Wawasan

Surat Al-‘Ashr Landasan Gerakan Muhammadiyah Berkemajuan

Waktu
Waktu

Islam Berkemajuan

Oleh: M. Sukriyanto AR

Dengan mengusung semangat Islam yang Berkemajuan, Muhammadiyah terus bergerak secara dinamis guna menjawab tuntutan zaman tanpa harus keluar dari pakem ajaran Islam. Semangat itu berangkat dari pemahaman dan refleksi atas surat al-‘Ashr.

***

Surat al-‘Ashr merupakan surat ke 103 di dalam kronologi mushaf utsmani. Turun setelah surat at-Takatsur (102) dan sebelum surat al-Humazah (104). Turun sebelum peristiwa Hijrah dari Makkah ke Madinah (makkiyah).

Asbabun Nuzul

Sebab-sebab turunnya surat al-‘Ashr adalah kebiasaan orang-orang Quraisy yang suka duduk-duduk di sekitar Ka’bah, sejak sore hari sampai menjelang matahari tenggelam. Mereka sering membicarakan soal waktu; menyatakan bahwa waktu itu jelek dan waktu ini baik. Karena itu, Allah menurunkan surat al-‘Ashr sebagai jawaban atas persepsi orang Quraisy tersebut, sekaligus sebagai panduan hidup umat Islam.

Begitu pentingnya kandungan pesan yang terdapat pada surat al-‘Ashr, sampai-sampai Imam Syafi’i menyatakan, seandainya tidak turun al-Quran selain surat al-‘Ashr, maka surat itu sudah cukup untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Maksudnya, kandungan surat al-‘Ashr itu sangat padat akan makna. Isinya demikian luas dan mendalam, yang kalau diamalkan akan bisa membawa manusia ke arah kehidupan akhirat yang baik dan kehidupan dunia yang berkemajuan dan berperadaban baru serta maju.

Sekiranya orang mau melaksanakan amal saleh, baik dalam hubungannya dengan Allah (hablun min Allah) maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia (hablun min an-nas) serta lingkungan alam (hablun ma’a al-bi’ah), maka manusia akan menjadi maju, bermartabat, dan berperadaban tinggi.

Makna Waktu

Surat al-‘Ashr berisi penjelasan bahwa semua waktu pada dasarnya sama, tergantung bagaimana cara mengisinya (pemanfaatannya). Allah swt. menggunakan kata al-‘ashr untuk menjelaskan makna waktu. Selain bermakna waktu asar, dalam beberapa kamus bahasa Arab, al-‘ashr juga berarti maju, baru, modern. Kata ‘ashara berarti memodernkan, membuat sesuatu menjadi baru, menjadikan modern.

Selain kata al-‘ashr, ada lagi istilah waktu, yaitu ad-dahr. Ad-dahr sering digunakan untuk menunjukkan rentang waktu seribu tahun, ada pula yang mengartikan masa tertentu. Allah swt. juga menggunakan waktu-waktu yang lain, seperti al-lail, al-fajr, ad-dhuha, al-falaq untuk bersumpah. Dia juga menggunakan benda-benda langit yang berhubungan dengan waktu, seperti asy-syams, al-qamar, an-nazi’at, al-buruj, at-thariq, dan an-najm untuk hal yang sama.

Begitu pentingnya waktu sehingga orang yang menyadari pentingnya waktu selalu berusaha agar segala sesuatunya bisa cepat dicapai atau diselesaikan. Karena itu, mereka menciptakan sarana komunikasi, transportasi, dan produksi yang cepat, efektif, dan efisien.

Menggunakan Waktu secara Efektif dan Efisien

Siapa saja yang bisa menggunakan waktu dengan baik (efisien dan efektif), maka dia akan memperoleh banyak keuntungan. Sebaliknya, siapa saja yang tidak bisa menggunakan waktu akan selalu merugi. Maksudnya, kalau orang itu beriman dan mau menggunakan waktunya untuk melakukan amal saleh, seperti beribadah, belajar, dan bekerja, maka ia akan memperoleh keberuntungan.

Allah swt. memberi waktu kepada semua orang sama setiap hari, yaitu 24 jam. Tetapi tidak semua orang bisa menggunakan waktu itu dengan efektif dan efisien. Ada yang menggunakan untuk bersantai, ngobrol, dan tidur saja. Ada pula yang menggunakan untuk belajar, meneliti, bekerja, bertani, berkebun, berternak, berdagang, beribadah, dan sebagainya. Mereka yang menggukanan waktu dengan efektif dan efisien akan memperoleh hasil yang maksimal dan optimal.

Suatu bangsa bisa maju dan berperadaban tinggi manakala bangsa itu menggunakan waktunya untuk belajar, meneliti, berdagang, dan bekerja keras untuk melakukan pembangunan. Bangsa yang maju dan berperadaban pada umumnya penduduknya rajin, pekerja keras, kreatif, dan disiplin.

Memanfaatkan Waktu

Agar orang tidak rugi, maka ia harus mengisi waktunya dengan tiga hal, yaitu; pertama, dengan iman. Iman adalah dasar atau pondasi kehidupan. Dalam hidup ini, iman sangat penting karena ia memberi arah dan kualitas hidup seseorang.

Kedua, dengan amal saleh. Dalam Islam, yang dimaksud amal saleh adalah amal yang diniatkan untuk beribadah karena Allah dan bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah. Amal itu harus dilakukan berdasarkan ilmu. Amal yang dilakukan berdasarkan ilmu dan selalu berorientasi ke masa depan (dunia dan akhirat) akan bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungan.

Ketiga, dengan saling berwasiat (saling kontrol) tentang kebenaran dan kesabaran. Karena manusia itu sering lupa dan emosi, maka manusia perlu saling mengontrol, saling mengingatkan agar dapat selalu melakukan amal saleh sebanyak dan sebaik mungkin. Akan tetapi, apabila ada yang melakukan kesalahan atau kekeliruan harus diingatkan dengan cara yang sabar; tidak dengan marah-marah, tidak dengan melecehkan, dan tidak dengan membuat malu. Jika umat Islam ingin maju (membangun peradaban), maka harus melakukan tiga hal tersebut.

Muhammadiyah Gerakan Islam Berkemajuan

Untuk mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan yang berkemajuan, maka warga Muhammadiyah harus menyadari pentingnya waktu dan mengisi waktu dengan amal saleh sebaik mungkin. Muhammadiyah perlu memiliki pemahaman Islam yang berkemajuan, seperti visioner, berpikiran maju, berwawasan luas, dan berpandangan jauh ke depan.

Selain itu juga menanamkan budaya yang maju, seperti tepat waktu, tepat janji, suka membaca, gemar menuntut ilmu/pembelajar, kreatif, dinamis, rajin, tertib, kerja keras, jujur, adil, bersih, menolong, dan lain-lain. Tidak kalah penting menghiasai dan mengembangkan kehidupan kebangsaan dengan kesenian yang edukatif, etis, dan religius.

Pendidikan pun harus maju. Sekolah, perguruan tinggi, pesantren dan lembaga pendidikannya banyak dan berkualitas, disertai pengajar yang juga berkualitas, kesejahteraannya tercukupi. Sarana dan prasarananya bagus, modern, dan yang lebih penting, semua orang bisa belajar dengan baik, biayanya terjangkau. Kualitas kesehatannya tinggi, rumah sakitnya banyak, bagus, dan berkualitas, dan semua orang bisa berobat dan terlayani dengan baik. Lingkungan hidupnya bersih, indah, hijau, teduh, dan sehat.

Kehidupan sosialnya baik. Hidup dengan rukun, kerja sama, tolong-menolong dan gotong royong mewarnai kehidupan bermasyarakat. Toleransi antarsuku, antargolongan, antarkelompok, dan antaragama berjalan dengan baik. Hubungan sosial antara yang kaya dan yang miskin bagus, akrab, dan harmonis. Ekonominya maju, pendapatannya tinggi, penguasaan asetnya banyak, tingkat kemiskinan rendah. Hukum tegak, keadilan merata bisa dirasakan oleh orang banyak. Semua orang merasakan aman, nyaman, dan tidak ada yang tertekan.

Sumber: Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 11 Tahun 2014

Related posts
Berita

107 Tahun Aisyiyah, Perkuat Komitmen Menjawab Berbagai Problem Kemanusiaan Semesta

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Mengusung tema “Memperkokoh dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta” ‘Aisyiyah  akan memperingati miladnya yang ke-107 tahun pada 19 Mei…
Berita

Tri Hastuti Dorong Warga Aisyiyah Kawal Demokrasi di Indonesia

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Menghadapi momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, banyak pertanyaan dari warga ‘Aisyiyah menyangkut pilihan dan keberpihakan ‘Aisyiyah. Sekretaris Umum…
Berita

Ikhtiar Wujudkan Pemilu Inklusif dan Berkeadaban, PP Aisyiyah Adakan Madrasah Politik Perempuan

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) PP ‘Aisyiyah bekerja sama dengan Program Inklusi ‘Aisyiyah pada Sabtu (20/1) mengadakan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *