Kupang, Suara ‘Aisyiyah – Di sela kunjungannya dalam rangka mendukung program Kementerian Lingkungan Hidup pada 13 April yang lalu, Ketua Divisi Lingkungan LLHPB Pimpinan Pusat ‘Aisyiah, Hening Parlan menyempatkan diri untuk bertemu Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kupang.
Keterangan itu disampaikan Wakil Sekretaris PWA NTT, Helda melalui sambungan telepon, Kamis (17/3). “Mendapat kunjungan Mbak Hening dari LLHPB PP ‘Aisyiyah. Kami manfaatkan kunjungan beliau dengan mengadakan pelatihan pengelolaan sampah,” tutur Helda.
Dalam pelatihan yang digelar di Panti Asuhan Putri ‘Aisyiyah Kupang itu, Hening Parlan menyampaikan materi tentang pengelolaan sampah yang efektif dan efisien dengan memberikan contoh daerah yang telah berhasil memberikan pendapatan tambahan dari pengelolaan sampah.
“Kami termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Terima kasih kami sampaikan kepada Mbak Hening yang sudah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan pengalaman tentang pengelolaan sampah,” ucapnya.
Baca Juga: Peran Ibu dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan dan Menghadapi Bencana
Kata Helda, dalam pelatihan itu, PWA NTT juga menghadirkan salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Kupang bertujuan agar pihak kampus dapat menggerakkan mahasiswanya untuk peduli terhadap isu lingkungan.
“Dari Universitas Muhammadiyah Kupang yang hadir adalah Pak Zul. Universitas Muhammadiyah Kupang dapat menggerakkan mahasiswanya, mungkin melalui program bank sampah,” kata Helda.
Ia mengatakan, tempat pemrosesan akhir sampah di daerah Kupang terbatas. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sampah belum teratasi dengan baik. Oleh karena itu, perhatian terhadap sampah menjadi sesuatu yang penting.
Lanjutnya, PWA NTT berdasarkan arahan Hening Parlan akan menjalin kerja dama dengan instansi atau pihak terkait dalam hal pengelolaan sampah yang baik.
“Ada temannya mbak Hening di Kupang yang sudah berpengalaman dalam pengelolaan sampah. Ada juga yang punya usaha pertanian organik. Kami diminta mbak Hening untuk menjalin kerja sama dengan beliau-beliau ini,” tuturnya.
Helda juga mengatakan, sampah rumah tangga itu bisa diolah jadi pupuk dengan bekerja sama dengan pihak yang memiliki usaha pertanian organik, sedangkan sampah palstik bisa bekerja sama dengan pihak pengelola sampah.
“Istilahnya sedekah sampah. Dilakukan di sekitar Muhammadiyah dulu, karena Muhammadiyah Kupang memiliki amal usaha mulai dari SD sampai perguruan tinggi, tentu banyak sampah yang dihasilkan,” kata dia.
Diharapkan dengan program tersebut, Green Muhammadiyah dan Green ‘Aisyiyah NTT dapat terwujud terutama menjelang bulan Ramadhan dengan cara mengurangi penggunaan alat-alat berbahan palstik. (Iwan Abdul Gani/sb)