Konsultasi Keluarga

Strategi Mengelola Hubungan dengan Anak Tiri

anak tiri
anak tiri

anak tiri (foto: pixabay)

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kak ‘Aisy yang saya hormati. Saya seorang perempuan lajang berusia di atas 30 tahun. Saya berencana menikah dengan seorang duda yang berusia sekitar 40 tahun dan telah mempunyai anak perempuan remaja. Saya seorang karyawati yang bekerja di sebuah perusahaan, satu kantor dengan calon suami yang berstatus duda karena istrinya meninggal dunia sekitar satu setengah tahun yang lalu. Pada awalnya, kami memang sudah saling kenal dan merasa sebagai teman biasa. Tetapi setelah beberapa lama calon suami menduda, dengan didorong oleh teman-teman sekantor, akhirnya kami merasa berjodoh.

Namun, ada masalah yang masih mengganjal di hati saya menjelang pernikahan ini, yaitu tentang kehidupan saya nanti ketika harus bergaul dengan suami yang pernah menikah dan dengan anak perempuan remajanya yang telah kehilangan ibu kandungnya. Saya berharap dapat mudah beradaptasi dengan kehidupan calon suami bersama putri remajanya. Oleh karena itu, saya berharap mendapat saran-saran dari Kak ‘Aisy tentang bagaimana nantinya saya mesti bersikap dan bergaul dengan suami serta putri remajanya agar dapat membangun kehidupan berkeluarga yang bahagia. Perlu saya sampaikan bahwa calon suami tinggal di rumah milik sendiri walau tidak besar. Demikianlah harapan saya dari Kak ‘Aisy. Atas saran-saran yang diberikan, saya menyampaikan terima kasih.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

S Kh.

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Mbak S Kh yang sedang bahagia tapi juga gelisah. Menikah dengan sesama lajang dan menikah dengan seorang yang sudah pernah menikah, apalagi sudah mempunyai anak remaja, pasti berbeda. Kiranya, Anda memang perlu mempersiapkan diri secara psikologis karena Anda yang semula hanya perlu mengurus kehidupan diri sendiri, setelah menikah harus berurusan dengan kehidupan dua pihak setelah menikah nanti, yaitu dengan suami dan anaknya usia remaja.

Untuk memperoleh kehidupan berkeluarga yang nyaman, setelah menikah Anda harus mampu membina hubungan yang baik dengan kedua pihak tersebut. Agar mempunyai gambaran terkait, Anda perlu berbicara dengan calon suami Anda untuk mengetahui sifat-sifat dan harapan dari kedua pihak yang dimaksud.

Pertama, harapan calon suami terhadap diri Anda ketika sudah menjadi istri. Anda mungkin sudah kenal baik dengan dia karena merupakan teman sekantor. Meskipun demikian, untuk menjadi suami istri, mestinya perlu saling mengenali dan memahami sifat yang masih tersembunyi, misalnya tentang hal-hal yang disukai dan tidak disukai.

Kemudian, Anda harus ingat bahwa calon suami Anda pernah menikah sehingga sudah memiliki gambaran dan harapan bagaimana nantinya ketika menikah dengan Anda. Oleh karena itu, Anda juga perlu menyampaikan tentang harapan Anda setelah menikah. Sampaikan juga dengan cara yang baik bahwa Anda berbeda dengan mantan istrinya yang sudah meninggal dunia. Oleh karena itu, Anda mungkin ingin disikapi berbeda juga, sesuai dengan harapan Anda.

Kedua, harapan Anda tentang hubungan yang ingin dibangun dengan calon anak tiri Anda. Perlu Anda pahami bahwa bagi anak perempuan, apalagi pada usia remaja, ibu adalah sumber kasih sayang, rasa aman, percaya diri, dan pendorong diri untuk meraih keberhasilan dan berprestasi. Ibu juga tempat menumpahkan kegelisahan dan ketakutan dalam perjalanan hidup. Selain itu, ibu adalah tempat menceritakan dan mencurahkan keceriaan, kemanjaan, dan sumber inspirasinya sebagai perempuan.

Anak itu belum lama kehilangan sumber kasih sayang tersebut, yang tidak mudah, atau bahkan tidak dapat tergantikan, sehingga jiwanya terasa rapuh dan lemah semangat. Bisa juga perasaan kehilangan kasih sayang dari ibunya akan dia gantikan dengan semakin mencintai dan menggantungkan diri kepada ayahnya, yang diikuti dengan munculnya rasa takut kehilangan kasih sayang serta kehadiran sang ayah.

Pada keadaan biasa, kasih sayang ayah diperlukan bagi remaja putri sebagai pemberi rasa aman, pendorong, serta sumber inspirasi keberhasilan studi. Namun bagi remaja calon anak tiri Anda, boleh jadi baginya sang ayah adalah segalanya karena sekaligus menjadi pengganti sosok ibu.

Oleh karena itu, boleh jadi dia tidak mau kehilangan ayahnya dan bahkan tidak mau berbagi kasih sayang ayah dengan siapapun. Dia bisa sangat cemburu kepada setiap orang yang terlalu dekat dengan ayahnya, termasuk calon istri ayah, yang akan menggantikan posisi ibunya. Jadi, Anda memang harus mempunyai strategi khusus yang diikuti dengan kesabaran dan kasih sayang.

Anda perlu membina hubungan dekat dengan calon anak tiri Anda sebelum menikah dengan ayahnya. Bersikaplah bukan sebagai calon pengganti ibunya, tetapi sebagai kakak atau tante yang bisa menjadi teman untuk berbagi pengalaman dan perasaannya, bahkan menjadi tempat mengadu bila dia sedang menghadapi masalah. Perlu Anda pahami bahwa walaupun ibunya sudah meninggal satu setengah tahun yang lalu, tetapi bagi dirinya, itu terasa belum lama.

Mintalah calon suami Anda memberikan pemahaman bahwa Anda bukan sebagai pengganti ibunya tetapi sebagai teman ayah karena sebagai laki-laki dewasa, ayah memerlukan teman. Hindari nuansa kemesraan Anda bersama ayahnya di hadapan dia, baik sebelum maupun setelah menikah.

Buatlah keadaan di mana Anda sering berada bertiga bersama anak tersebut dan ayahnya untuk membangun rasa keakraban, misalnya duduk dan berbincang bersama, bepergian bersama, atau salat berjamah dan mengaji bersama, baik sebelum ataupun sesudah menikah, bahkan mungkin ketika merencanakan acara pernikahan Anda dengan Ayahnya. Dengan berbagai usaha itu, semoga Anda menjadi ibu tiri yang akrab dengan anak dari suami.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.       

Susilaningsih Kuntowijoyo

Related posts
Politik dan Hukum

Peran Keluarga dalam Pendidikan Politik

Oleh: Susilaningsih Kuntowijoyo Tahun 2024 merupakan tahun politik karena pada tanggal 14 Februari 2024 akan diadakan pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres)…
Keluarga Sakinah

Pengasuhan dan Generasi Anti Perundungan

Oleh: Elli Nur Hayati* Belakangan kita banyak mendengar dan melihat, baik secara langsung maupun tidak langsung, perundungan yang dilakukan terhadap seseorang yang…
Keluarga

Ketika Pasangan Pergi

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi* Bulan lalu, suami kerabat perempuan saya berpulang, tidak lama setelah kanker paru-paru menggerogoti tubuhnya yang nampak sehat, sejak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *