Berita

80 Tahun TNI, Ada Doa Nyai Walidah dan Jenderal Soedirman yang Menginspirasi

Oleh: Aris Rakhmadi*

80 tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) menandai kisah panjang pengabdian, keberanian, dan keteguhan hati para prajurit yang senantiasa menjaga kedaulatan bangsa.

Selama delapan dekae, TNI telah menjadi cerminan pengalaman, pengorbanan, dan dedikasi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini mengingatkan kita bahwa pengabdian sejati bukan sekadar profesi, tetapi amanah terhadap rakyat dan negara.

Keunggulan TNI lahir bukan hanya dari strategi dan kekuatan fisik, tetapi juga dari pembentukan karakter yang kokoh, kepemimpinan yang berintegritas. Selain itu juga adanya kedisiplinan moral yang menuntun setiap langkah prajurit. Disiplin, keberanian, dan rasa tanggung jawab berpadu dengan kedekatan mereka dengan masyarakat, membentuk profesionalisme yang menjadi teladan bagi bangsa.

Kekuatan moral ini juga dipengaruhi oleh inspirasi tokoh-tokoh bangsa yang menanamkan nilai spiritual dan etika kepahlawanan. Jenderal Besar Sudirman, yang dibimbing dan diperkuat oleh doa serta bimbingan moral Nyai Siti Walidah (istri K.H Ahmad Dahlan) menjadi simbol nyata bagaimana iman dan keteguhan hati menyatu dengan pengabdian.

Teladan ini mengajarkan bahwa keberanian dalam membela bangsa selalu berpijak pada iman, karakter, dan keteladanan moral yang mendalam.

Nyai Ahmad Dahlan: Inspirasi Spiritual dan Moral

Nyai Ahmad Dahlan adalah sosok perempuan luar biasa. Ia menorehkan jejak sejarah melalui peran dakwah, pendidikan, dan kepedulian moral bagi masyarakat. Sebagai pendamping KH Ahmad Dahlan, ia tidak hanya mendukung gerakan Muhammadiyah secara organisasi, melainkan juga aktif membimbing generasi muda.

Harapannya mereka memiliki karakter yang kuat, akhlak mulia, dan semangat pengabdian yang tulus bagi bangsa dan agama. Perannya menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan memiliki dampak signifikan dalam membentuk nilai-nilai moral masyarakat.

Salah satu wujud kontribusi Nyai Ahmad Dahlan adalah mendirikan dan membina ‘Aisyiyah, organisasi perempuan yang berfokus pada pendidikan, kesehatan, dan pembinaan akhlak generasi muda.

Baca Juga: Di Tengah Keresahan Bangsa, Utamakan Persatuan dan Doa untuk Indonesia

Melalui ‘Aisyiyah, nilai-nilai iman, keikhlasan, kepedulian, dan keteladanan diajarkan secara konsisten. Sehingga setiap anggota tidak hanya terampil secara sosial, tetapi juga berpijak pada prinsip moral yang kuat. Pendidikan karakter ini menjadi pondasi bagi generasi perempuan Muhammadiyah untuk turut berperan aktif dalam pembangunan bangsa.

Selain ‘Aisyiyah, Nyai Ahmad Dahlan juga memiliki keterkaitan erat dengan Hizbul Wathan, gerakan kepanduan Muhammadiyah yang menanamkan nilai kepemimpinan, keberanian, dan cinta tanah air. Melalui kegiatan kepanduan, latihan, dan pembinaan moral, generasi muda dilatih untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berani menghadapi tantangan.

Doa Nyai Ahmad Dahlan Menginspirasi Sudirman

Kehadiran Nyai Ahmad Dahlan memberi dimensi spiritual dan moral yang memperkuat setiap aktivitas tersebut, menjadikannya lebih dari sekadar latihan fisik atau organisasi sosial. Bimbingan dan doa Nyai Ahmad Dahlan menjadi sumber kekuatan moral bagi para pejuang kemerdekaan, termasuk Jenderal Besar Soedirman.

Dalam kisah yang diabadikan dalam sejarah dan film, Soedirman pernah memohon doa serta restu dari Nyai Ahmad Dahlan sebelum memimpin perjuangan melawan penjajah. Doa tersebut bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi energi spiritual yang meneguhkan hati, memberikan ketenangan, dan menguatkan tekadnya untuk berjuang demi kemerdekaan dan kepentingan rakyat.

Teladan Nyai Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa pengabdian sejati berpadu dengan iman dan karakter moral. Generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan, memperoleh inspirasi dari keteladanan beliau. Bahwa keberanian, kepedulian, dan keikhlasan tidak hanya dibangun melalui fisik atau strategi, tetapi melalui landasan spiritual yang kokoh.

Nilai-nilai ini kemudian terus diwariskan, mengalir hingga ke TNI melalui sosok Soedirman, dan menjadi warisan moral yang relevan bagi perjalanan bangsa hingga kini.

Jenderal Besar Sudirman:Keteguhan dan Perjuangan

Jenderal Besar Soedirman adalah sosok yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan Muhammadiyah, di mana nilai-nilai iman, disiplin, dan kepemimpinan ditanamkan sejak dini.

Sebagai kader Hizbul Wathan, ia terbiasa dengan kegiatan kepanduan yang menekankan keberanian, tanggung jawab, dan pengabdian kepada masyarakat dan bangsa. Pendidikan karakter ini membentuk pribadi Sudirman yang tegar, sederhana, dan visioner, sekaligus menjadi teladan bagi generasi penerus dalam menggabungkan kepemimpinan dengan keimanan.

Keteguhan Sudirman semakin nyata ketika ia memimpin perang gerilya melawan Belanda, meskipun dalam kondisi sakit parah akibat penyakit paru-paru kronis. Tubuh yang lemah tidak mengurangi tekadnya untuk berada di garis depan, membimbing pasukan, dan menggerakkan rakyat mempertahankan kemerdekaan.

Setiap langkahnya mencerminkan keberanian yang berpijak pada prinsip moral dan spiritual yang telah dibina sejak masa muda. Salah satu sumber kekuatan Sudirman adalah doa dan restu Nyai Ahmad Dahlan, yang senantiasa memberikan bimbingan moral dan spiritual.

Restu ini menjadi energi yang meneguhkan hatinya, menambah ketenangan jiwa, dan memperkuat tekad untuk memimpin perjuangan demi kepentingan rakyat dan bangsa. Kekuatan spiritual ini membuktikan bahwa pengabdian sejati lahir dari perpaduan iman, keteguhan hati, dan pendidikan karakter.

Prinsip Al-Qur’an

Perjuangan Sudirman selaras dengan prinsip bahwa keberanian dan pengabdian yang berpadu dengan iman akan menghadirkan kekuatan luar biasa. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Āli-‘Imrān [3]:160:
إِن يَنصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا الَّذِي يَنصُرُكُمْ مِن بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Jika Allah menolongmu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu; dan jika Dia meninggalkanmu, maka siapakah yang dapat menolongmu sesudah-Nya? Kepada Allah-lah orang-orang beriman bertawakkal.”

Keteladanan Sudirman mengingatkan setiap prajurit dan generasi bangsa bahwa tawakkal kepada Allah, disertai disiplin dan pengorbanan nyata, adalah kunci mempertahankan kemerdekaan dan menjunjung tinggi kedaulatan negara. Iman yang teguh memberi kekuatan moral dan spiritual, yang menjadi fondasi bagi pengabdian sejati dalam segala situasi.

Keteguhan dan kepemimpinan Soedirman menjadi inspirasi abadi bagi TNI dan seluruh bangsa. Semangatnya menunjukkan bahwa keberanian bukan hanya soal fisik, tetapi lahir dari hati yang dipenuhi iman dan keikhlasan.

Perjuangan beliau menguatkan prinsip bahwa setiap pengabdian kepada bangsa merupakan wujud ibadah sosial yang mulia, dan nilai-nilai ini tetap relevan bagi TNI hingga usia ke-80 dan seterusnya.

Kuatkan TNI dengan Semangat dan Doa Nyai Walidah

Nilai-nilai yang diajarkan Hizbul Wathan dan keteladanan Jenderal Besar Sudirman tetap relevan bagi TNI dalam menghadapi perjalanan modernnya. Kekuatan iman yang berpadu dengan keberanian, profesionalisme yang seiring dengan kedekatan dengan rakyat, serta disiplin yang dipadukan dengan kesederhanaan menjadi prinsip-prinsip penting yang membentuk karakter prajurit masa kini.

Pelajaran ini menunjukkan bahwa pengabdian kepada bangsa bukan sekadar strategi atau peralatan militer, tetapi lahir dari fondasi moral, spiritual, dan pendidikan karakter yang kokoh.
>Kolaborasi nilai antara Muhammadiyah, melalui HW dan inspirasi Sudirman, dengan semangat TNI perlu terus ditumbuhkembangkan agar sejalan dengan dinamika pertahanan dan tantangan zaman.

Semangat ini menegaskan bahwa karakter, integritas, dan pengabdian yang tulus adalah modal utama dalam menjaga kedaulatan negara. Dengan demikian, TNI tidak hanya menjadi penjaga bangsa, tetapi juga teladan moral yang menginspirasi masyarakat dan generasi penerus, memperkuat ikatan antara profesionalisme militer dan nilai-nilai luhur spiritual.

Peringatan HUT TNI ke-80 bukan sekadar angka atau simbol usia organisasi, melainkan momentum refleksi atas perjalanan panjang pengabdian, keberanian, dan profesionalisme para prajurit. Momen ini mengingatkan kita bahwa pengabdian sejati lahir dari keteguhan hati, iman yang kokoh, dan pendidikan karakter yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Inspirasi dari tokoh-tokoh bangsa, khususnya dari lingkungan Muhammadiyah, tetap menjadi pijakan moral yang membimbing langkah TNI hingga hari ini.

Keteladanan Nyai Walidah dan Sudirman bagi TNI

Doa dan keteladanan Nyai Ahmad Dahlan, yang memperkuat moral dan spiritual para pejuang, berpadu dengan keteguhan Jenderal Besar Sudirman, memberikan teladan bagi setiap prajurit tentang pengabdian, keberanian, dan disiplin. Kombinasi inspirasi ini menunjukkan bahwa iman, keikhlasan, dan kepedulian moral adalah fondasi yang meneguhkan pengabdian kepada bangsa dan negara.

Semangat inilah yang sepatutnya terus dikembangkan dalam perjalanan modern TNI, agar profesionalisme militer tetap berpijak pada nilai-nilai luhur spiritual.

Teladan pengabdian ini sejalan dengan firman Allah:
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَتَوَكَّلُوا عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia tidak menjadikan bagi kamu kesulitan dalam agama. (Yaitu) agama nenek moyangmu, Ibrahim. Dia menamakan kamu orang-orang Muslim sebelumnya, dan (agar) Rasul menjadi saksi atas kamu, dan kamu menjadi saksi atas manusia. Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai Pelindung.” (QS. Al-Hajj [22]:78)

Pengabdian sejati kepada bangsa adalah bentuk iman yang hidup, sebagaimana ditegaskan dalam ayat ini.

Semoga peringatan HUT TNI ke-80 membangkitkan kesadaran akan tanggung jawab yang luhur, menumbuhkan keberanian yang berpijak pada disiplin, dan meneguhkan cinta tanah air dalam hati setiap prajurit.

Doa Nyai Ahmad Dahlan dan keteguhan Jenderal Sudirman menjadi teladan abadi, mengajarkan bahwa setiap langkah pengabdian adalah jejak sejarah dan ibadah yang bernilai kekal.

*Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Mahasiswa S3 Doktor Informatika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

Related posts
Politik dan Hukum

Walkout terhadap Israel di PBB: Moral Kolektif untuk Menolak Kezaliman

Oleh: Aris Rakhmadi* Fenomena walkout di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjadi sorotan dunia internasional….
Politik dan Hukum

Dari Sidang PBB ke Spirit Al-Qur’an: Indonesia dan Solidaritas Palestina

Oleh: Aris Rakhmadi* Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2025 menjadi salah satu peristiwa penting dalam panggung politik global. Di forum…
Berita

Bimbingan Manasik Haji dan Umrah, KBIHU Armina Sukoharjo Kuatkan Pemahaman Fikih Perempuan

Sukoharjo, Suara ‘Aisyiyah – Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Armina Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo, Jawa Tengah menyelenggarakan bimbingan manasik…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *