Aksara

Tafsir yang Memajukan dan Mencerahkan

Oleh: Muhammad Ridha Basri

Judul                : Tafsir At-Tanwir (Jilid 1: Juz 1, Surah al-Fatihah ayat 1-7 dan Surah al-Baqarah ayat 1-141)

Penulis             : Tim Penyusun Tafsir At-Tanwir Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Penerbit          : Suara Muhammadiyah

Cetakan           : 1, Desember 2021

Tebal, ukuran  : xx + 334 hlm, 17 x 25 cm

ISBN                 : 978-602-6218-00-1

***

Kelahiran Tafsir At-Tanwir bermula dari amanah Muktamar Seabad Muhammadiyah tahun 2010 di Yogyakarta. Warga Muhammadiyah menginginkan sebuah tafsir al-Quran yang komprehensif dan mewakili pandangan keislaman yang mencerahkan dan memajukan. Tafsir ini diharapkan sejalan dengan misi Muhammadiyah untuk memajukan umat, bangsa, dan peradaban. PP Muhammadiyah kemudian menunjuk Majelis Tarjih dan Tajdid untuk merumuskan dan menyusun sebuah tafsir utuh yang naskah awalnya ditampilkan di Majalah Suara Muhammadiyah.

Meskipun keinginan ini muncul di muktamar seabad, sebenarnya cita-cita melahirkan tafsir yang mewakili pandangan Muhammadiyah telah disinggung dalam Muqaddimah Tafsir Al-Qoer’an Djoez Ke Satoe, yang terbit tahun 1930-an. Dinyatakan bahwa kerja kolektif (ijtihad jama’i) memiliki keunggulan dibandingkan dengan tafsir perseorangan. Tafsir kolaboratif memberi nuansa interdisiplin dibandingkan dengan tafsir individu yang hanya mewakili satu pandangan subjektif. Selain itu, sulit menemukan mufassir “kaffah” yang menguasai semua bidang ilmu. Dalam tafsir kolaboratif ini, para ahli dari berbagai latar belakang kepakaran saling bertukar pikiran.

“Pengharapan saja kehadirat Allah, moedah-moedahan para Oelama jang ichlas hati karena Allah, soekalah kiranja laloe bersatoe setoedjoean memboeat tafsir Qoeran jang sempoerna dan lengkap, dengan dibahagikan pekerdjaan itoe: ajat ini dan itoe diserahkan menafsirinja kepada oelama ahli hadits; ajat ini dan itoe diserahkan kepada jang ahli oesoel; ajat ini dan itoe diserahkan kepada jang ahli ‘akaid; ajat ini dan itoe kepada jang fekih, ajat ini dan itoe kepada jang ahli tarich serta sijasah; dan ajat ini diserahkan kepada orang jang mengerti betoel tentang matjam-matjamnja agama dan golongan, demikian seteroesnja.” [Ladjnah Oelama Muhammadiyah, Tafsir Al-Qoer’an: Djoez Ke Satoe, (Yogyakarta: Hoofdbestuur Moehammadijah Madlis Taman Poestaka, tt), hlm. 5].

Hal ini menunjukkan bahwa tafsir al-Quran mempunyai kedudukan penting di Muhammadiyah. Hal ini mengingat dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar dan tajdid yang bersumber kepada al-Quran dan as-sunnah. Untuk memedomani al-Quran secara praktis dalam kehidupan, diperlukan suatu penafsiran atas teks yang turun pada abad ke-7 tersebut, supaya tetap relevan, fungsional, dan kontekstual (shalih li kulli zaman wa makan).

Baca Juga: Aisyah bintu Syathi, Perempuan Pelopor Tafsir Modern

Tafsir At-Tanwir memandang bahwa al-Quran merupakan kitab petunjuk sebagai wujud dari limpahan rahmat Allah untuk kebaikan hidup manusia dan semesta. Penafsiran terhadap al-Quran dimaknai sebagai upaya penggalian nilai-nilai rahmat yang menjadi inti risalah Nabi Muhammad. Al-Quran berkepentingan membina sikap moral yang benar bagi semua tindakan manusia. Al-Quran juga menuntun pandangan hidup dan jalan hidup di dunia dan akhirat.

Tafsir At-Tanwir diorientasikan untuk membangkitkan etos ibadah, sosial, ekonomi (termasuk etos kerja), dan keilmuan. Etos tafsir ini menginginkan hidup yang bermakna dan mampu menyeimbangkan orientasi duniawi dan ukhrawi. Dengan tafsir ini diharapkan lahir manusia unggulan secara jasmani dan rohani, dengan mental ‘abid di malam hari dan mental petarung di siang hari. Dalam menjalankan (hidup sebagai) ibadah, manusia unggul itu menunaikan dengan sepenuh penghayatan sebagai hamba yang hanya diberi sedikit kesempatan untuk mengabdi kepada Allah. Sementara itu, dalam menjalani kehidupan, manusia unggul menghadirkan kesadaran untuk hidup yang lama di dunia, sehingga tergerak bekerja keras sepenuh hati dan semaksimal mungkin.

Etos ekonomi tafsir ini memberi rambu-rambu bahwa harta yang didapat dari bekerja tidak hanya untuk dinikmati sendiri, tetapi juga dibagi kepada mustadhafin. Ada panggilan untuk memenuhi hak-hak sesama, termasuk memberi melalui organisasi semisal Muhammadiyah. Persembahan itu digunakan untuk memberdayakan masyarakat melalui peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Tafsir At-Tanwir memiliki kekhasan dibandingkan dengan tafsir yang sudah ada. Tafsir ini menggunakan sistematika penyajian yang runtut sekaligus tematik, sering disebut dengan metode tahlili cum maudhui. Hal ini dimaksudkan supaya tafsir ini mempunyai daya gugah, tidak sekadar mengulang atau mengkliping riwayat-riwayat.

Related posts
Berita

Muhammadiyah Luncurkan Tafsir At-Tanwir Jilid II

Surakarta, Suara ‘Aisyiyah – Di sela-sela kepadatan jadwal Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah ke-48, Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Syamsul Anwar meluncurkan Tafsir At-Tanwir Jilid…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *