
Sc: IDN Times
Oleh: Hajriyanto Y. Thohari*
Pada masa lalu yang tidak terlalu jauh di masa-masa kekhalifahan Arab-Islam sampai berakhirnya Perang Dunia 1 yang ditandai dengan kekalahan dan keruntuhan Turki Utsmani (Ottoman Empire) pada 1923, apa yang sekarang disebut dengan Dunia Arab (Arab World) merupakan satu entitas yang tidak terpisah-pisah. Dunia Arab adalah entitas tunggal yang merupakan bagian integral dari entitas Kekhalifahan Ottoman yang satu. Sekarang, setidaknya sejak berakhirnya Perang Dunia II, Dunia Arab terdiri atas 23 negara yang terpisah-pisah dan masing-masing berdaulat.
Kedua puluh tiga negara tersebut memiliki berbagai bentuk kenegaraan. Ada yang berbentuk monarki absolut, yakni negara-negara Arab Teluk, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Qatar, Oman, Bahrain, dan Saudi Arabia yang tergabung dalam the Arab Gulf States (AGS) atau The Gulf Cooperation Council (GCC). Ada yang berbentuk monarki konstitusional, yakni Yordania dan Maroko, Lalu ada yang berbentuk republik, yakni Suriah, Lebanon, Irak, Mesir, Tunisia, Aljazair, Libya, Mauritania, Gibuti, Sudan, dan lain-lainnya.
Negara-negara Arab Teluk yang masih mempertahankan sistem monarki sangat kuat dalam memeli- hara tradisi dan kebudayaan, Bahkan cara berpakaian mereka pun masih tetap tradisional dan tidak larut seperti bangsa-bangsa Arab lainnya. Demikian juga dengan sistem politik dan pemerintahannya.
Yang Tradisional vs Yang Modern
Dunia Arab merupakan perpaduan antara sistem politik yang tradisional dan yang modern, yang konservatif dan yang liberal, dengan hasilnya masing-masing yang sering kali sangat paradoks, anomali, dan sekaligus mengejutkan. Negara yang tradisional dan konservatif malah menjadi sangat maju dan modern; sementara yang mengklaim modern dan liberal malah sebaliknya terpuruk, kacau, dan terbelakang.
Lihatlah betapa maju dan modernnya infrastruktur dan suprastruktur negara-negara Arab Teluk dan betapa kuatnya secara ekonomi dan teknologi. Kota-kota di Arab Teluk telah menjelma menjadi kota pintar (smart city) yang setiap bidang pelayanan untuk rakyatnya terhubungkan secara online yang canggih, Tingkat kesejahteraan dan pemerataan ekonomi juga sangatlah tinggi. Negara-negara Arab Teluk yang sistem sosial dan politiknya tampak sangat tradisional dan konservatif itu sekarang ini telah menjelma menjadi negara-negara kaya dan terkaya di dunia.
Qatar dengan pendapatan per kapita 104,000 USD, mempunyai maskapai penerbangan terbaik dunia, menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, menjadi pemain politik regional dan internasional yang andal, punya televisi Al-Jazirah, dan segudang prestasi hightechnology yang lainnya. Demikian juga dengan UEA membangun wahana ruang angkasa The Hope, pusat peluncuran pesawat ruang angkasa, punya bandara internasional Dubai dan Abu Dhabi yang termasuk terbaik, terbesar, dan terpadat di dunia serta maskapai penerbangan terbesar pula di dunia, Emirat dan Ittihad, serta universitas-universitas terbaik di Timur Tengah.
Menurut QS Arab Region Universi ty Rankings 2023 dari 10 universitas terbaik di dunia Arab, sebanyak 8 di an- taranya adalah universitas-universitas di negara-negara Arab Teluk. Sepuluh universitas terbaik di Dunia Arab terse- but secara berurutan adalah (1) King Abdul Azis University (KAU), Jeddah, Saudi Arabia; (2) American University of Beirut (AUB), Beirut, Lebanon; (3) Qatar Univeristy (QU), Doha, Qatar; (4) King Fahd University of Petroleum & Mineral (KFUPU), Dhahran, Sau- di Arabia; (5) United Arab Emirates University; (6) King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia; (7) American University of Sharjah, Sharjah, UEA; (8) Sultan Qaboos University, Muscat, OM, Muscat Oman; (9) Khalifa University, Abu Dhabi, UEA; dan (10) University of Jordan, Amman.
Baca Juga: Erthogul, Tonggal Awal Daulah Turki Usmani
Lihatlah hanya ada satu universitas dari negara Arab yang berbentuk republik yang mampu menyodok masuk ke-10 besar di ranking dua, yaitu AUB, Beirut! Ini menambah satu lagi keunggulan negara-negara Arab tradisional dibandingkan negara-negara Arab yang berbentuk republik.
Tradisional tetapi Maju
Demikian juga dengan kemajuan Kerajaan Saudi Arabia Ada tiga universitas hebat di sana: King Abdul Azis University (KAU, Jeddah), King Fahd University of Petroleum & Mineral, Dhahran, dan King Saud University, Riyadh King Abdul Azis Technical University (KAU) malah sudah berhasil menggeser ranking American Univers ty of Beirut (AUB), American University in Cairo (AUC) yang selama lebih seratus tahun terakhir merajai peringkat universitas di Timur Tengah.
Belum lagi capaian perekonomian Saudi Arabia yang menjadi salah satu yang terbesar dunia, dan sederet kemajuan lainnya di bidang ekonomi, teknologi, politik, militer, dan peradaban, Walhasil, bagi negara-negara Arab Teluk, pakaian dan sistem politik boleh saja tampak tradisional dan konservatif, tetapi kinerja perekonomiannya tiada tolok bandingnya dibandingkan dengan negara-negara Arab Republik yang mengklaim maju, modern, dan liberal.
Justru negara-negara yang mengklaim modern dan liberal yang berbentuk republik dan demokrasi malah secara politik instabil, kacau, dan terpuruk; secara perekonomian miskin, terbelakang, dan berutang besar; dan lebih fatal lagi dalam hal kebebasan negara-negara Arab republik ini justru tidak kurang otoritariannya dibandingkan negara-negara yang berbentuk monarki absolut, tradisional, dan feodal Makna republika sebagai res publica (urusan publik) justru sama sekali tidak tecermin dalam pengelolaan pemerintahan. Apalagi terkait dengan kehidupan demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia.
Walhasil, yang tradisional tidak selalu terbelakang dan yang modern tidak selalu yang berkemajuan, Apalagi jika tradisionalisme dan modernisme tersebut hanya ditunjukkan dari sisi penampilan luar dan lahiriah seperti pakaian, sistem politik, dan hal-hal yang eksoteris lainnya, Soal kemajuan adalah soal nilai yang sangat berdimensi substansial. Negara-negara Arab yang meniru Barat ternyata justru tidak kunjung menyamai Barat, apalagi menjadi Barat yang maju, modern, demokratis, dan sejahtera. Banyak yang berbentuk republik justru stagnan, otoriter, dan miskin. [7/24]
*Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI di Beirut
3 Comments