Oleh: Chandrawaty
Perjalanan TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (1919-sekarang) tak lepas dari tangan dingin Siti Walidah atau yang populer disapa Nyai Ahmad Dahlan, istri Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Beliau juga dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan yang giat dan konsisten menyuarakan kemitraan perempuan dan laki-laki dan tak pernah lelah memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam pendidikan. Untuk melancarkan aktivitas sosial dan dakwahnya beliau memprakarsai berdirinya ‘Aisyiyah, sebuah organisasi otonom pertama yang lahir dari “rahim” Muhammadiyah.
***
Kiprah Nyai Ahmad Dahlan di dunia pendidikan sudah bukan hal yang baru. Sejak tahun 1914 beliau mengadakan kursus-kursus pengajian-pengajian dan sekolah untuk perempuan bernama Sopo Tresno. Sopo Tresno inilah embrio dari berdirinya ‘Aisyiyah. Pemberantasan buta huruf, baik buta huruf arab dan latin dilakukan pada tahun 1923 dan penerbitan majalah wanita pada tahun 1926 dengan nama Suara ‘Aisyiyah.
‘Aisyiyah juga menjadi salah satu organisasi pelopor federasi organisasi wanita di Indonesia tahun 1928. Federasi ini nantinya diberi nama KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Hal ini menunjukkan dan memberikan bukti bahwa ‘Aisyiyah telah terdepan dalam memberikan pendidikan untuk kaum perempuan. ’Aisyiyah sangat menyadari bahwa hanya melalui pendidikan, perubahan kehidupan dapat terjadi apapun kondisi yang melatarbelakangi.
Asal-Usul Nama Frobel
Kepedulian ‘Aisyiyah pada pendidikan anak usia dini dibuktikan dengan mendirikan Taman Kanak-kanak dengan nama Frobel pada tahun 1919, kurang lebih 79 tahun setelah dibukanya Kindergaten oleh Friedrick Wilhelm August Frobel (1782-1852) pada tahun 1840. Frobel adalah seorang filsuf berkebangsaan Jerman dan dikenal sebagai the founding father pendidikan anak usia dini.
Frobel juga salah seorang tokoh pendidikan anak yang banyak memberikan pengaruh dalam pemikiran baru (modern) pengembangan anak usia dini, khususnya taman kanak-kanak. Jalan terjal penuh tantangan yang dihadapi dan menimbulkan konfrontasi dengan pemerintah karena pola pendidikan demokratis yang dikembangkan, tidak mematahkan semangatnya dalam mengembangkan cita-citanya. Akhirnya, pada 28 Juni 1840, untuk merealisasikan pemikirannya, Frobel membuka sebuah lembaga pendidikan anak pertama yang diberi nama Kindergarten. Nama inilah sebagai awal dari nama taman kanak-kanak.
‘Aisyiyah pasti memiliki argumentasi kuat di balik pemilihan Frobel sebagai nama dari sebuah lembaga pendidikan anak usia dini tertua dan pertama yang berdiri di Indonesia. ‘Aisyiyah nampaknya memiliki kesamaan pandangan dan mengamini pemikiran modern Frobel tentang pendidikan anak. Frobel telah menginspirasi dan memperkaya wawasannya tentang pendidikan anak sehinigga memutuskan mengabadikan namanya sebagai nama sekolah yang dirintisnya.
Frobel dan pemikirannya tentang pendidikan anak pada saat itu belum populer seperti sekarang, sehingga pemilihan nama Frobel sebagai identitas sekolah dan mengadaptasi konsep Frobel yang diintegrasikan dengan pendidikan ketauhidan yang menjadi ciri khas dalam pembelajaran di sekolah Frobel merupakan inovasi atau terobosan berani dari ‘Aisyiyah pada masa itu. Pantas jika Nyai Ahmad Dahlan disejajarkan dengan Frobel sebagai pelopor pendiri lembaga pendidikan anak dan pembaharu dalam pendidikan anak usia dini pada masanya. Perjuangan Nyai Ahmad Dahlan telah membangkitkan motivasi dan ghirah perempuan-perempuan pada masa itu dan bersama-sama berjuang memajukan pendidikan kaum perempuan, khususnya anak-anak.
Peralihan ke TK ABA
Dalam perkembangannya, nama Taman Kanak-kanak Frobel berubah menjadi Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah dan pada workshop ke-10 Wilayah pada tahun 1973, TK milik ‘Aisyiyah diseragamkan sebutannya menjadi TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA). Di usianya yang lebih dari satu abad, TK ABA telah banyak berbuat untuk bangsa dan negara dalam melahirkan generasi-generasi penerus bangsa.
TK ABA merupakan taman kanak-kanak dengan jumlah terbanyak yang tersebar di seluruh Indonesia yang jangkauannya mengikuti sebaran ‘Aisyiyah yang luas, dari tingkat Wilayah (propinsi) sampai ke tingkat Ranting (kelurahan/desa). Kini TK ABA yang melayani anak-anak usia 4-6 tahun berjumlah lebih dari 20 ribu yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. TK ABA telah menghasilkan lulusan berkarakter yang mencapai jutaan dan tersebar di seluruh penjuru nusantara di pelbagai bidang dan profesi.
Keberadaan ‘Aisyiyah telah teruji dan memiliki dampak positif untuk pemberdayaan perempuan dan pendidikan anak usia dini. Melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah yang menaungi TK ABA, ‘Aisyiyah mengembangkan visi pendidikan `Aisyiyah yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah swt.
`Aisyiyah memberikan pendidikan yang berlandaskan Islam dengan
mengoptimalkan seluruh aspek perkembangannya. Pendidikan utama yang diberikan kepada anak-anak di TK ABA yaitu: penanaman Tauhid, akhlaqul karimah, al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan ke’Aisyiyahan, serta pengembangan kecerdasan anak sesuai tahap perkembangannya.
Perkembangan dan Kontribusi
Sejak pendiriannya pada tahun 1919 hingga kini, pertumbuhan TK ABA terbilang pesat. Meskipun fasilitas fisik TK ABA berkembang sesuai zamannya, tapi animo orang tua yang mempercayakan pendidikan anaknya ke TK ABA tetap tinggi. Hal ini membuktikan bahwa program pendidikan yang diberikan dapat diterima dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kepercayaan masyarakat ini juga merupakan bukti ridha Allah swt dan nikmat harus disyukuri, serta kekuatan yang perlu terus dijaga melalui peningkatan la-yanan pendidikan anak usia dini yang berkualitas dan profesional.
Kontribusi TK ABA dalam pembangunan di bidang pendidikan anak usia dini yang dimulai sejak tahun 1919 merupakan prestasi yang membanggakan. Mampu bertahan selama satu abad saja merupakan prestasi tersendiri, sementara tidak sedikit sekolah yang berguguran dalam perjuangan mempertahankan eksistensinya. Beberapa TK ABA bahkan menjadi TK Unggulan atau percontohan tingkat nasional, pelajaran keagamaanya menjadi rujukan nasional, dan sejumlah prestasi lainnya.
Di sisi lain, komitmen ‘Aisyiyah untuk selalu berkiprah membantu pemerintah dalam penyediaan kesempatan pendidikan bagi anak usia dini khususnya wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) merupakan tantangan yang selalu memotivasi ‘Aisyiyah untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berkemajuan. Inilah tugas mulia dan amanah pendidikan yang diemban oleh TK ABA, dan ujung tombaknya tidak lain adalah guru yang berkarakter dan berkemajuan. Salam sukses, terus berikhtiar dan berkarya untuk memajukan pendidikan anak usia dini di Indonesia.