Kudus, Suara ‘Aisyiyah – Majelis Tabligh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Kudus menyelenggarakan pengajian Jumat pagi di Aula Muhammadiyah Kudus, Jalan KHR. Asnawi, Damaran, Kota Kudus. Kegiatan yang telah vacuum selama dua tahun karena pandemi ini kembali dilaksanakan untuk mengobati kerinduan dalam pemenuhan kebutuhan tholabul ‘ilmi dan ajang silaturahim sesama warga dan simpatisan ‘Aisyiyah se-Kabupaten Kudus.
Dalam pengajian yang digelar pada Jumat (8/4) ini, Noor Muslikhan selaku narasumber menyampaikan kajian Q.S. an-Nisa [4] ayat 125. Menurutnya, ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik agamanya daripada orang yang melakukan ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt., mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim as.
Muslikhan menjelaskan bahwa tiga hal tersebut merupakan ukuran yang dijadikan dasar untuk menentukan ketinggian agama dan keadaan pemeluknya, yaitu: Pertama, menyerahkan jiwa raga dan seluruh kehidupannya hanya kepada Allah swt. Ia juga berdoa, memohon, dan meminta pertolongan, serta merasa diri terikat hanya kepada Allah.
Baca Juga: Pengamalan Ihsan di Tengah Era Disrupsi
Untuk mencapainya, seseorang harus mengetahui dengan mempelajari Islam dan sunatullah yang berlaku, dan mengamalkannya karena mengharapkan ridha Allah. Seseorang yang menyerahkan diri kepada Allah, akan melihat dan merasakan sesuatu saat beribadah, sebagaimana penjelaskan Nabi saw. mengenai makna ihsan. Artinya, “engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu (an ta’buda Allah ka annaka tarāhu, fa in lam takun tarāhu fa innahu yarāka).
Kedua, berbuat kebaikan, sebagai manifestasi dari berserah diri pada Allah. Makin sempurna penyerahan diri seseorang, makin baik dan sempurna pula amal yang dikerjakannya. Selain mengerjakan amalan wajib, sebaiknya dilengkapi pula dengan amalan sunnah sesuai kesanggupannya.
Ketiga, mengikuti agama Ibrahim yang hanif. Dengan mengikuti agama Ibrahim yang lurus, ia berarti percaya pada keesaan Allah sebagai kepercayaan yang benar dan lurus. (Wakhidah Noor Agustina/sb)