Banda Aceh, Suara ‘Aisyiyah – Dalam rangka memperkuat inovasi pendidikan di era digital, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) RI, Fajar Riza UI Haq, memimpin paparan strategis tentang urgensi implementasi Deep Learning (DL) pada Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Aceh. (16/6)
Kegiatan yang digelar di Banda Aceh ini dihadiri oleh sejumlah tokoh kunci, termasuk Apridar (Dewan Pakar Dikdasmen Muhammadiyah Aceh), Ketua Wilayah Muhammadiyah Aceh Malik, Ketua Dinas Pendidikan Aceh Martunis, Kepala Balai Unit Pelaksana Teknis Aceh, seluruh Kepala Sekolah Dasar dan Menengah se-Aceh, serta Ketua Panitia Iskandar Hasibuan.
Dalam pidatonya, Fajar Riza UI Haq menegaskan bahwa Deep Learning, cabang Kecerdasan Buatan (AI) yang terinspirasi jaringan saraf manusia bukan sekadar wacana futuristik, melainkan solusi konkret untuk tantangan pendidikan kontemporer. “Di tengah disparitas rasio guru-siswa dan kesenjangan pembelajaran, DL menjadi katalisator revolusi pedagogis yang berkeadilan,” ujarnya.
Ia menguraikan empat pilar utama relevansi Deep Learning. Pertama, sistem Deep Learning mampu menganalisis gaya belajar, pola kesalahan, dan kecepatan pemahaman tiap siswa, lalu merancang materi khusus sesuai kebutuhan individu. Kedua, menutup Kesenjangan Pembelajaran: Identifikasi gap pengetahuan secara real-time dan intervensi tepat sasaran sebelum kesulitan siswa membesar. Ketiga, otomatisasi penilaian tugas dan esai bisa menghemat 50% waktu guru. Keempat, mengembangkan virtual tutor, analisis emosi siswa, dan konten adaptif berbasis konteks lokal.
Wamen Dikdasmen menyoroti sejumlah aplikasi praktis DL yang telah terbukti efektif secara global. Pertama, platform adaptif (e.g., Ruangguru/Zenius) yang meningkatkan hasil belajar siswa hingga 20% (Studi Johns Hopkins University, 2021). Kedua, penilaian otomatis dengan Teknologi NLP (seperti BERT) yang bisa memberi feedback instan untuk esai dan tugas pemrograman dengan akurasi 85-90% setara penilai manusia. Ketiga, analitik prediktif dengan sistem seperti Course Signals di AS berhasil turunkan angka dropout 21% melalui deteksi dini siswa berisiko. Keempat, konten cerdas seperti generasi soal bervariasi, terjemahan kontekstual, dan rekomendasi sumber belajar berbasis profil siswa.
Meski potensial, Fajar mengingatkan sejumlah tantangan kritis. Pertama, kesenjangan akses internet dan listrik di daerah terpencil (data APJII 2023). Kedua, pentingnya menjamin keamanan data siswa sesuai UU PDP No. 27/2022. Ketiga, perlunya pelatihan integrasi Deep Learning dalam pedagogi, bukan sekadar penggunaan alat. Keempat, investasi signifikan untuk lisensi dan pengembangan platform.
Baca Juga: Aktivitas Seni dan Pembentukan Budaya Nirkekerasan di Sekolah
Sebagai solusi, ia merekomendasikan enam strategi kepada Dikdasmen Muhammadiyah Aceh. Pertama, mengadakan pilot project terfokus pada sekolah/mata pelajaran tertentu. Kedua, pelatihan guru berkelanjutan untuk literasi digital dan pedagogi berbasis data. Keempat, penguatan infrastruktur seperti jaringan internet dan perangkat sekolah. Keempat, Kolaborasi dengan perguruan tinggi dan edtech. Kelima, fokus pada Pembelajaran, bukan teknologi semata. Keenam, melibatkan siswa dalam evaluasi implementasi.
Ketua Wilayah Muhammadiyah Aceh, Malik, menegaskan komitmen organisasi: “Prinsip kemandirian sekolah yang digaungkan Imam Robandi (Guru Besar ITS) sejalan dengan semangat ini. Deep Learning harus memperkuat peran guru sebagai pusat pengendali sistem, bukan menggantikannya.” Sementara itu, Ketua Dinas Pendidikan Aceh Martunis menyambut baik rekomendasi Wamen dan berjanji mengakselerasi pemerataan infrastruktur digital.
Fajar menutup paparan dengan pesan kunci, “Deep Learning adalah alat untuk memanusiakan pendidikan. Tujuannya bukan automasi, melainkan membebaskan guru dari beban administratif sehingga mereka dapat fokus pada pengembangan karakter, nilai lokal, dan potensi unik siswa sesuai visi pendidikan Muhammadiyah yang berkemajuan.”
Acara diakhiri dengan sesi diskusi yang menghangat, di mana para kepala sekolah menyampaikan antusiasme sekaligus kekhawatiran tentang implementasi DL di daerah terpencil.
Dengan diadakannya Rakorwil ini, Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Aceh menandai babak baru kolaborasi teknologi-humanis, menuju terwujudnya generasi Aceh yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. (Agusnaidi B/Sa)-lsz

