Saat ini perubahan iklim menjadi tantangan global, yang mana variasi iklim sangat berpengaruh pada masyarakat di seluruh dunia, khususnya pada masyarakat miskin yang sebagian besar adalah perempuan. Suatu penelitian mengatakan jika krisis iklim tidak dikendalikan, maka pada tahun 2030 variabilitas iklim akan mengancam ketahanan pangan dan kebutuhan air bersih, karena pada saat itu populasi manusia telah mengalami peningkatan sehingga menyebabkan kenaikan kebutuhan pangan 50% lebih besar, 45% energi lebih banyak, dan 30% air bersih lebih banyak daripada saat ini.
Perubahan Iklim di Indonesia
Di Indonesia sendiri, pengaruh dari perubahan iklim telah dirasakan di berbagai wilayah sejak beberapa tahun belakangan ini. Misalnya fenomena siklon tropis, saat ini semakin sering terjadi di Indonesia. Padahal menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena siklon jarang terjadi di Indonesia sebelumnya, kalaupun terjadi, biasanya Indonesia hanya kecipratan bagian ekornya saja.
Contohnya, siklon tropis yang terjadi pada April 2021 lalu di Privinsi Nusa Tenggara Timur yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor. Dilansir dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), peristiwa itu mengakibatkan 182 orang meninggal, 47 orang hilang, dan 84.000 orang kehilangan tempat tinggal mereka.
Bukan hanya siklon tropis saja, namun perubahan suhu serta ketidakteraturan curah hujan karena perubahan iklim semakin signifikan dan sangat berdampak pada mata pencaharian masyarakat, stabilitas ekonomi, serta gangguan biodiversitas.
Dampak Konkret Bagi Perempuan
Perubahan iklim sangat berdampak bagi masyarakat miskin, seperti masyarakat yang hidup di daerah pinggiran yang rentan terhadap kekeringan, banjir, dan longsor. Selain itu juga terhadap mereka yang mengandalkan mata pencaharian sebagai petani dan nelayan yang sumber pendapatannya sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Dengan sumber pendapatan yang kurang, maka juga akan menyebabkan sulitnya bagi rumah tangga miskin, baik petani atau nelayan untuk menghadapi dampak dari perubahan iklim tersebut.
Selain dirasakan oleh masyarakat miskin, perubahan iklim juga sangat berdampak kepada ketahanan hidup perempuan. Krisis air bersih misalnya, perubahan iklim dapat mempengaruhi perempuan dalam mendapatkan akses air bersih. Saat air bersih berkurang akibat kekeringan atau perubahan iklim, perempuan harus berjalan lebih jauh dan bersusah payah untuk berebutan akses air bersih. Sementara itu, pada ketahanan pangan, perempuan yang biasanya bertanggung jawab untuk memastikan kecukupan makanan dalam keluarga, sehingga mereka seringkali kesusahan dalam mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan yang akhirnya menyebabkan malnutrisi pada anak-anak mereka.
Perempuan juga sangat rentan terhadap peristiwa bencana terkait iklim, seperti banjir, badai, longsor, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki keterbatasan akses dan informasi untuk penanggulangan bencana. Mereka juga memiliki keterbatasan fisik, yang akhirnya tidak mampu untuk menyelamatkan diri, sehingga perempuan lebih sering menjadi korban bencana, baik kematian maupun luka-luka daripada laki-laki.
Baca Juga: Fikih Tata Kelola Agraria: Solusi Perubahan Iklim
Dalam sektor pekerjaan dan ekonomi, banyak perempuan yang tinggal di lingkungan tradisional bekerja di sektor pertanian dan informal, yang penghasilannya sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Kekurangan atau kehilangan hasil pertanian dapat berdampak pada pendapatan perempuan dan keberlanjutan ekonomi keluarga, sehingga kemungkinan mereka harus menempuh beban kerja yang lebih berat dan waktu kerja yang lebih lama.
Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi sektor pendidikan bagi perempuan. Karena adanya kesulitan akibat perubahan iklim, perempuan menjadi kelompok yang sangat mungkin untuk terpaksa absen dari sekolah untuk membantu keluarga mengumpulkan sumber daya alam demi kecukupan pangan. Hal ini tentu akan menghambat kemajuan pendidikan mereka dan peluang masa depan. Dengan masalah yang lebih dibebankan kepada perempuan ini, perempuan kemudian juga rentan mengalami gangguan psikologis, seperti stress dan kecemasan.
Perempuan sebagai Agent of Change
Walaupun perempuan menanggung beban yang lebih berat daripada laki-laki akibat dampak perubahan iklim, namun ternyata perempuan juga mempunyai kemampuan yang tinggi untuk berjuang mempertahankan kelangsungan hidupnya maupun keluarganya ketika terjadi perubahan iklim. Perempuan sangat pandai dalam melakukan strategi untuk bertahan hidup, oleh karenanya perempuan memiliki peran penting sebagai agent of change dalam menghadapi perubahan iklim. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan perempuan:
Pertama, perempuan seringkali bertanggung jawab untuk mengelola pertanian dan sumber daya alam. Perempuan dapat memainkan peran penting dalam mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan, seperti pola tanam yang lebih ramah lingkungan dan pengurangan limbah pertanian, sehingga bisa mengurangi dampak perubahan iklim pada produksi pangan. Perempuan juga bisa berperan dalam melestarikan sumber daya alam dan pengurangan deforestasi yang merupakan faktor penting dalam menghadapi perubahan iklim.
Kedua, keterlibatan perempuan dalam ekonomi lokal dapat membantu menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan. Perempuan juga dapat mendukung bisnis-bisnis yang berfokus pada pertanian berkelanjutan, dan produk-produk ramah lingkungan.
Ketiga, perempuan memiliki peran penting dalam pendidikan kesadaran lingkungan. Perempuan dapat menjadi pendidik utama di keluarga dan masyarakat terkait pentingnya pelestarian lingkungan dan praktik berkelanjutan.
Keempat, sebagai perempuan, perempuan bisa saling mendukung satu sama lain dalam pendapatan hak dan akses yang setara terhadap sumber daya, Pendidikan, dan peluang ekonomi. Dengan bersama-sama, perempuan yang memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan lingkungan yang mereka hadapi sehari-hari akan semakin bisa diandalkan untuk mencapai hasil yang berkelanjutan. (Salma)