Banda Aceh, Suara ‘Aisyiyah – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) menerima kunjungan 7 mahasiswa dari Inland Norway University of Applied Sciences, Innlandet, Norwegia. Kunjungan tersebut dalam rangka mendapatkan pengalaman belajar serta melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).
Kegiatan dibuka langsung oleh Dekan FKM Unmuha Basri Aramico, yang selanjutnya dipimpin oleh Dharina Baharuddin dari tanggal 5 s/d 10 Maret 2023. Dalam kesempatan tersebut, Basri menyampaikan, “hendaknya kerja sama ini terus dapat dilaksanakan setiap tahun untuk meningkatkan kualitas dosen dan mahasiswa di FKM-MKM Unmuha”. Selain itu, Basri Aramico menambahkan bahwa akan adanya kemungkinan pertukaran pelajar Unmuha ke Inland Norway University.
Pada kesempatan yang, sama Dharina Baharuddin mengatakan bahwa kegiatan ini menghasilkan tiga sertifikat pengajar internasional dan dua sertifikat PKM international yang nantinya akan sangat meningkatkan nilai akreditasi FKM-MKM Unmuha.
Mahasiswa yang berasal dari Inland Norway University of Applied Sciences, Innlandet, Norwegia, tersebut juga juga melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat di dua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kota Banda Aceh dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Azhar.
Baca Juga: Kosmopolitanisme Muhammadiyah
Pengalaman belajar dalam kelas yang diberikan oleh Dharina Baharuddin dengan judul “Current Issues in Indonesia”,. Riza Septiani dengan judul “Health Promotion and Education”, dan Radhiah Zakaria dengan judul “Plant: A Rich Source of Herbal Medicine”.
Dari Inland Norway University, Silje Marie Helgedagsrud (26) menyampaikan bahwa dalam proses mereka menyukainya karena iklim belajar yang komunikatif, proses belajar yang dirasakan oleh cukup menyenangkan, apalagi didukung suasana yang nyaman. Pengalamannya yang paling berkesan adalah makanan di sini semuanya pedas.
“Kami sangat senang disini karena orangnya sangat ramah, terlebih mereka sering mendengar kata terima kasih, mereka ada mempelajari bahasa Indonesia dan paham akan kata terima kasih,” Kata Silje Marie Helgedagsrud.
“Lalu mereka belajar menghitung di dalam bahasa Aceh, seperti ‘number one, in Aceh you can say sa, if number five you can say limong’. Dan mereka sangat senang dengan keramahan tersebut,” imbuh dia.
Silje menambahkan lagi, “ada satu hal yang mungkin sangat membuat mereka kewalahan, yaitu cuaca di sini yang sangat panas. Sampai kulit mereka ada yang terkelupas”.
Pengalaman lainnya, mereka banyak mendapatkan pelajaran. Seperti pada waktu aktivitas edukasi kesehatan di SMP Islam Al-Azhar Banda Aceh, mereka sangat terkejut melihat respons dari murid yang sangat antusias. Menurut Siljie, biasanya anak-anak di norwegia takut untuk menjawab dan merespons dengan gembira terhadap host atau pemateri yang sedang presentasi.
“Tapi itu bukanlah kekurangan bagi mereka, melainkan di dalam konteks norma dan attitude. Justru di berbagai negara kita mempunyai hal yang berbeda,” tutup Silje Marie Helgedagsrud. (Agusnaidi B/Sb)