Keluarga

Takut Menikah

Takut Menikah
Takut Menikah

Takut Menikah

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Kak ‘Aisy yang saya hormati. Izinkan saya menyampaikan kegelisahan diri pribadi saya, yaitu tentang ketakutan untuk menikah. Saya masih single, anak pertama dari tiga bersaudara. Adik saya yang yang nomor dua perempuan sudah menikah, dan yang nomor tiga laki-laki, masih kuliah. Saya sudah bekerja di suatu perusahan swasta dan masih tinggal dengan orang tua saya. Sementara, adik saya yang telah menikah sudah pisah rumah. Sudah cukup lama kedua orang tua meminta saya untuk menikah. Berkali-kali orang tua saya menjodohkan dengan pemuda putra kenalan mereka, tetapi saya tidak mau. Kak ‘Aisy, saya takut untuk menikah.

Ada pengalaman yang menakutkan pada saat saya masih kelas 6 SD. Sebenarnya saya malu menyampaikannya di sini. Saya hampir diperkosa oleh paman saya, adik sepupu ayah, yang pernah tinggal serumah dengan kami. Peristiwa itu terjadi pada suatu malam ketika saya tidur di kamar dengan pintu yang tidak terkunci. Setelah peristiwa tersebut saya menjadi ketakutan kalau bertemu dengan paman saya tersebut. Saya tidak pernah berani bercerita dengan siapa pun tentang peristiwa itu. Setelah dewasa saya memang agak kikuk kalau bergaul dengan laki-laki. Meskipun akhirnya saya sempat berteman dekat dengan seorang pria pada saat kuliah,  tetapi ketika menjurus kepada pernikahan, saya putus hubungan itu.

Semoga Kak ‘Aisy dapat memberi pencerahan kepada saya untuk dapat terlepas dari kegelisahan itu. Untuk pencerahan Kak ‘Aisy, saya ucapkan terima kasih. .

Wassalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

  1. S. Di kota A

 

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh

Terima kasih kepada saudari M.S. yang telah menyampaikan kegelisahannya. Saya percaya itu berat. Saya berikan apresiasi terhadap keberanian Anda untuk menyampaikan pengalaman traumatis ini. Tampaknya Anda mengalami trauma seksual sebagai akibat dari pengalaman masa lalu itu. Sebenarnya Anda tidak sendiri, banyak orang yang mengalami trauma seksual sebagai akibat dari peristiwa perkosaan atau usaha perkosaan di masa kecil. Hal itu juga terjadi pada laki-laki yang memiliki pengalaman perkosaan oleh laki-laki juga (disodomi) pada masa kecilnya. Biasanya trauma seksual itu mulai terasa di usia remaja dan mendorong munculnya  perasaan-perasaan bersalah pada diri sendiri, rasa berdosa, serta rasa takut yang tidak jelas sebabnya atau rasa was-was dan rasa curiga apabila berdekatan dengan pria. Perasaan itu  pasti sangat mengganggu.

Saudari M.S. yang sedang gelisah, perasaan trauma seksual yang Anda alami itu memang perlu diusahakan untuk dihilangkan. Usaha ini perlu dilakukan agar Anda dapat menikmati hidup ini dengan rasa bahagia, bergaul di lingkungan masyarakat Anda dengan nyaman, serta dapat beribadah dengan khusyuk, walaupun usaha itu tidak mudah dan memakan waktu.

Pertama, usahakanlah untuk memaafkan diri sendiri. Mungkin dalam bawah sadar Anda ada perasaan menyalahkan diri sendiri, mengapa peristiwa yang lalu itu sampai terjadi. Perasaan-perasaan itu usahakan untuk dilerai. Selain itu, Anda mungkin juga menyimpan perasaan berdosa. Kalau memang perasaan itu sangat mengganggu, usahakan Anda memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Adukanlah perasaan yang Anda rasakan kepada Allah, khususnya pada waktu shalat malam, dan mohonlah pertolongan-Nya agar dapat terlepas dari perasaan itu. Yakinkanlah pada diri Anda bahwa Allah mengampuni dosa-dosa yang Anda rasakan. Selanjutnya, apabila Anda belum dapat melerai kegelisahan Anda dengan usaha sendiri usahakanlah untuk bertemu Ahli Jiwa (Psikolog) yang memahami tentang keislaman.

Saudari M.S. yang baik. Perkawinan memang sangat dianjurkan oleh Islam dan itu merupakan sunnah Rasulullah Muhammad saw. Apabila suatu saat ketika kegelisahan sudah mulai reda dan Anda bertemu dengan pria yang saling cocok juga dengan Anda, maka menikahlah. Dengan menikah Anda dapat berbagi perasaan, termasuk perasaan Anda yang pernah ada terkait trauma seksual itu. Kepahamanan suami Anda kelak akan semakin menghapus bekas-bekas kegelisahan Anda itu. Selamat mencoba, semoga berhasil.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi barakatuh.

Susilaningsih Kuntowijoyo

Related posts
Sosial Budaya

Melawan Kekerasan Seksual

Oleh: Tri Hastuti Kekerasan seksual adalah fenomena gunung es. Di permukaan, kekerasan seksual tampak lebih sedikit daripada yang tersembunyi di bawah. Mengapa…
PerempuanWawasan

Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan

Oleh: Sri Handayani Indonesia masuk dalam kondisi darurat kekerasan seksual pada anak. Sayangnya, mayoritas korban memilih tidak melaporkan kejahatan tersebut. Alasannya mulai…
Wawasan

Mengecam Normalisasi Pelecehan Seksual, Poligami, dan Pedofilia dalam Industri Televisi

Indonesia masuk dalam kondisi darurat kekerasan seksual pada anak. Saat ini, Indonesia menempati peringkat kedua di ASEAN terkait jumlah pernikahan anak. Sementara itu,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *