Innamal-muʻminu kan-naḥli. Idzâ akalat, akalat țayyibatan. Wa in waḍa’at, waḍa’at țayyibatan. Wa in anzalat ‘alâ farʻihâ lam taqța’hu (al-hadis)

(Orang mukmin itu bagaikan lebah. Apabila makan, makan yang țayyib. Jika meletakkan sesuatu, meletakkan yang baik. Jika hinggap di suatu dahan tidak pernah mematahkannya)
Ghirah perjuangan ‘Aisyiyah seolah diwariskan dari generasi ke generasi selama seabad di seluruh Indonesia. Karena itu, TK ABA dapat dijumpai di sebagian besar penjuru tanah air. Tepatlah jika orang mengibaratkan bahwa warga ‘Aisyiyah itu bagaikan lebah. Di mana pun warga ‘Aisyiyah tinggal, ada kegelisahan di hatinya jika belum membuat sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat.
Selain itu, telah menjadi budaya di ‘Aisyiyah apabila beberapa warga ‘Aisyiyah berkumpul, akan lahirlah sebuah kegiatan. Beberapa orang berkumpul tentu membicarakan lahirnya sebuah amal usaha seperti Mushala, Panti Asuhan, TK ABA, serta lainnya. Mereka bertempat tinggal di mana pun dan kapan pun tidak pernah berbuat kerusakan dan keresahan.
Penyiapan Anak Beriman Menurut Ajaran Islam
”Rabbi ḥablî min ladunka żurriyatan țayyibatan” (Ya Allah, hadirkanlah di sisiku anak keturunan yang țayyib). Doa Nabi Zakariya itu mengusik kesadaran ibu-ibu ‘Aisyiyah akan pentingnya kehadiran generasi yang țayyib dan saleh. Oleh karena itu, pertama kali yang didirikan di beberapa daerah adalah pendidikan anak usia dini berupa TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal. Pemikiran maju mereka dibuktikan dengan membangun image bahwa pendidikan yang didirikannya memiliki nilai lebih yang membedakan dari yang lain. Branding itu melekat sampai sekarang di usianya yang 100 tahun.
Salah satu kekuatan hingga TK ABA mampu terus berta-han ialah semangat para pengurus, pengelola, dan guru yang dahsyat sehingga mampu menjadi pendukung lajunya amal usaha TK ABA. Kekhasan dalam pembelajaran di TK ABA selalu menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Untuk itu, nama yang dipilih sangat tepat, Bustanul Athfal dari dua suku kata. “Bustan atau ‘taman’ menggambarkan suatu sarana yang nyaman, leluasa, dan indah. Tempat ini mendukung pengembangan mental dan motorik anak, serta penanaman jiwa beragama kepada anak, seperti penggalan lirik lagu yang selalu dihafal oleh anak-anak TK ABA.
“Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang”. Kalau kita mati apa yang kita tinggalkan? Kalimat itu selalu terlontar saat pertemuan pengurus dan guru TK ABA sebagai suntikan motivasi dan tiupan ruh keikhlasan pada nurani setiap pengurus dan guru. Motivasi dan tiupan ruh ini telah mampu mengobarkan semangat berkompetisi di tengah merebaknya TK dan PAUD di berbagai tempat.
Guru sebagai Subjek Dakwah
Kesadaran bahwa amal usaha sebagai sarana dan wahana dakwah melekat dan selalu diingat sebagai penyejuk setiap langkahnya. Menjadi guru atau pendidik di TK ABA dan Pendidikan Anak Usia DIni (PAUD) dituntut kualifikasi yang tidak ringan.
Pertama, diperlukan satunya kata dan perbuatan. Seorang guru harus konsekuen dengan semua hal yang dikatakan. Guru di TK atau PAUD kadang-kadang lebih dianut oleh anak didiknya daripada orang tuanya.
Kedua, menjadikan dirinya berkepribadian unggul dan simpatik sehingga dapat menjadi teladan bagi anak didik dan masyarakatnya.
Ketiga, mencintai pekerjaannya, memiliki dedikasi yang tinggi, dan tetap istiqamah di jalan dakwah bersama TK ‘Aisyiyah
Keempat, selalu berupaya meningkatkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan pra sekolah.
Keempat hal tersebut harus terus dilakukan karena pendidikan bukan sekadar transfer ilmu dari guru kepada murid, melainkan juga penanaman nilai-nilai moral, etika, dan agama dengan penuh kesantunan, kesejukan, dan kasih sayang. Budaya yang harus terus dipertahankan dan dipupuk adalah kerja keras, kesetiakawanan, kemampuan manajerial yang memadai, dan pembagian tugas yang baik. Selain itu, kesadaran yang harus terus dibangun adalah bahwa pengurus, pengelola, dan guru merupakan satu kesatuan yang kokoh untuk bersama-sama mewujudkan visi TK ABA. (Mahsunah)
Tulisan ini pernah dimuat pada Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 10 Oktober 2019.