Hikmah

Spirit Kurban: Meneguhkan Penghambaan, Melawan Arus Konsumerisme Modern

Oleh: Nur Ngazizah

Setiap tahun, kumandang takbir menyambut Iduladha mengiringi prosesi penyembelihan hewan qurban oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia. Ritual agung ini adalah jejak napak tilas ketaatan absolut Nabi Ibrahim AS dan keikhlasan putranya, Nabi Ismail AS, terhadap perintah Ilahi. Namun, di tengah pusaran era modern yang seringkali menjebak dalam budaya konsumtif, menjadi sebuah urgensi bagi kita untuk merenungi kembali dan menangkap spirit sejati dari ibadah qurban.

Iduladha bukan sekadar perayaan seremonial tahunan. Ia adalah sebuah madrasah spiritual yang bertujuan menguji dan mengukuhkan esensi penghambaan (‘ubudiyyah) kita kepada Allah SWT. Di zaman ketika nilai diri kerap diukur dari materi yang dimiliki, merek yang dikenakan, atau gaya hidup yang dipamerkan di media sosial, qurban hadir sebagai pengingat dan koreksi. Ia mengajarkan nilai pengorbanan, pelepasan, dan prioritas spiritual di atas gemerlap duniawi.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kautsar ayat 2:

فَصَلِّلِرَبِّكَوَانْحَرْۗ

“Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. Al-Kautsar: 2)

Ayat ini secara lugas mengaitkan perintah salat dengan perintah berkurban, menunjukkan kedudukan qurban sebagai salah satu bentuk ibadah penting untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.

Tantangan Penghambaan di Era Materialistis dan Konsumtif

Budaya konsumtif di era modern seringkali secara halus namun pasti menggeser orientasi hidup manusia. Keinginan (wants) dipoles sedemikian rupa hingga menyerupai kebutuhan (needs), dan kebahagiaan diidentikkan dengan akumulasi materi. Tanpa disadari, banyak yang terjebak dalam penghambaan kepada selain Allah: penghambaan pada tren, status, dan hawa nafsu. Fenomena ini telah diperingatkan oleh Allah SWT:

أَلْهَاكُمُالتَّكَاثُرُحَتَّىٰزُرْتُمُالْمَقَابِرَ

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur: 1-2)

Logika konsumerisme yang berpusat pada penumpukan dan pamer sangatlah bertentangan dengan filosofi qurban. Qurban mengajarkan bahwa kemuliaan seorang hamba terletak pada kemampuannya mengorbankan apa yang dicintainya—dalam hal ini simbol harta berupa hewan ternak—demi meraih keridhaan Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam Surah Al-Hajj ayat 37:

لَنْيَّنَالَاللّٰهَلُحُوْمُهَاوَلَادِمَاۤؤُهَاوَلٰكِنْيَّنَالُهُالتَّقْوٰىمِنْكُمْۗ

“Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.” (QS. Al-Hajj: 37)

Ayat ini adalah landasan bahwa bukan aspek fisik persembahan yang utama, melainkan ketakwaan, keikhlasan, dan kesadaran untuk tunduk patuh kepada Allah yang menjadi barometer diterimanya qurban.

Baca Juga: Makna Mendalam Iduladha: Teladani Iman, Semai Kepedulian

Kurban: Madrasah Keikhlasan dan Solusi Kepedulian Sosial

Ibadah kurban memiliki dua dimensi penting dalam membentuk Muslim yang taat. Pertama, yaitu Dimensi Vertikal (Hablum Minallah) dan Peneguhan Totalitas Penghambaan. Kurban adalah sarana tarbiyah ruhaniyah untuk memurnikan niat dan mengikis kecintaan berlebih pada dunia. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai oleh Allah dari Bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak di suatu tempat di sisi Allah sebelum mengalir di tanah. Karena itu, bahagiakanlah dirimu dengannya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

Hadits ini menunjukkan betapa mulianya amal qurban di sisi Allah. Lebih jauh, kurban adalah bagian dari deklarasi seorang muslim bahwa seluruh hidupnya diperuntukkan hanya kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku (termasuk kurbanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”” (QS. Al-An’am: 162)

Lalu kedua, Dimensi Horizontal (Hablum Minannas) dan Perwujudan Kepedulian Sosial. Spirit kurban sejalan dengan teologi Al-Ma’un yang diusung Muhammadiyah, yakni menerjemahkan iman menjadi aksi nyata kepedulian. Distribusi daging kurban adalah instrumen untuk mempererat tali persaudaraan dan membantu meringankan beban kaum duafa. Rasulullah SAW memberikan petunjuk terkait pemanfaatan daging kurban:

“Makanlah sebagian, berikanlah (kepada fakir miskin) dan simpanlah sebagian.” (HR. Muslim)

Petunjuk ini mengisyaratkan adanya keseimbangan antara menikmati karunia Allah, berbagi dengan sesama yang membutuhkan, serta kembolehan untuk menyimpan sebagai bekal. Qurban mengajarkan bahwa ketaatan ritual harus berimplikasi pada peningkatan solidaritas dan keadilan sosial.

Membentuk Pribadi Muslim yang Taat dan Berkemajuan

Muslim yang taat di era modern bukanlah individu yang terisolasi dari perkembangan zaman, melainkan pribadi yang mampu menyaring arus modernitas dengan filter takwa. Ia memanfaatkan kemajuan untuk kebaikan, bukan untuk melampiaskan nafsu konsumtif.

Spirit qurban yang dihayati akan melahirkan pribadi yang: Memprioritaskan Akhirat: Mengutamakan perintah Allah di atas godaan duniawi. Berjiwa Dermawan dan Empatik: Peka dan peduli terhadap kesulitan sesama. Kritis dan Selektif: Mampu memilah antara kebutuhan esensial dan keinginan artifisial yang didorong konsumerisme. Merdeka dari Belenggu Materi: Menemukan identitas dan kebahagiaan sejati dalam penghambaan kepada Allah, bukan pada kepemilikan benda.

Momen Iduladha adalah kesempatan emas untuk merefleksikan kembali makna pengorbanan dan penghambaan. Mari kita jadikan ibadah qurban sebagai benteng spiritual dalam menghadapi derasnya arus konsumerisme, serta sebagai sarana untuk memantapkan diri menjadi Muslim yang kaffah—taat dalam dimensi vertikal kepada Allah, dan progresif-bermanfaat dalam dimensi horizontal kepada sesama manusia.

Wallahu a’lam bish-shawab.

*Kordiv DTDK MTK PWA Jateng

Related posts
Berita

Lazismu dan Shopee Barokah Bagikan Daging Sapi Limosin ke Panti Asuhan Rawamangun

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah — Momen Iduladha 1446 H menjadi lebih bermakna bagi anak-anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Rawamangun, Pulogadung,…
Berita

Lazismu dan TelePerformance Indonesia Salurkan Kurban Sapi pada Warga Jonggol yang Belum Tersentuh Kurban

Bogor, Suara ‘Aisyiyah – Lokasi Desa Singasari tidak terlalu jauh dari Ibu Kota Jakarta. Desa ini masih terjangkau untuk penyaluran hewan kurban…
Berita

Kolaborasi Lazismu dan Majelis Taklim Telkom Grup, Siswa dan Guru SD Muhammadiyah 5 Jakarta Terima Daging Kurban

Jakarta Pusat, Suara ‘Aisyiyah – Senyum merekah terpancar dari siswa-siswi dan guru Sekolah Dasar, saat menerima daging kurban segar kolaborasi Lembaga Amil,…

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *