
media sosial (foto: freepik)
Oleh: Susilastuti
Tidak dapat dimungkiri bahwa remaja saat ini mempunyai keterampilan dan penguasaan teknologi berbasis internet yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi yang disebut sebagai generasi Z ini akrab dan bahkan tak terpisahkan dari media sosial di dunia maya, seperti Facebook, Tiktok, Instragram, YouTube, Twitter, dan lain-lainnya. Melalui media sosial ini mereka terhubung dengan dunia dan warganya, menembus batas-batas geografi global. Mereka berinteraksi satu sama lain, bersuara, berekspresi, dan berkreasi secara bebas.
Keterlibatan remaja dengan teknologi digital itu sudah menjadi keniscayaan karena memang begitulah tuntutan zaman ini. Namun, kemajuan itu bisa menjadi bumerang bila tidak dimanfaatkan secara bijak. Teknologi berbasis internet dengan media sosialnya lambat laun bisa menjadi candu bagi para remaja generasi Z sehingga mereka mengalami ketergantungan yang sangat kuat. Waktu dan hidup mereka tersita oleh media sosial tanpa mereka sadari.
Selain itu, masih banyak dampak buruk media sosial yang harus dicermati. Beberapa riset menyebutkan bahwa media sosial bisa menjadi pemicu dan sarana perundungan di dunia maya (cyber-bullying). Kebebasan bersuara yang begitu besar dan cenderung tanpa kontrol melalui media sosial membuat orang dengan mudah berbicara dan mengomentari apa saja, termasuk merundung atau menyerang pihak-pihak yang menurut mereka pantas menerimanya. Cyber bullying ini bisa menyebabkan pihak yang disasar terkucil, tertekan secara psikologis, dan bahkan mengalami trauma-trauma tertentu jika serangan itu cukup parah.
Dampak lainnya dari aktivitas di media sosial ialah terganggunya banyak hal karena perhatian orang tersedot oleh media sosial. Bagi anak muda yang masih dalam usia sekolah ataupun kuliah di perguruan tinggi, hal itu bisa menjadi hambatan dalam belajar. Fokus mereka menjadi terpecah ketika harus berkonsentrasi pada materi pelajaran atau tugas-tugas pembelajaran.
Algoritma Digital
Apa yang disodorkan dunia maya melalui media sosial lebih menarik bagi mereka. Hal ini terjadi karena media sosial dilengkapi dengan kemampuan algoritma digital, yakni sekumpulan instruksi atau langkah matematis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Dalam platform media sosial, algoritma ini memantau dan mencatat segala hal yang dilakukan oleh penggunanya. Dengan algoritma digitalnya, platform media sosial mampu membaca kecenderungan minat atau perhatian penggunanya.
Selanjutnya, berdasar algoritma itu, suatu platform media sosial membantu menertibkan dan meningkatkan kualitas kontennya. Hasilnya, konten yang disajikan di media sosial akan sesuai dengan kesukaan atau kebutuhan masing-masing pengguna media sosial.
Dengan demikian, para pengguna media sosial tersebut semakin lama semakin menjadi suntuk atau asyik di dalamnya. Itulah mengapa generasi Z seolah tertawan oleh media sosial dan sulit mengalihkan fokusnya untuk hal-hal lain di luar dunia yang ditawarkan media sosial, misalnya pelajaran sekolah atau aktivitas sosial di lingkungannya.
Algoritma digital ini bagi orang yang memanfaatkan media sosial untuk kepentingan bisnis sangatlah penting. Dengan memakai data-data di media sosial dan algoritmanya, mereka dapat memperoleh gambaran konsumen yang disasar serta memacu meningkatkan konten di akunnya agar bisa menarik banyak pelanggan. Dengan demikian, pengguna media sosial terus didorong untuk berlaku konsumtif yang tentu menguntungkan bagi pemilik bisnis.
Baca Juga: Nilai Al-Quran dan Logika Media Sosial
Dampak lain yang merisaukan adalah penyalahgunaan data dan algoritma digital yang terkumpul di media sosial. Hal ini muncul karena algoritma digital pada masing-masing platform media sosial dapat mengumpulkan data penggunanya sampai begitu detail.
Contohnya ialah Facebook yang mengambil sekitar 70,6% data dari setiap penggunanya, mulai dari email, nama, usia, jenis kelamin, nomor telepon, tempat tinggal, pekerjaan, hobi dan minat, hingga agama. Angka tersebut juga menjadi yang tertinggi di antara perusahaan lainnya. Dengan data yang begitu detail dan dalam jumlah yang supermassif itu, bisa dibayangkan betapa banyak pemanfaatan, juga penyalagunaan, yang bisa dilakukan.
Kondisi tersebut menyebabkan media sosial rentan peretasan untuk tujuan yang tidak baik. Bukan hal yang aneh bila terjadi doxing, yaitu tindakan berbasis internet untuk meneliti dan menyebarluaskan informasi pribadi, lembaga, atau organisasi ke publik. Cara-cara seperti itu pun tidak sebatas mengganggu, merugikan, atau mengambil manfaat dari orang per orang, tetapi bisa juga untuk melakukan suatu rekayasa sosial. Menjadi masalah besar pula bila doxing ini kemudian digunakan untuk melakukan kejahatan digital (https://bpptik.kominfo.go.id).
Dampak lain yang memprihatinkan terkait dengan media sosial ini ialah munculnya kecenderungan sikap antisosial dari pengguna remajanya. Terlalu banyak berinteraksi secara virtual melalui media sosial sering kali menimbulkan masalah saat para remaja itu harus berinteraksi di dunia nyata.
Misalnya ialah bahasa, gestur, dan respons yang mereka tunjukkan seringkali tidak tepat, kurang memenuhi kesantunan ketika mereka berhadapan dengan orang lain di dunia nyata. Lebih jauh, hal ini menyebabkan remaja generasi Z sering mengalami kesulitan membangun hubungan yang sehat dengan lingkungan sekitarnya.
Literasi dan Kontrol Diri
Melihat berbagai dampak di atas, kiranya perlu disuarakan dan ditekankan terus-menerus kepada remaja akan pentingnya bersikap tepat dan kemampuan mengontrol diri dalam bermedia sosial. Kita tidak bisa melarangnya. Tidak mempergunakan media sosial bagi generasi Z adalah mustahil. Sejarah tidak berjalan mundur.
Yang harus dilakukan adalah memberikan literasi digital kepada remaja agar mereka bisa meminimalkan dampak negatif media sosial. Mereka harus didorong untuk mempunyai kemampuan memanfaatkan media sosial dan teknologi digital pada umumnya secara positif dan produktif atau memiliki nilai tambah.
Misalnya ialah menggunakan media sosial untuk mengaktualisasikan potensi diri maupun kelompok mereka kepada publik, seperti menunjukkan kepiawaian memasak dengan membagi tips masakan, mengembangkan konten kreatif yang bisa mendatangkan pendapatan dan sebagainya. Media sosial bisa memberikan banyak manfaat yang baik jika disikapi dan dimanfaatkan secara tepat.
*Pengajar UPN “Veteran” Yogyakarta Dewan Redaksi Suara ‘Aisyiyah