Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Siang ini (15/1), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti hadir meresmikan MoU kerja sama dalam pendidikan inklusif dan menyampaikan speech di Tanwir I ‘Aisyiyah. Dalam pidatonya, ia menggarisbawahi beberapa poin, yaitu angka putus sekolah, pendidikan inklusi, pendidikan anak usia dini, hingga komitmen dalam meningkatkan mutu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Banyak sekali anak-anak yang putus sekolah karena berbagai kondisi, baik itu ekonomi maupun fasilitas pendidikan yang belum merata. Oleh karena itu, kami berharap Aisyiyah dapat menjadi mitra strategis bagi dalam mewujudkan Pendidikan yang lebih adil dan merata. Program wajib belajar sejak taman kanak-kanak yang sudah berjalan selama ini turut meniscayakan peran Aisyiyah dalam pendiidkan anak usia dini,” ujar Mu’ti.
Ia mengapresiasi kerja-kerja ‘Aisyiyah dalam usaha memeratakan akses pendidikan di Indonesia. ” Jumlah lembaga pendidikan anak usia dini milik ‘Aisyiyah adalah sebanyak 2.300. Jumlah ini adalah yang terbanyak dimiliki ormas, sekaligus lebih banyak dari yang dikelola oleh pemerintah. Hal ini menandakan bahwa program satu desa satu TK (Taman Kanak-Kanak) juga turut dibantu oleh ‘Aisyiyah,” tambah Mendikdasmen kemudian.
Baca Juga: Mengenal ADHD dan Strategi Pendidikannya
Menurut Mendikdasmen, pemerataan pendidikan ini tidak hanya tentang isu geografis belaka, melainkan juga tentang isu inklusi yang memerhatikan penyandang disabilitas. Ia mengatakan, “Pendidikan bagi kaum disabilitas atau Pendidikan inklusi harus menjadi perhatian mengingat banyaknya penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan akses Pendidikan. Data menunjukkan bahwa sekiar 50% penyandang disabilitas belum mendapat akses pendidikan.”
Mu’ti menegaskan bahwa pemerataan akses ini harus didukung dengan gerakan pendidikan karakter yang strategis. Ia menyampaikan, ” Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, mulai dari bagun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, aktif bermasyarakat, dan tidur tepat waktu, adalah program pemeriintahan presiden dan wakil presiden.”
Oleh karena itu, menurut Mu’ti, lagu anak Indonesia Hebat adalah salah satu upaya dalam edukasi pendidikan karakter ini. “Saya sering mengatakan kalau anak-anak sekarang kurang lahu-lahu anak anak. Kalau dulu anak-anak bernyanyi Pelangi-pelangi, anak anak sekarang menyanyikan lagu ‘ada Pelangi di matamu’,” ujarnya sambil disambut gelak tawa peserta Tanwir.
Ia juga menegaskan bahwa Kemendikdasmen tidak hanya memerhatikan pendidikan anak, tetapi juga pendidikan remaja yang berbasis di lembaga pendidikan menengah, salah satunya SMK. “Komitmen kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan SMK untuk menjawab kritik masyarakat bahwa SMK adalah penyumbang pengangguran terbesar,” pungkas Mu’ti. (lsz)