Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Madrasah Mu’allimaat sudah memasuki abad kedua. Kepemimpinan transformasional harus dimiliki oleh jajaran direksi Madrasah Mu’allimaat periode 2022-2025 yang baru saja dilantik oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Itulah pernyataan yang disampaikan oleh Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah ketika memberikan amanat pada acara pelantikan dan serah terima jabatan direksi Madrasah Mu’allimaat pada Senin (10/1).
Sebagai sekolah yang lahir dari rahim Persyarikatan Muhammadiyah, Madrasah Mu’allimaat sangat menjunjung tinggi kiprah perempuan-perempuan terdahulu yang memberikan dampak besar. Salah satunya adalah Prof. Siti Baroroh Baried yang merupakan guru besar perempuan pertama di Indonesia. Berkat perempuan-perempuan di Muhammadiyah yang berkhidmat sangat luar biasa, sehingga namanya disematkan di gedung Madrasah Mu’allimaat. Dengan harapan seluruh peserta didik bisa mencontoh kegigihan Prof. Siti Baroroh Baried dalam memperjuangkan pendidikan.
Siti Noordjannah Djohantini menceritakan awal berdirinya dua madrasah besar yang dimiliki oleh Muhammadiyah, yaitu Madrasah Mu’allimaat dan Mu’allimin. Ia menuturkan bahwa dua madrasah yang lahir dari rahim Muhammadiyah ini dibangun oleh Kiai Ahmad Dahlan atas dasar bentuk perlawanan kepada pemerintahan Belanda.
“Jika berbicara dua madrasah ini, adalah sebuah madrasah yang dibangun untuk melawan penjajah Belanda. Berasal dari inisiatif dan pemikiran Kiai Ahmad Dahlan secara nyata. Sehingga berkembanglah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) hingga detik ini,” ujarnya.
Baca Juga: Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Direksi Madrasah Muallimaat Periode 2022-2025
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan sudah memikirkan bahwa perempuan harus berpendidikan. Tidak hanya mengerjakan tugas-tugas domestik saja, melainkan bisa mandiri dengan ilmu pengetahuan.
Proses pelantikan direksi Madrasah Mu’allimaat periode 2022-2025 membuat Siti Noordjannah Djohantini merasa yakin bahwa para direksi dipilih karena memiliki kemampuan dan penghidmatan untuk memajukan madrasah.
Sudah menjadi keharusan bagi Madrasah Mu’allimaat untuk maju. Mendirikan sekolah untuk lebih maju, dan menjadikan peserta didik menjadi lebih berkembang. Yang lebih penting adalah mampu untuk beradaptasi dengan tantangan zaman. Kerena untuk menjadi kader ulama, pemimpin dan pendidik itu tidak ringan. Menjadi kader ulama, peserta didik harus mempunyai ketaatan lebih kepada Allah SWT, itu yang akan terlahir menjadi sikap.
Menjadi kader pemimpin puteri Islam artinya bahwa semua alumni harus menjadi agen perubahan di mana pun tempatnya, serta menjadi orang yang responsif terhadap berbagai persoalan. Sedangkan menjadi kader pendidik artinya seluruh peserta didik mampu berdaya dalam kondisi apapun, baik untuk dirinya sendiri bahkan untuk orang lain.
“Kemajuan harus terus disematkan dari madrasah ini. Perempuan yang berkhidmat pada kepentingan agama, pendidikan, pengetahuan, dan sosial melalui kepemimpinan transformasional. Yang bermakna, mampu menggali seluruh potensi yang ada dan didasarkan pada nilai-nilai yang dianut persyarikatan untuk pengembangan Madrasah Mu’allimaat”, pungkas Ketua Umum PP Aisyiyah mengakhiri amanat. (LTA)