Konsultasi Keluarga

Suami Ternyata Gay, Bagaimana Menghadapinya?

stop LGBT

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Kak ‘Aisy yang saya hormati. Saya seorang ibu rumah tangga ingin berkonsultasi tentang kasus yang dialami oleh teman dekat saya terkait dengan keadaan suaminya. Dengan sangat sedih, teman saya berkeluh tentang suaminya yang menyampaikan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya adalah gay. Padahal suami isteri tersebut telah menikah selama 6 tahun dan telah memilik seorang anak perempuan usia sekitar 4 tahun. Mereka tampak bahagia dalam suasana keluarga yang islami. Menurut teman saya, pengakuan suaminya itu sudah terjadi sekitar sebulan yang lalu. Selanjutnya, teman saya juga menceritakan bahwa kondisi ketika suaminya menyampaikan pengakuan itu seperti sangat tertekan dan menderita. Sedangkan teman saya juga sangat terkejut sehingga sampai beberapa hari lebih suka diam di rumah dan hubungan suami istri tersebut menjadi sangat berjarak.

Pengakuan suaminya itu muncul ketika pihak istri merasakan bahwa beberapa bulan belakangan, suasana kemesraan dari pihak suami terasa sangat jauh berkurang sehingga pihak istri seperti menuduh suaminya mempunyai WIL (wanita idaman lain). Akibatnya, sering terjadi pertengkaran karena pihak suami selalu menyangkalnya. Pada saat pertengkaran agak mereda, dengan nada yang sangat sedih, suaminya menyampaikan bahwa dirinya sebenarnya adalah gay. Hal itu bisa terjadi, katanya, karena ketika awal remaja kalau malam hari sering digauli oleh pamannya yang tidak menikah. Ketika SMA, dia sering tertarik kepada teman duduk sesama lelaki, dan juga teman laki-laki lain yang cakep. Tetapi dia selalu melawan perasaan itu. Kemudian dia juga mengakui setelah bekerja, sering jatuh cinta kepada lelaki yang cakep, tetapi dia selalu berusaha untuk melawannya juga walau hatinya sangat tersiksa.

Orang tua sang suami tidak tahu tentang keadaan dirinya itu. Karena dirasa sudah cukup dewasa dan tampak tidak pernah punya pacar, orang tuanya mencarikan jodoh dan memaksa menikah. Suaminya merasa mungkin pernikahan akan menjadi jalan untuk keluar dari perbedaan orientasi seksualnya, walaupun penuh perjuangan ternyata bisa berhasil. Tetapi belakangan ini, katanya, dorongan kecenderungan gay atau mencintai sesama jenisnya terasa muncul kembali.

Kak ‘Aisy yang saya hormati, teman dekat saya itu, juga saya yang tidak tahu tentang permasalahan gay mohon penjelasan mengenai bagaimana seseorang bisa menjadi gay. Selain itu, bisakah menjadi normal kembali? Teman saya juga khawatir kalau-kalau suaminya punya pacar sesama laki-laki. Kemudian bagaimana semestinya teman saya menyikapi suaminya agar dia bisa bertahan untuk tidak bercerai? Pasalnya, teman saya ini mencintai suaminya serta kasihan pada anaknya. Atas tanggapan Kak ‘Aisy, kami ucapkan terima kasih.

Wassalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

Ibu Ami di M

 

Jawaban”

Ibu Ami yang baik. Saya sampaikan apresiasi atas kesediaan Anda untuk menyampaikan permasalahan teman Anda yang cukup rumit dan sangat pribadi. Bagaimana seseorang bisa menjadi gay untuk laki-laki atau lesbian untuk perempuan memang merupakan permasalah yang rumit. Berdasarkan banyak laporan kasus dalam berbagai sumber konsultasi psikologi, ditengarai adanya pengaruh proses sosialisasi yang salah tentang perasaan dorongan seksualnya.

Di antaranya adalah karena misalnya seorang anak laki-laki remaja awal yang menjadi korban kekerasan seksual oleh laki-laki dewasa, yaitu dengan dipergauli secara seksual berulang kali oleh laki-laki dewasa, misalnya pamannya dan mereka tinggal dalam satu rumah. Atau contoh lainnya di asrama laki-laki yang campur antara yang usia remaja awal dan remaja akhir yang kebetulan dia mempunyai kelainan dorongan seksual sebagai akibat menjadi korban dari seniornya.

Penyimpangan perkembangan seksual juga bisa terjadi karena proses pengasuhan yang tidak semestinya sehingga terjadi proses identifikasi peran seksual yang menyimpang. Misalnya seorang anak laki-laki yang hanya diasuh oleh ibunya saja, yang sejak kecil sangat dekat dengan ibunya sehingga terjadi proses identifikasi dirinya terhadap ibunya, dan mempengaruhi perkembangan sensasi seksualnya. Hal sebaliknya juga bisa terjadi pada anak perempuan yang hanya diasuh oleh ayahnya saja. Ada juga suatu kasus yang ayahnya sangat keras dan si anak laki-laki ini sering menjadi korban kemarahan sang ayah. Berikutnya, anak ini selalu dihibur oleh si ibu yang lemah lembut penuh kasih sayang, sehingga pada dirinya terjadi proses identifikasi secara seksual terhadap ibu sebagai figur perempuan. Akhirnya, ia lebih suka bersikap seperti perempuan yang menjadikan dirinya semenjak remaja secara seksual tertarik kepada sesama laki-laki.

Apakah gay atau lesbian bisa sembuh? Memperhatikan berbagai kasus dari beberapa sumber, gay atau lesbian bisa sembuh (lihat Leila Ch Budiman, Berdamai Dengan Stres, 1999). Faktor utama yang mampu mendorong proses kesembuhan adalah kesadaran dan kemauan untuk sembuh, walau harus melalui proses perlawanan batin yang tidak mudah. Kesadaran akan nilai, baik nilai moral maupun agama, dapat menjadi titik tolak keinginan untuk sembuh. Proses kesembuhan itu juga bisa cepat tercapai bila didukung oleh lingkungan terdekatnya yang memahami permasalahan dirinya.

Suami dari teman Ibu Ami itu sebagai contohnya, yang mengakui bahwa dirinya gay, tetapi dengan terpaksa menikah bisa menjadi sembuh. Oleh karena itu, sebaiknya hubungan kasih sayang dalam keluarga teman Ibu Ami semakin ditingkatkan. Demikian juga hubungan kemesraan antara suami istri. Sang istri dalam hal ini mempunyai peran penting agar daya kambuh kecenderungan gay suami segera berkurang dan menghilang.

Teman Ibu Ami harus berusaha memahami kondisi suaminya serta mampu mendukung usaha suami untuk kembali menjadi laki-laki normal. Tentang kekhawatiran apakah sang suami punya pacar sesama gay, jawabannya bisa ya bisa tidak. Hal itu dapat dipengaruhi oleh kekuatan kesadaran nilai pada suami yang didukung oleh kekuatan cinta dan kasih sayang dari sang istri. Saya ikut berdoa semoga kehidupan suami-istri teman Ibu Ami segera membaik kembali, sehingga menjadi keluarga muslim yang harmonis dan bahagia, dinaungi suasana sakinah, maaddah wa rahmah.

Ingatlah selalu bahwa setiap ujian hadir sebagai tanda cinta Allah. Setiap ujian selalu memiliki solusi. Ada kemudahan tak terhingga bagi kesulitan yang menerpa. Niatkan proses mendampingi suami untuk sembuh sebagai bagian dari ibadah. Teman Ibu Ami sebagai istri, serta istri-istri lain yang sedang mengalami hal yang sama, sebenarnya mengemban posisi sebagai dai yang menyeru dan mendampingi suami agar tetap di jalan Allah. Jangan bersedih hati, terimalah dengan syukur dan sabar. Memang mungkin tidak mudah untuk dijalani, akan tetapi, Allah bersama kita.

Wassalaamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakaatuh

Susilaningsih Kuntowijoyo

Related posts
Konsultasi Keluarga

Mencintai Seseorang secara Berlebihan

Pertanyaan: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Kak ‘Aisy yang saya hormati. Saya seorang ibu ramah tangga yang mempunyai adik laki-laki berusia lebih dari 35…
Berita

Muhammadiyah Tanggapi Rencana Kunjungan Jessica Stern ke Indonesia

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan bahwa rencana kunjungan Jessica Stern ke Indonesia hanya akan menimbulkan masalah…
Keluarga

Menyikapi Suami yang Melarang Istri Mencari Ilmu

Pertanyaan: Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Saya seorang guru di suatu Taman Kanak-Kanak di kota kecil. Saya juga ibu rumah tangga yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *