Suara ‘Aisyiyah-Makkah. Ibarat gula kuwi legi (gula itu manis-red), demikian Harjo mengibaratkan saat ditanya bagaimana rasanya setelah tiba di Makkah. Ia pun merasa lega akhirnya bisa naik haji. Keinginan naik haji itu muncul setelah melihat kabah pada 2017 lalu.
Baginya, melihat Kabah di Makkah, “rasane bungah, lego neng pikiran (rasanya senang, lega di pikiran-red”. Di depan baitullah, ia pun memanjatkan doa selamat dan awet panjang umur. Saat melakukan umrah wajib, Harjo melaksanakan thawaf dan sai menggunakan kursi roda. “Pikirane rasane penak numpake kursi roda, tinggal didorong,” ungkapnya saat ditemui di Hotel Al-Zhaer Plaza, kawasan Misfalah, Makkah.
—
Mengenakan kaca mata, memakai baju koko putih, bersarung warna biru, dan mengenakan peci bermotif, Harjo mengaji sambil memegang lembaran Quran di tangannya. Perlahan-lahan, ia membaca ayat Quran.
Meski Usia 100 Tahun, Harjo Mandiri
Usia Harjo sudah melampaui satu abad. Pada Juli 2024 ini, usia pria kelahiran 2 Juli 1914 genap 110 tahun, usia yang sangat lanjut. Di antara tujuh bersaudara, Harjo yang merupakan anak keenam ini, menjadi satu-satunya yang masih hidup.
Meski telah lanjut usia, laki-laki yang berasal dari Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Ponorogo ini masih mengerjakan aktivitas keseharian secara mandiri baik di rumah maupun di tanah suci.
Di rumah, ia masih pergi ke sawah meski tidak mencangkul, “Tinggal endang-endang, tukang macule wonten piyambak (tinggal enak-enak, tukang pencangkul sawahnya sudah ada-red)”. Sawahnya pun tidak akan dijual karena buatnya “sawah kuwi pusaka,” karena menurutnya, orang tua yang punya dan diturunkan kepada anak-anaknya.
Sedangkan di Makkah, Harjo juga makan sendiri dan memilih makan nasi tinimbang bubur meski sudah disediakan petugas setempat bagi lansia atau yang membutuhkan. Dari rumahnya, Harjo membawa sambal pecel dan biskuit kesukaannya.
Tahu dan tempe merupakan makanan kesukaan Harjo, ia kadang menyantap di rumah bersama nasi tiwul kesukaannya. Selain makan sendiri, di Indonesia maupun di Makkah, harjo mandi sendiri, mengancingkan baju sendiri, shalat berjamaah, dan ngaji.
Selama di Makkah, jika Harjo merasa tidak sehat, ia akan shalat di kamar saja. “Kalau sehat ya shalat di musholla, hotel ada mushalanya, jadi shalatnya di musholla.” Harjo dan keluarganya memang mengikuti saran dari petugas agar lebih banyak beraktivitas termasuk beribadah di hotel untuk menjaga staminanya ketika puncak haji tiba.
Ketua Kloter 19 SUB yang mendampingi Mbah Harjo pun mengakui kemandiriannya. “Seperti standar pelayanan lansia, kami siapkan semua fasilitas yang bisa membuat mbah Harjo nyaman beraktivitas dan beribadah. Tapi ternyata Mbah Harjo sering tidak mau memakainya. Seperti kursi roda, kalau masih bisa berjalan, tidak mau memakai. Pokoknya Mbah Harjo mandiri,” terangnya.
Petugas pun mengatakan kerapkali menjadikannya sebagai contoh atau panutan saat semangat jemaah lainnya melonggar. “Saat jemaah mulai agak loyo semangatnya, saya selalu bilang, itu lo kaya Mbah Harjo, ayo semangat,” imbuh Nur Kholis.
Berhaji dari Tabungan
Harjo bersyukur bisa naik haji. Ia mendaftar haji sejak Februari 2019 dan berangkat lima tahun kemudian di tahun 2024 ini. Biaya haji diperolehnya dari menabung, “Uangnya ditabung di koperasi dari hasil panen padi, jagung atau palawija, ” ungkap Harjo. Tak hanya itu, ternyata ia juga rajin menabung dari uang pensiunannya sebagai veteran.
Rupanya Harjo merupakan pejuang veteran saat tinggal di Surabaya, ia memanggul senjata di masa penjajahan Belanda. Berkat perjuangannya itulah ia dinobatkan sebagai pejuang veteran pada tahun 1993 lalu di Ponorogo.
Harjo berangkat haji bersama Sirmad anaknya dan menantu, juga besannya. Dua tahun lalu, tepatnya pada 24 November 2022, Samirah, istrinya, telah meninggal di usia 94 tahun. Ia dikaruniai 7 orang anak, tiga perempuan dan empat laki-laki, tetapi satu anak perempuannya telah meninggal.
Resep Awet Muda
Menurut Sirmad anak keduanya, Harjo suka bercanda. Misalnya saja saat ditanya, berapa anaknya, “Kulo mboten gadah yogo, seng gadah yogo niku istri kulo (saya tidak punya anak, karena yang punya anak itu istri saya,” jawabnya sambil tertawa. Ia menyebut tidak punya anak karena istrinya lah yang melahirkan karena ia tidak bisa melahirkan. Sikapnya yang suka bercanda itu menjadi salah satu resep panjang umurnya.
Harjo, ungkap anaknya, dikenal rajin berpuasa senin kamis. “Hidupnya tidak ‘neko-neko’ (tidak aneh-aneh-red), hidup sederhana apa adanya, tidak pernah menyakiti orang lain, suka bersilaturahmi, dan suka membantu orang, terang Sirmad kala diminta menggambarkan profi ayahnya yang berumur panjang ini.
Sirmad pun lantas memberi contoh, bahwa saat tiba waktunya harus membayar pajak sawah di desa, selain membayar pajak sawahnya, Harjo juga membantu membayar pajak warga lain. “Kata simbah, terserah kapan saja mereka bisa bayarnya,” beber Sirmad, anaknya yang seorang pensiunan guru SMK. (Hns)