Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Secara bahasa, merdeka berasal dari bahasa Sansekerta “maharddhika” yang berarti kaum terpelajar atau orang-orang bijaksana. “Sehingga makna kemerdekaan adalah kebijaksanaan dan keterpelajaran,” tutur Yudi Latif dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah dengan tema “Kemerdekaan dan Kedaulatan Akhlak”, Rabu (12/8).
Menurut Yudi, kedaulatan adalah manifestasi dari sebuah kemerdekaan yang terwujud dalam kedaulatan. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kedaulatan terbagi menjadi dua, yaitu kedaulatan ke luar dan kedaulatan ke dalam.
Kedaulatan ke luar adalah eksistensi negara yang diakui dan dihormati oleh bangsa lain. Adapun kedaulatan ke dalam adalah kemampuan suatu bangsa untuk menentukan pilihan-pilihan sendiri dengan keyakinan bahwa bangsa ini tidak terlahir sebagai pecundang.
Kedaulatan menyinggung aspek psikologis dan mental dengan meyakini bahwa bangsa ini adalah bangsa yang terhormat. Kedaulatan juga menyinggung aspek kemampuan tata kelola, aspek ekonomi dan kesejahteraan. Menurut Yudi, kedaulatan track-nya adalah akhlak yang menghubungkan antara Khalik dan makhluk.
Baca Juga: Abdul Mu’ti: Kejayaan Bangsa Ditentukan oleh Kedaulatan Akhlak
Sementara makna kemerdekaan sendiri menurut Yudi adalah keluar dari segala eksploitasi, diskriminasi, dan meningkatkan derajat kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan al-Quran, yang mana Allah akan mengangkat derajat manusia yang beriman dan berilmu berpengetahuan.
Mengutip dari teori radiasi budaya, Yudi menyampaikan bahwa daya tahan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sains dan tekonologi, estetika, dan visi spiritual. Jika suatu bangsa lemah dalam sains, tekonologi, maupun estetikanya namun masih memiliki nilai spiritual, maka bangsa tersebut masih akan tetap kukuh berdiri. Hal ini telah dibuktikan oleh bangsa Palestina yang masih kuat bertahan di tengah gempuran perang selama bertahun-tahun.
Sedangkan untuk meradiasi bangsa lain, bangsa tersebut harus menguatkan sains dan teknologinya. Ini dibuktikan oleh Korea Selatan yang telah maju jauh ke depan dengan mengembangkan sains dan teknologi, padahal mereka mendeklarasikan kemerdekaan hanya 2 hari lebih awal dari Indonesia.
Yudi menyatakan dan mengingatkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Meyakini bahwa bangsa ini adalah bangsa yang hebat –dan besar bukan bangsa yang kecil– adalah pekerjaan pertama yang harus diperbaiki oleh bangsa ini.
“Pegang teguh keseimbangan keimanan dan ilmu pengetahuan. Keimanan memberi kita kekuatan dan ketabahan suatu bangsa. Namun meradiasi luarnya dengan ilmu dan teknologi,” ucap Yudi sebagai penutup. (fathiyya)