Surabaya, Suara ‘Aisyiyah – SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya (Spemma) melaksanakan program Sister School Internasional pertukaran pendidikan dan budaya dengan SMP/SMA Daejeon Busan kota metropolitan Republik Korea.
Kunjungan SMP Muhammadiyah 5 Surabaya ke Korea tersebut diikuti 16 siswa pilihan dari kelas VII hingga IX, Jumat-Sabtu (8-16/11/24).
Direktur Program Internasional SMP Muhammadiyah 5 Surabaya, Ika Puspa Arianti menyatakan bahwa program pertukaran pendidikan dan budaya dibuka awal tahun 2019 yang kemudian sempat berhenti karena pandemi.
“Di Spemma kami fokus anak-anak supaya bisa mempelajari beberapa pelajaran bilingual dengan memakai bahasa Inggris dengan praktiknya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ika menambahkan, ada program pendukung yakni, english camp dengan native speaker, serta program pertukaran pelajar.
“Program pertukaran pelajar ini khusus untuk kelas internasional, bisa melanjutkan dari siswa SD Muhammadiyah 4 Surabaya maupun SD lainnya, ada juga yang masih benar-benar baru,” jelasnya.
“Untuk masuk kelas internasional, ada tes tiga pelajaran yakni, matematika bahasa inggris, sains bahasa inggris, serta bahasa inggris itu sendiri,” imbuhnya.
Spemma sendiri, sambung Ika, sudah ada kerja sama dengan Korea mulai tahun 2013 resminya dengan memberangkatkan siswa untuk memperkenalkan sekolah, karena sebelumnya siswa dari pihak Busan Korea yang berkunjung ke Spemma, dan sempat terhenti karena pandemi pada tahun 2020-2022.
Baca Juga: Pendidikan Toleransi bagi Siswa Sekolah Dasar
“Kemudian akhir tahun 2022 mereka menawarkan kita meneruskan Memorandum of Understanding (MoU), tahun 2023 awal ke Daejeon karena sudah dibuka dan bebas visa, baru kita memperbarui MoU,” paparnya.
“Kemudian kita memberangkatkan lagi pada tahun 2023 akhir bulan Desember, awal Januari 2024 mereka yang datang ke Spemma,” imbuhnya.
Menurut Ika, banyak yang dipelajari dari program tersebut, ada sains, keterampilan, para siswa juga masuk ke kelas berinteraksi dengan siswa Korea, dan itupun juga terjadi sebaliknya ketika kunjungan di Spemma.
“Di Korea para siswa menampilkan budaya seperti tari saman, ketika kembali ke Spemma, mereka ditugaskan secara berkelompok menjelaskan tentang kultur, transportasi, makanan, etos, dan lain sebagainya selama disana,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu peserta pertukaran pelajar Raisha Amira Diyanti merasa sangat senang dan bangga mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ke busan Korea Selatan.
“Karena di sekolah ini saya disambut dengan baik, dikenalkan dengan makanan khas Korea Selatan dan model pendidikannya. Saat saya di Korea, yang membuat bangga adalah bisa menampilkan tarian budaya Indonesia yaitu tari saman. Saya bangga dan senang sekali bisa tampil dihadapan siswa dan guru di busan Korea Selatan,” imbuhnya. (Yuda)-sa