Keikutsertaan dalam beberapa gelaran lomba menjadi momentum berkembangnya produksi Abon Ikan Asin Layur “Amiroh”.
***
Bermula dari mengikuti lomba olahan ikan program ketahanan pangan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) ‘Aisyiyah Kota Balikpapan, abon olahan ikan asin Layur kini menjadi produk pilihan. Produk abon ikan tersebut pernah meraih Juara II ‘Aisyiyah se-Kota Balikpapan, bahkan mengantongi Juara II kategori UMKM non-Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT) pada lomba yang digelar oleh MEK PPA.
Bagi kebanyakan masyarakat Balikpapan, ikan Layur biasa diolah menjadi ikan asin, ungkap Tatik, Ketua MEK PDA Balikpapan. Namun, Amiroh sebagai inisiator Abon Ikan Asin Layur, tergerak untuk mengangkat nilai jual Ikan layur tersebut. “Ada potensi cita rasa tersendiri kalau ikan asin layur ini dibuat menjadi abon,” ungkapnya.
Meskipun tidak mudah karena ikan layur memiliki banyak sekali duri, sehingga butuh usaha lebih untuk memisahkan daging dan durinya yang tajam. Namun demikian, beber Tatik, “Kesulitan ini kami pandang sebagai tantangan yang harus diatasi, karena sejauh ini belum ada yang mengolah Ikan Layur menjadi abon”.
Tatik lantas menjelaskan peluang bisnis abon ikan layur. Pertama, belum ada yang mengolah ikan layur baik di tingkat nasional maupun lainnya. Kedua, ikan layur dapat menjadi obat untuk menyembuhkan penyakit lupus. Ketiga, ikan layur tidak asing di wilayah Asia, bahkan sangat diminati di Korea dan Jepang. Keempat, ikan layur banyak terdapat di perairan Indonesia. Kelima, harganya relatif murah dibanding ikan lainnya.
Melihat peluang ini, ‘Aisyiyah Balikpapan optimis menjalankan usaha abon ikan asin layur. Bahkan untuk memastikan kandungan nutrisi dan kadaluarsa pada Abon Ikan Asin Layur, dilakukan pengecekan di Laboratorium Bandung, “Supaya kandungan nutrisi dan ketahanan produk dapat dipertanggungjawabkan,” papar Tatik.
Baca Juga: Zakat Produktif dan Pemberdayaan Ekonomi Umat
MEK PDA Balikpapan pun berbagi tugas. Amiroh dan timnya mengolah abon agar memiliki cita rasa yang enak. Sedangkan Tatik beserta timnya mempersiapkan legalisasi sekaligus merangkap sebagai marketing dengan melibatkan BUEKA. Alhasil, kini Abon Ikan Asin Layur diterima oleh masyarakat, bahkan telah mencuri perhatian pejabat setempat. Di bulan Agustus 2020, produk Abon Ikan Asin Layur Amiroh berhasil masuk sebagai 100 UMKM dari 6.300 UMKM yang terpilih mengikuti pameran digitalisasi SMEXPO 2020 yang digelar pertama kali di Indonesia pada 9-11 September 2020 oleh CSR Pertamina.
Dari keikutsertaan dalam pameran tersebut, Tatik mengungkapkan, banyak hal yang didapatkan guna menyempurnakan produk, mulai dari seleksi produk, persiapan kemasan, pelatihan UMKM, pelatihan ketahanan dan kesehatan pangan, hingga pelatihan sertifikasi halal. “Semua itu kami lakukan agar Abon Ikan Asin Layur dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat bukan hanya di lingkungan ‘Aisyiyah saja,” tutur Tatik.
Selain itu, produk Abon Ikan Asin Layur juga diundang oleh Bank Indonesia untuk mengikuti program kurasi UMKM dan berhasil terpilih mengikuti program tersebut.
Memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp sebagai media promosi dan penjualan membuat produk Abon Ikan Asin Layur diminati hingga pelosok negeri, seperti NTT, Klaten, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Banjarmasin, Sampit, Samarinda, Bontang, Berau, Grogot, dan beberapa kota lain di Indonesia. “Bahkan Afrika Selatan, Uzbekistan, Perancis, dan Amerika, sudah tertarik untuk membeli produk kami,” jelasnya.
Atas dukungan dari berbagai pihak, produk Abon Ikan Asin Layur kini dapat menjadi mitra binaan BUMN, CSR Pertamina, CSR PAMA, dan Bank Indonesia. Kabar baiknya, jelas Tatik, produk abon ikan telah diterima CSR PAMA untuk mengisi galerinya di Bandara Sepinggan Balikpapan di area keberangkatan. Selain itu juga mengisi area UMKM Mitra Binaan IWAPI, dan CSR Pertamina di Mall.
Menurut Tatik, manfaat yang telah dirasakan masyarakat melalui usaha ini di tengah kondisi perekonomian yang sulit sebagai dampak pandemi adalah tergeraknya perekonomian di lingkungan sekitar. “Melalui usaha ini, kita memberdayakan nelayan untuk mengolah ikan layur menjadi ikan asin; ibu-ibu ‘Aisyiyah kita gerakkan untuk membantu memisahkan daging ikan dan duri; sementara kelompok muda kami kerahkan untuk membantu proses packaging dan proses pemasaran,” jelasnya.
Mengingat Abon Ikan Asin Layur merupakan salah satu dari 23 UMKM dampingan PDA Balikpapan, maka BUEKA dan MEK PDA Balikpapan melakukan pendampingan. Bentuk pendampingan mulai dari bagaimana agar menghasilkan produk yang berkualitas, produk berstandar nasional maupun internasional, membantu menyakinkan kepada masyarakat bahwa ikan layur digemari orang banyak, mendapatkan modal awal, dan mendampingi dalam mengurus perizinan hingga membuahkan hasil.
Ke depan, Tatik mengungkapkan, MEK PDA Balikpapan berharap produknya dapat menjangkau pasar nasional. Bahkan terdapat reseller Abon Ikan Asin Layur di setiap provinsi. Selanjutnya akan dilakukan pendampingan agar dapat memasarkan produk hingga ke luar negeri seperti wilayah Timur Tengah. Dengan demikian, dapat menjadi oleh-oleh dan bekal orang yang akan pergi haji dan umroh. Target lainnya adalah menjadi bekal bagi para mahasiswa sebagai lauk bergizi yang mudah didapat di pasaran. (Gustin Juna)