Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis yang ada pada diri seseoarang dalam bertingkah laku, bagaimana caranya berpikir, bersikap, dan memandang berbagai permasalahan yang sedang dihadapi. Theodore R. Newcobe menjelaskan bahwa kepribadian adalah sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang berperilaku.
Ada berbagai faktor yang mendukung pembentukan kepribadian pada diri seseorang. Salah satu faktor yang cukup besar ialah faktor lingkungan. Lingkungan tempat orang itu tumbuh dan berkembang, bermain, belajar dan bersosialisasi dapat membentuk kepribadian seseorang.
Pembentukan kepribadian dimulai saat masih kecil. Kepribadian seorang anak terbentuk sejak ia berada di lingkungan keluarganya. Lingkungan sekolah juga menjadi salah satu faktor penting dalam pembentukan kepribadian anak. Prestasi dan keberhasilan seorang anak, baik dalam bidang akademis atau non-akademis juga dipengaruhi dari kepribadian yang dia miliki.
Kepribadian merupakan aspek penting untuk melihat indikator pencapaian prestasi belajar anak. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan berperilaku yang tercermin dalam kepribadian yang dapat mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan akademik, seperti ketekunan, kesadaran, dan kecenderungan senang berbicara.
Baca Juga: Efek Negatif Kekerasan Pada Otak Anak
Kepribadian dengan kemampuan kognitif dapat memprediksi pencapaian yang lebih maju pada siswa, karena secara khusus atribut kepribadian berhubungan dengan motivasi belajar. Misalnya bagaimana seorang anak termotivasi pada minat dan bagaimana ia dapat menyerap materi pembelajaran.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang tipe kepribadian. Salah satu teori tersebut ialah teori kepribadian Hipocrates-Geleneus. Teori ini membagi ada empat tipe kepribadian, yakni: sanguinis, melankolis, koleris dan plegmatis. Tipe kepribadian ini menjadi faktor seorang anak yang akan mempengaruhi prestasi yang dimiliki. Berikut penjelasannya:
Pertama, tipe kepribadian sanguinis. Menurut Hiprocrates, seorang sanguinis memiliki sifat periang, gembira, optimis, terbuka, dan penuh harapan. Kadang emosi meluap-luap, antusias, dan penuh rasa ingin tahu. Sanguinis pada umumnya suka berbicara, penuh semangat, kreatif, serta inovatif. Penelitian lebih jauh menjelaskan bahwa tipe sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovet, yakni seorang pembicara yang optimis dari segi pekerjaan yang menunjukkan kehebatan.
Kedua, tipe kepribadian melankolis. Seseorang dengan tipe ini punya kepribadian lebih tekun, merencanakan sesuatu dengan teratur kemudian baru menciptakan, berbakat, serta kreatif. Akan tetapi di sisi lain ia memiliki sifat muram dan pesimistis. Seorang dengan tipe kepribadian ini pada dasarnya seorang intovert; pemikir namun pesimis. Dalam pekerjaan, seorang melankolis lebih cermat, perfeksionis, gigih, dan terorganisir.
Baca Juga: Membiasakan Budaya Organisasi kepada Anak
Ketiga, koleris. Seseorang dengan tipe ini lebih cermat, garang, hebat, kuat, tegas, dan tidak mudah putus asa. Dengan ketegasan yang dia miliki, orang dengan tipe korelis lebih cepat marah dibandingkan dengan tipe kepribadian lainnya. Pada dasarnya bersifat ekstrovet dan optimis. Dari sisi pekerjaan tipe ini tertuju pada target, bertindak cepat, dan melakukan pemecahan masalah secara praktis.
Keempat, tipe kepribadian phlegmatis, yang lebih mengarah kepada ketenangan, tipe yang tidak mudah berubah, menghadapi permasalahan dengan santai, tetapi bergerak secara lamban. Dari segi pekerjaan phlegmatis memiliki kecakapan, ketepatan dalam pengambilan keputusan, dan menyukai kedamaian.
Tipe-tipe kepribadian tersebut akan mempengaruhi sikap dan perilaku seorang anak dalam mengembangkan dirinya dalam pembeajaran. Tipe kepribadian ini juga menunjukkan keunikan seorang anak terhadap suatu objek yang dia sukai ataupun tidak. Orang tua dan tenaga pendidik harus mengetahui setiap tipe kepribadian yang dimiliki seorang anak.
Dengan mengetahui tipe kepribadian tersebut, baik orang tua dan tenaga pendidik dapat merencanakan secara tepat metode pembelajaran yang akan digunakan kepada sang anak. Kemudian mengetahui penyelesaian masalah apabila seorang anak tidak bisa mengatasi kesulitan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. (Cheny*)
*Mahasiswa magang di Suara ‘Aisyiyah
Sumber:
Maulida, F. I. A. (2021). Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Siswa. Semadik, 3 (1).
Rosito, A. C., & Ambarita, T. F. A. (2016). Pengkajian Tipe Kepribadian dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar pada Siswa Sekolah Menengah Atas.