Blitar, Suara ‘Aisyiyah- Setelah dibentuknya Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA) pada bulan Agustus 2020, Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Blitar yakin, hal ini bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan perempuan Kabupaten Blitar.
SWA tahap pertama, diikuti oleh 18 orang, yakni perwakilan 3 orang tiap 6 Desa, di 3 Kecamatan di Kabupaten Blitar, dan ditambah dengan PDA yang membidangi ekonomi, untuk turut serta mendampingi ibu-ibu dalam menjalankan usaha.
Tujuan utama, dibentuknya SWA agar ibu-ibu ‘Aisyiyah yang berkeinginan menjalankan usaha dapat memaksimalkan kemampuannya, dan nantinya dapat membangun atau memulai usahanya dengan kompetensi yang tinggi sesuai kebutuhan pasar, situasi dan kondisi yang ada.
Kegiatan yang merupakan lanjutan dari program MAMPU Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kab Blitar ini, akhirnya mengubah pandangan dan perlu memberikan pengetahuan tentang pemberdayaan ekonomi untuk membantu perekonomian keluarga. Apalagi disaat situasi masih dalam kondisi pandemi Covid-19 yang dirasakan perlu diprioritaskan pada sektor ekonomi.
Beragam materi pada pelatihan di SWA diberikan, seperti spiritual dan mental bisnis, rancangan usaha, manajemen bisnis, manajemen produksi, pembukuan usaha, kemampuan mengatasi masalah, pemasaran produk dan membangun jaringan usaha. Dengan mendatangkan narasumber yang memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi yakni Heny Wastuti., SE Ketua PDA serta Sigit Prasetyo.,SE.
Tak hanya pelatihan, agenda kunjungan kerja juga diberikan. Dilaksanakan dengan dua sesi, sesi pertama kunjungan kerja kepada pengusaha yang sudah sukses sebagai motivasi, dan sesi kedua kepada anggota warga SWA. Harapannya, anggota SWA dapat menentukan usahanya sesuai ilmu yang diberikan dan juga sesuai dengan lingkunganya.
Pada tahap pertama ini, SWA membuka kelas materi Boga. Dilaksanakan secara offline, kelas berlangsung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan memakai masker dan juga berjaga jarak. Pun, juga diberikan pembahasan materi secara online di Whatsapp grub. Hasil yang dipraktekkan dari kelas ini antara lain kue kering, kue basah dan makanan tradisional.
“SWA adalah sebagai upaya mensejahterakan kaum perempuan. Saya berharap, agar nanti SWA bisa berkembang dengan adanya kelas-kelas yang lain, namun dengan tidak meninggalkan kelas yang lama dan akan terus didampingi. Semoga, siswa SWA dapat menjadi pengusaha yang bisa menjalankan dan merancang usahanya mulai dari merencanakan usaha sampai mengevaluasi sebuah tantangan usaha,” pungkas Lilik Nurgianti, Koordinator Bidang Ekonomi.
Ia juga menambahkan, agar nantinya ibu-ibu ‘Aisyiyah tidak hanya sekedar berkompetisi menjadi pengusaha biasa, tetapi menjadi pengusaha yang sukses yang berlandaskan karakter yang baik. (Munir/Gustin)