Banyumas, Suara ‘Aisyiyah – Syaikh Tajuddin Al ‘Abbasi sedang berada di Pondok Pesantren (Pontren) Modern Zam-Zam Muhammadiyah Cilongok, Banyumas. Menurut Kepala SMA MBS Zam-Zam, Pandi Yusron, keberadaan Syaikh selama sepekan untuk menurunkan ilmunya, baik di bidang ilmu hadist, bahasa Arab, serta tentang dakwah Islam. “Ada tiga agenda yang dilaksanakan di pontren Modern, yaitu dauroh hadits, studium generale, dan dauroh bahasa Arab,” kata dia.
Dijelaskan, kegiatan dauroh (pelatihan) Intensif Bahasa Arab diperuntukkan bagi santri putra dan putri kelas 12 KMI dan kelas 12 Bahasa. Secara terjadwal, dari Senin pagi di kelas 12 KMI Putri, kemudian kelas 12 Bahasa Putri. Setelah jam istirahat, Syaikh mengajar di kelas 12 Bahasa dan KMI Putra secara paralel. Setiap mengajar di kelas, ia didampingi oleh Ustadz penerjemah sesuai yang telah dijadwalkan selama sepekan, baik di Kampus 1, Kampus 2, dan Kampus 3. Hingga pada hari keempat, Kamis (22/9) para santri mendapatkan ijazah dauroh hadis dan bahasa Arab.
Sementara untuk siangnya, lanjut Pandi, Syaikh Tajuddin yang juga Direktur Khidmah Al Sunnah wa Al Sirah mengajarkan ilmunya kepada para Ustadz dan Ustadzah dalam agenda Studium Generale yang didampingi oleh Mansyur Hidayat sebagai penerjemah. Sebagaimana jadwal yang dibagikan, materi yang disampaikan adalah tentang Kitab Arba’in An-Nawawiyah.
Dalam kegiatan Studium Generale, Syaikh Tajuddin menjelaskan mengenai hadist-hadits yang terdapat di dalam kitab Arba’in An-Nawawiyah. Lebih khusus tentang muqaddimah-nya dan kajian hadits yang terdapat di dalam kitab tersebut secara runut dengan penjelasannya. Menurut salah seorang Ustadzah yang enggan disebut namanya, setelah memberikan uraian muqaddimah, dilanjutkan dengan prosesi pengijazahan. Tujuannya untuk merawat sanad ijazah dalam khazanah keilmuan.
“Di antara bentuk ijazah, seorang syaikh (guru) mengatakan kepada muridnya, ‘Ajaztuka hadza kama ajazani syaikhi’. Artinya, ‘Aku ijazahkan (ilmu) ini kepadamu, sebagaimana guruku telah mengijazahkan kepadaku’, seperti itu,” terang si Ustadzah menyimpulkan.
Baca Juga: Etika dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan
Dijelaskan lagi, untuk para ustadz, prosesi pengijazahan langsung oleh Syeikh Tajuddin. Sedangkan bagi para ustadzah, prosesinya dari Syeikh Tajuddin melalui M. Noor Hidayat. Kemudian ia meneruskan pengijazahan ke istri, Tina Sudianti. Di penghujung acara, Tina melanjutkan prosesi pengijazahan kepada para ustadzah yang mengikuti kegiatan tersebut.
Sepuluh Kiat Menjadi Santri Sukses
Tidak hanya santri kelas 12 bahasa dan KMI saja yang berkesempatan menimba ilmu dari Syaikh Tajuddin, pada malam hari setelah Isya, seluruh santri Pontren Modern Zam-Zam juga berkesempatan mendapatkan ilmu, khususunya ilmu hadits dan bahasa Arab secara bergantian, dimulai dari para santri kelas 7 sampai 11 di kampus 1 pada Senin (19/9) malam. Kemudian pada malam berikutnya para santri putri di kampus 2, dan pada Rabu (21/9) malam giliran para santri di kampus 3 Desa Karanglo.
Noor Hidayat selaku penerjemah menjelaskan kutipan yang disampaikan Syaikh Tajuddin pada Studium Generale untuk santri pada Senim malam, yaitu tentang motivasi bagi santri dengan tema, ‘Kayfa takunu talban najhan’ atau ‘Bagaimana sih, santri yang sukses itu?’ “Beliau menyampaikan sepuluh kaidah, atau rumus yang harus dilakukan oleh santri agar menjadi santri yang sukses,” kutip Hidayat.
Adapun kesepuluh kiat itu, lanjut Dayat, adalah: pertama, bersungguh-sungguh dalam belajar. Kedua, harus merencanakan kapan santri belajar. Ketiga, apabila menemui pelajaran yang susah, jangan ditinggalkan.
“Justru harus dicoba dan dikerjakan. Karena kebanyakan dari santri apabila menemui pelajaran yang susah, ia tinggalkan,” Dayat mengutipkan penjelasan Syaikh.
Keempat, apabila ada PR atau kewajiban-kewajiban pada setiap harinya, harus dikerjakan. Sampai kegiatan belajar itu menjadi kebiasaan. Kelima, fokus dan memperhatikan ketika guru menjelaskan atau saat pelajaran berlangsung. Keenam, jangan menumpuk atau menunda-nuda kewajiban.
Ketujuh, duduk di barisan pertama. Kedelapan, harus merasa nyaman, senang ketika belajar. Kesembilan belajar bersama, dengan syarat tidak bermain-main, semuanya ingin belajar. Kesepuluh, hormat kepada guru. Dan mempunyai hubungan yang baik dengan sesama santri. (h/sb)