melakukan konversi dari Sekolah Perawat Kesehatan ‘Aisyiyah menjadi Akademi Keperawatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Tujuh tahun kemudian (1998), lembaga pendidikan di bidang kesehatan ‘Aisyiyah itu kembali mengalami transformasi. Dari Akademi Keperawatan ‘Aisyiyah menjadi Akademi Kebidanan ‘Aisyiyah. Perubahan tersebut dilatari oleh dua sebab, yakni larangan Depkes untuk menambah program kebidanan dan larangan menambah institusi pendidikan Akademi Kebidanan.
Pada waktu itu, Akademi Kebidanan ‘Aisyiyah memang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan. Dengan alasan fleksibilitas dan kemandirian, Bidang Pendidikan Kesehatan ‘Aisyiyah mengupayakan agar institusi pendidikannya berada di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Upaya tersebut menuai kesuksesan dengan transformasi Akademi Kebidanan ‘Aisyiyah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.
Baca Juga: Sejarah ‘Aisyiyah: Kelahiran Perempuan Muslim Berkemajuan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah (Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta) resmi berdiri pada tanggal 14 Oktober 2003 melalui Surat Keputusan Mendiknas Nomor 181/D/O/2003. Di awal peralihan tersebut, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta mempunyai dua program studi, yakni Kebidanan (D3) dan Prodi Keperawatan (S1). Seiring berjalannya waktu, program studi di Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta terus mengalami penambahan, seperti Profesi Ners, Radiologi (D3), Bidan Pendidik (D4), Fisioterapi (S1), dan Ilmu Kebidanan (S2).
Sejengkal Menuju Universitas
Tidak cukup punya sekolah tinggi, PP ‘Aisyiyah terus memupuk harapan mempunyai Universitas ‘Aisyiyah. Harapan tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan tim tas force yang melakukan studi banding ke beberapa Universitas, seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Di bawah kepemimpinan Warsiti, Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta terus meraih prestasi membanggakan. Warsiti mengantarkan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta menjadi sekolah tinggi kesehatan terbaik di Indonesia dan berada di peringkat ke 72 dari total 3.320 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia (2015).
Pada tahun 2016, harapan PP ‘Aisyiyah untuk mempunyai Universitas terwujud. Tepat pada tanggal 10 Maret 2016, Stikes ‘Aisyiyah bertransformasi menjadi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Setidaknya ada empat hal yang mengantarkan transformasi tersebut, yakni kualitas sumber daya, kualitas manajemen, kualitas kegiatan kemahasiswaan, dan kualitas penelitian dan publikasi ilmiah.
Baca Juga: Internasionalisasi Pendidikan Muhammadiyah-‘Aisyiyah
Alih status Stikes ‘Aisyiyah menjadi Unisa ditetapkan melalui Surat Keputusan Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Nomor 109/ KPT/I/2016. Perubahan tersebut membuka peluang dibukanya program-program studi non-kesehatan.
Lecutan Spirit Kiai Ahmad Dahlan
Hadirnya Universitas ‘Aisyiyah ini menunjukkan eksistensi ‘Aisyiyah dalam sejarah panjang kesehatan di Indonesia dan dunia. Di balik itu, terus bertambahnya tenaga kesehatan di lingkungan Muhammadiyah-‘Aisyiyah tidak dapat dilepaskan dari lecutan semangat yang diberikan Kiai Ahmad Dahlan.
Dalam sebuah kesempatan, Kiai Dahlan pernah bertanya kepada para perempuan. “Apakah tidak malu jika aurat kalian dilihat oleh kaum lelaki? Jika kalian benar-benar malu, hendaknya terus belajar dan belajar dan jadilah dokter, sehingga akan ada dokter perempuan untuk kaum perempuan”. (sb)
*dirangkum dari “Unisa: Dari Sekolah Menengah Menjadi Perguruan Tinggi” (2017).
1 Comment