Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat pada Ahad (12/9) mengadakan Pengajian Subuh Mengaji bertema “Peran Perempuan Muslim Membangun Pariwisata dan Ekonomi Kreatif”. Pangajian yang dilakukan secara virtual ini menghadirkan Sandiaga Uno sekalu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Dalam sejarah Islam, Sandiaga menjelaskan, bisnis adalah kegiatan yang dipraktikkan langsung oleh Nabi Muhammad, istri, dan sahabat-sahabat beliau. Istri Nabi saw., Khadijah binti Khuwailid, merupakan seorang investor atau pebisnis pada kala itu di jazirah Arab.
Lebih lanjut ia menceriterakan, hampir semua istri dan sahabiyah Nabi lainnya berperan dalam dunia bisnis, seperti Asma binti Abu Bakar yang bergelut di bidang pertanian dan peternakan. Selain bisnis, ada pula yang bergelut dalam sektor ekonomi kreatif, yakni Ummu Salamah dan Zainab binti Zahsyi yang rajin dan terampil membuat gerabah, kerajinan tangan, dan kuliner. Dari kisah tersebut, kata Sandiaga, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada larangan bagi seorang perempuan yang menghendaki bekerja dan/atau berkarir.
Baca Juga: Dyah Suminar: Pengusaha Tidak Boleh “Alergi” pada Perubahan Zaman
Mengenai usaha ekonomi kreatif, Sandiaga mengatakan, pelaku usaha ekonomi kreatif di Indonesia saat ini didominasi oleh perempuan. “Perempuan mendominasi ekonomi kreatif di Indonesia, yakni mencapai 53,7 persen dengan rentan usia 25-59 tahun,” jelas Sandiaga.
Menurutnya, alasan kenapa perempuan banyak terjun ke dalam sektor ekonomi kreatif adalah karena perempuan dinilai mempunyai sifat ulet dan tangguh. Lebih lanjut, Sandiaga menyebutkan faktor-faktor yang mendukung ekonomi kreatif banyak diminati, seperti: mudah dijangkau, minim modal, dan hanya butuh strategi serta ide yang tepat untuk men-deliver-nya.
Sementara itu, merujuk hasil penelitan terbaru dari Amartha (Perusahaan Fintech atau Teknologi Finansial P2P) tentang dampak perempuan berpenghasilan, Sandiaga mengatakan bahwa perempuan yang berpenghasilan mempunyai dampak baik bagi keluarga serta dirinya. Dampak tersebut di antaranya: (a) sebesar 76 persen keluarga dapat membayar kebutuhan sekolah; (b) 59,9 persen pendapatan keluarga meningkat, dan; (c) 65,9 persen perempuan mendapatkan jaringan baru atau new network.
Di akhir penyampaiannya, Sandiaga berharap, perempuan harus mampu menginternalisasikan prinsip muamalah ala Nabi, yakni fathonah, amanah, shiddiq, dan tabligh ke dalam keluarga yang dinaunginya, dan terus melakukan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi dalam konteks digitalisasi, agar mampu berakselerasi menghadapi tantangan zaman, termasuk tantangan ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19. (rizka)