Finansial

Strategi Membangun Bisnis setelah PHK: Peluang Baru, Harapan Baru

Oleh: Khusnul Hidayah

Pemutusan hubungan kerja (PHK) sering kali menjadi momen sulit yang membawa dampak besar bagi kehidupan seseorang. Data Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan sejak awal tahun hingga Oktober 2024, hampir 60 ribu pekerja di Indonesia terkena PHK maupun dirumahkan. Ini bukanlah jumlah yang sedikit. Imbasnya besar bagi keluarga mereka dan pada gilirannya bagi Indonesia.

Dalam Islam, setiap ujian adalah jalan menuju hikmah yang lebih besar. PHK, meskipun berat, dapat menjadi momen berharga untuk merintis bisnis. Dengan niat yang lurus dan strategi yang matang, bisnis dapat menjadi sarana keberkahan dan kemandirian finansial. Namun, transisi ini memerlukan persiapan yang matang, termasuk pengelolaan keuangan, terutama uang pesangon, yang biasanya menjadi andalan pasca-PHK. Berikut ini adalah strategi membangun bisnis yang dapat menginspirasi kita agar tetap tangguh dan produktif setelah PHK.

 

Membangun Mental Bisnis

Berwirausaha itu menantang, apalagi jika kita baru merintisnya. Berbagai risiko yang belum pernah dialami sebelumnya akan muncul. Oleh karena itu, membangun mental bisnis yang tangguh dalam menghadapi risiko dan kemauan untuk terus belajar sangatlah penting. Kita harus yakin bahwa setiap kesulitan itu membawa peluang baru. Mulailah dengan langkah kecil, tetapi penuh perhitungan. Jangan mudah tergoda oleh investasi dengan untung besar dan cepat karena tidak ada
kesuksesan bisnis yang dicapai secara instan.

PHK adalah kesempatan yang tepat untuk kembali melihat kemampuan dan minat. Manfaatkan potensi diri kita untuk merintis bisnis. Jika Anda pandai memasak, misalnya, bisnis kuliner bisa menjadi pilihan. Bisa juga Anda memulai bisnis dari hobi. Mungkin Anda punya hobi merajut, maka berbisnis suvenir rajutan bisa menjadi alternatif. Pilih usaha yang sesuai dengan passion agar lebih semangat menjalankannya. Setelah PHK, uang pesangon sering kali menjadi sumber utama modal.

Namun, jangan sampai kita menghabiskan seluruh uang pesangon untuk investasi atau modal usaha. Sebagian besar uang ini harus menjadi cadangan untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang mendesak seperti kebutuhan dasar, biaya hidup beberapa bulan ke depan, dan dana darurat. Tentukan jumlah pesangon yang akan digunakan sebagai modal usaha. Mulailah dari skala kecil agar risiko bisa diminimalkan. Selain itu, buatlah anggaran secara rinci. Catatlah setiap pengeluaran untuk memantau penggunaan pesangon. Hindari belanja impulsif yang tidak penting.

 

Mengembangkan Bisnis

Berbisnis bukan hanya soal berjualan. Pelajari dasar-dasar, seperti manajemen keuangan, pemasaran, dan pengelolaan serta aspek operasional bisnis, termasuk pengurusan perizinan usaha. Anda dapat mengikuti pelatihan online, membaca buku, melihat Youtube, atau bergabung dengan komunitas pengusaha untuk mendapatkan panduan yang jelas. Selain itu, pengelolaan keuangan adalah aspek penting dalam bisnis. Pisahkan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis dan catat
setiap pemasukan serta pengeluaran.

Sebelum memulai, susun rencana sederhana yang mencakup jenis usaha, target pasar, strategi pemasaran, dan estimasi biaya. Jika kita memulai usaha makanan, tentukan siapa target pelanggan, seperti pekerja kantoran, keluarga, atau remaja dan bagaimana cara menarik perhatian target pasar (promo harga, diskon, atau konten kreatif di media sosial). Gunakan promosi digital seperti diskon atau giveaway untuk menarik perhatian pelanggan pertama.

Baca Juga: Civil Society Gathering Jawa Timur 2025: Konsolidasi Gerakan untuk Keadilan Sosial dan Lingkungan

Pada era digital, platform online adalah teman terbaik pengusaha baru dan menjadi alat yang sangat efektif untuk memulai usaha dengan modal kecil. Gunakan media sosial seperti Instagram atau Facebook untuk memasarkan produk, atau membuka toko online di marketplace. Selain itu, banyak aplikasi gratis yang dapat membantu usaha mulai dari desain promosi hingga pencatatan keuangan.

Dalam perjalanan bisnis, jaringan sangat penting. Manfaatkan komunitas dan pertemanan untuk memperluas jaringan, baik untuk mencari pelanggan maupun mendapatkan dukungan. Ikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh banyak pihak untuk meningkatkan skill dalam mengembangkan bisnis. Selain itu, libatkan keluarga dalam perjalanan bisnis karena dukungan dari keluarga dan orang terdekat sering kali menjadi motivasi yang besar dalam menghadapi tantangan bisnis.

Kebanyakan orang ragu memulai bisnis karena takut gagal. Padahal, kegagalan bukan akhir, tetapi bagian dari proses belajar. Beranilah memulai, fokus pada kualitas produk atau jasa, dan selalu utamakan pelayanan terbaik. Jaga integritas bisnis dan niatkan semuanya untuk kebaikan karena usaha yang dilandasi dengan kejujuran
pasti mendatangkan berkah.

PHK bukan akhir segalanya. Dengan mental kuat, pengelolaan uang yang bijak, dan strategi tepat, kita bisa menciptakan peluang baru. Libatkan Allah Swt. dalam setiap langkah, karena kesuksesan sejati lahir dari kerja keras yang disertai doa dan tawakal, seperti yang tertera dalam Q.S. at-Talaq [65]: 3:

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah-lah yang menuntaskan urusannya.” Selamat memulai perjalanan baru pasca-PHK.

*Penulis adalah Pengajar di Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Ahmad Dahlan dan Bendahara Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA)

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *