Kudus, Suara ‘Aisyiyah – Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah Online yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah yang diikuti juga oleh Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kudus yang memfasilitasi pelaksanaan secara bersama di Aula Panti Asuhan ‘Aisyiyah Kudus. Kegiatan ini diikuti oleh 28 peserta yang berasal dari 12 Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) se-Kabupaten Kudus dan utusan dari Pimpinan Daerah Nasyi’atul ‘Aisyiyah (PDNA) Kudus. Dirangkulnya kaum muda dari PDNA ini sebagai salah satu upaya melangsungkan estafet kepemimpinan perempuan.
“Sebagian besar usaha kecil dan menengah harus tutup karena tidak adanya pembukuan”, demikian disampaikan oleh Eka Handriani pada materi pertama di hari kedua penyelenggaraan SWA Online se-Karesidanan Pati ini. Untuk membuka usaha secara mandiri, seseorang harus melakukan pencatatan dan menganalisa hasil usaha kita tersebut. Dengan demikian, ia juga akan dapat mengetahui keadaan bisnis yang dijalankan mengalami keuntungan atau justru merugi. Selain itu, yang tidak kalah penting membuat laporan keuangan yang diperlukan untuk dapat meperoleh pendanaan dari pihak ketiga.
Lebih lanjut, Handriani menyampaikan bahwa pencatatan keuangan usaha harus dipisahkan dengan keuangan pribadi. Hal ini untuk lebih mempermudah dalam menganalisis hasil usaha. Karena dengan mencampur keuangan pribadi dan usaha, akan membuat pelaku usaha tidak dapat memastikan apakah kekayaannya bertambah karena usaha yang mendatangkan keuntungan atau malah berasal dari sumber pendapatan yang lainnya.
Baca Juga: MEK PDA Kudus Ikuti Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) Online
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis transaksi, yaitu menentukan apakah aset, kewajiban, modal pemilik, pendapatan, atau beban yang dipengaruhi oleh adanya transaksi; kemudian untuk setiap akun yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut ditentukan juga apakah akun bertambah atau berkurang dengan adanya transaksi; dan harus digunakan aturan dalam mendebit dan mengkredit untuk membuat jurnal.
Dengan menguasai literasi keuangan diharapkan dapat membuat masyarakat melek finansial, yang pada akhirnya dapat membuat kita dapat memahami cara mengelola uang, hutang, pajak, suku bunga, asuransi, kredit, bahkan tabungan pensiun. Dengan melek finansial, seseorang dapat menggunakan produk keuangan di sekitar agar dapat mencapai kestabilan keuangan dan kestabilan ekonomi keluarga.
Materi selanjutnya yaitu Network and Marketing oleh Ciptowati Endang. Untuk dapat mengetahui karakter pasar dan calon konsumen, katanya, pelaku usaha perlu melakukan riset terlebih dahulu untuk menganalisis pasar. Riset pasar ini dilakukan agar dapat memahami kondisi pemasaran pada produk atau layanan terkait dengan pencarian peluang terhadap konsumen agar dapat diidentifikasi dan dirumuskan strategi pemasaran yang tepat. Lingkup riset pasar yang perlu dilakukan meliputi: harga jual, kegunaan, nilai, rupa produk, alat pemasaran, distribusi, dan menganalisis perilaku dan keperluan konsumen.
Sebelum penjelasan teknis untuk persiapan co visit magang pada kelas keterampilan merajut dan membuat jahe instan di pertemuan selanjutnya, peserta menerima materi ke-‘Aisyiyahan yang disampaikan oleh Ketua PDA Kudus, Khosifah. Ia menyampaikan, sebagai ortom khusus bagi perempuan Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, ‘Aisyiyah diberikan kewenangan khusus untuk menyelenggarakan amal usaha. (Wakhidah Noor Agustina)