Bungkusan-bungkusan jajanan dalam plastik dan kardus tampak begitu cantik bertuliskan stiker “Cake and Cookies Bu Lamah”. Jajanan roti dan kue-kue kering itu baru sebagian contoh produk buatan Sulamah, warga Kecamatan Sanankulon yang usaha bisnisnya telah banyak dikenal di Kabupaten Blitar. Perempuan berusia 55 tahun ini merupakan seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) Purna.
Bermodal tekad agar keluarganya dapat memiliki rumah, Sulamah sejak tahun 1998 memberanikan diri meninggalkan suami dan dua anak perempuannya di tanah air untuk melancong ke daratan Hongkong. “Cari uang untuk punya rumah, kalau di Indonesia kan susah dan lama. Bisa tapi lama. Akhirnya pergi ke luar terus dapet rumah, ya sudah pulang, ndak pengin lagi,” ungkapnya yang mengaku lebih nyaman tinggal di Indonesia. Pada tahun 2002, perempuan ini pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih kembali berkumpul bersama suami dan anakanaknya.
Selanjutnya, suaminya yang ketika itu bekerja sebagai sopir travel menjadi penopang utama kebutuhan keluarga, sedangkan Sulamah mengambil peran sebagai ibu rumah tangga. Di masa-masa itu pula, pasangan tersebut dikaruniai seorang bayi laki-laki yang merupakan anak ketiga mereka. Tiada yang menyangka jika belasan tahun berikutnya Sulamah akan tertarik pada dunia wirausaha dan mengembangkan bisnis rumahan. Keputusannya ini nantinya juga akan menyelamatkan ekonomi keluarganya saat pandemi Covid-19 menerpa, ketika sang suami harus meninggalkan pekerjaannya.
Membangun Bisnis
Tahun 2015 menjadi sebuah pintu bagi Sulamah dan banyak PMI Purna lainnya yang tinggal di Kabupaten Blitar untuk mendapatkan peluang baru bagi kesejahteraan hidup mereka. “Saya dapat informasi ada pelatihan TKI Purna di forumnya ‘Aisyiyah. Nah, saya terus ikut,” jelasnya.
Sulamah menunjukkan foto ketika ia mengikuti pelatihan wirausaha ‘Aisyiyah tersebut. Para peserta terdiri dari PMI Purna laki-laki maupun perempuan yang pernah bekerja di Hongkong, Korea Selatan, Malaysia, dan sebagainya. Mereka dibebaskan memilih jenis pelatihan untuk diikuti, di antaranya ialah produksi kue, catering, atau peternakan. Ia ingat ketika itu dirinya memilih untuk belajar membuat kue-kue.
Baca Juga: Dyah Suminar: Pengusaha Tidak Boleh “Alergi” pada Perubahan Zaman
Sepulang dari pelatihan itu, tumbuh keinginan supaya ilmu yang baru dikantonginya dapat dikembangkan secara serius. “Mungkin kalau saya tekuni, saya fokus, saya bisa,” serunya menggambarkan bagaimana ia mula-mula meyakinkan dirinya sendiri untuk mencoba berbisnis. Ia semakin mantap tatkala anak-anaknya juga memberi dukungan. Sulamah mencoba bereksperimen membuat kue-kue kering yang kemudian ditawarkannya kepada para tetangga. Tanpa malu dan ragu, ia pun menanyakan penilaian mereka terhadap produknya agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya.
Berawal dari promosi mulut ke mulut, kini “Bu Lamah” telah menerima banyak pesanan dari seantero Kabupaten Blitar. Nyaris tiap hari, ia pasti mendapatkan pesanan. “Biasanya order-an paling banyak itu pas ada orang kawinan,” tutur Sulamah menjelaskan jika ada acara walimah atau resepsi biasa memborong banyak pesanan.
Selain itu, ia juga kerap mendapat pesanan makanan untuk rapat-rapat, acara sekolah, kelurahan, puskesmas, dan berbagai kegiatan lainnya. Tidak hanya kue-kue kering, tapi Sulamah pun bersedia menyiapkan roti basah maupun nasi kotak bila dipesan.
Bersama kedua putrinya, Rika dan Sari, Sulamah terus mengembangkan jajanan-jajanan buatannya. Kini kedua putrinya juga gencar membantunya memasarkan produk “Bu Lamah” ini secara online. Di samping kedua putrinya yang membantu membuatkan pesanan-pesanan, terdapat pula beberapa tetangga yang dilibatkan untuk ikut menyiapkan dan membungkus jajanannya. Soal antarmengantar, suami Sulamah dan anak laki-lakinya-lah yang mengambil peran.
Fokus dan Harapan
“Jangan bosen-bosen mencoba. Kalau sudah mencoba, fokus!” serunya membagikan motivasi yang selama ini menjadi energi baginya mengembangkan usaha. Kesungguhan perempuan wirausaha ini tampak pada semangatnya yang rela bangun pukul 01.00 WIB dini hari untuk menyiapkan pesanan di esok pagi harinya.
“Kalau saya mending nggak tidur, daripada dimasak sore tapi nanti nggak enak dan nggak fresh,” tutur Sulamah. Bahkan pernah ia dan kedua putrinya harus membuat 900 biji jajanan yang harus siap pukul 07.00 pagi. “Itu sampai semalaman nggak tidur,” ungkapnya. Para tetangga biasanya baru mulai ikut bergabung usai ibadah salat Shubuh.
Baca Juga: Menciptakan Jiwa Wirausaha Generasi Muda
Dalam mengelola bisnisnya, Sulamah memiliki prinsip yang betul-betul ia pegang, di antaranya adalah komitmen untuk menjaga kualitas produknya. “Biar bahan baku semahal apapun, jangan sampai ada bagian dari resep-resep yang dikurangi. Karena kalau dikurangi nanti akan mengganggu rasa,” tandas perempuan ini. Namun apabila harga bahan baku betul-betul terlalu tinggi, ia akan memberikan tawaran tertentu kepada pembeli dengan tetap berusaha tidak mengecewakan.
Meskipun sejauh ini usahanya berjalan lancar dan stabil, Sulamah juga melihat pentingnya inovasi dan pengembangan. Rupanya, ia menyimpan impian yang ingin diwujudkannya dalam waktu dekat, yakni membangun sebuah toko kecil sebagai pusat jajanan dan oleh-oleh. “Diisi apa-apa, ready untuk tiap hari, khusus untuk makanan atau oleh-oleh,” serunya.
Jika selama ini konsumen perlu memesan terlebih dahulu, dengan adanya toko, Sulamah berharap nantinya para pembeli yang ingin melihat produknya bisa langsung datang dan membeli ke toko. Ia mengungkapkan harapannya dengan penuh antusias dan bersemangat. (Ahimsa)