Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Ulama ‘Aisyiyah punya peran penting dalam penguatan strategis ‘Aisyiyah. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah dalam kegiatan Pendidikan Kader Ulama ‘Aisyiyah, Cadre Chapter I pada Senin, (30/1). Acara yang dilaksanakan oleh Majelis Pembinaan Kader (MPK) PP ‘Aisyiyah ini dilakukan secara hybrid dan diikuti oleh kader ulama ‘Aisyiyah seluruh Indonesia.
Menurut Bayin, acara ini merupakan sinergi antarmajelis pertama, yakni antara MPK dan Majelis Tabligh dan Ketarjihan yang dilakukan setelah kepengurusan ‘Aisyiyah periode 2022-2027 terbentuk. “Ini menanggapi hasil Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah beberapa waku lalu terkait 10 Isu Strategis yang dilakukan, di antaranya penguatan peran strategis umat Islam dalam penguatan bangsa. Peran ini di antaranya tidak terlepas dari para ulama ‘Aisyiyah yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar dia.
Bayin menekankan, banyak persoalan yang terjadi saat ini, terutama kekerasan terhadap perempuan dan anak yang semua itu tidak lepas dari peran penguatan keluarga. Ia lalu menekankan bahwa kader ulama ‘Aisyiyah harus menjadi garda terdepan dalam mengatasi berbagai permasalahan itu.
“‘Aisyiyah menjadi garda terdepan dalam melakukan tindakan preventif dan ini menjadi peran kader ‘Aisyiyah dalam menjaga ketahanan keluarga. Bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga sisi spiritualitas dan lainnya karena ulama ‘Aisyiyah tidak hanya bergerak dalam hal agama, tetapi juga dalam banyak, yakni sosial, ekonomi, kemasyarakatan, politik, kesehatan, ketahanan keluarga, perubahan iklim, dan sebagainya,” kata Bayin.
Dakwah kader ulama ‘Aisyiyah juga bisa dilakukan melalui dakwah komunitas yang mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan. Menurut Bayin, itulah dakwah ‘Aisyiyah yang berbasis akar rumput.
Baca Juga: Menilik Kaderisasi Ulama Perempuan Persyarikatan
Terkait kesehatan ibu dan anak, khususnya kasus stunting yang masih sangat tinggi di Indonesia, ia juga mendorong para kader ulama ‘Aisyiyah untuk bisa berbicara terkait peningkatan kesehatan ibu dan anak di masyarakat. “Komunitas itu masih sangat mendengar apa kata ulama, jadi kalau pesan-pesan tentang penurunan stunting bisa disuarakan melalui para ulama, maka bisa cepat sampai pada sasaran,” terangnya.
Pentingnya peran kader ulama ‘Aisyiyah yang sangat krusial inilah yang menurut Bayin menjadi suatu keharusan bagi ‘Aisyiyah untuk terus menguatkan para kader ulama ‘Aisyiyah. Yang tidak kalah penting, ulama perempuan penting untuk digerakan dan ditambah jumlahnya.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah dalam penguatan para ulama perempuan ini adalah menguatkan para ulama melalui pendidikan. Secara internal, kata Bayin, ‘Aisyiyah terus melakukan peningkatan kapasitas kader melalui berbagai pelatihan.
“Harapan kami semoga ‘Aisyiyah menjadi salah satu yang berperan besar mewujudkan ulama perempuan di seluruh Indonesia, sehingga kontribusi ‘Aisyiyah untuk bangsa akan semakin meningkat lagi dengan adanya program yang sangat mendukung terwujudnya ulama perempuan,” ujarnya.
Ketua MPK PP ‘Aisyiyah, Mami Hajarah menyampaikan bahwa pertemuan perdana di periode pasca Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah ini akan menjadi langkah awal dalam mengoptimalkan pendidikan kader ulama dalam hal mengembangkan pemahaman Islam Berkemajuan, manhaj tarjih, dan pengembangan pemikiran Islam dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani.
“Mengoptimalkan para kader ulama perempuan itu meningkatkan dan menguatkan kembali, itu salah satu program yang dimulai hari ini, bagaimana kita meningkatkan kemampuan perempuan ‘Aisyiyah dalam kapasitasnya sebagai ulama,” ujar Hajarah.
Dalam kesempatan ini juga ‘Aisyiyah mendorong para kader ulama perempuan untuk dapat mengikuti kesempatan beasiswa bagi ulama perempuan yang dibuka oleh pemerintah melalui Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI). Turut hadir adalah Manajer Pendidikan Kader Ulama Perempuan PKUMI, Rosita Tandos. Kesempatan ini disebut Rosita terbuka bagi siapapun, dan ia berharap akan banyak kader ulama ‘Aisyiyah yang dapat berpartisipasi.
“Kami berharap organisasi ‘Aisyiyah yang besar ini bisa mengundang, merekrut lebih banyak lagi para kader pada angkatan kedua ini. Kuota angkatan pertama hanya setengah yang bisa terpenuhi. InsyaAllah dengan partnership dan sharing ini bisa lebih banyak lagi perempuan Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan, khusususnya pendidikan Islam dan bisa menjadi ulama, umaroh, praktisi keagamaan di Indonesia,” kata Rosita. (Suri/sb)