Pontianak, Suara ‘Aisyiyah – Dalam suasana hangat dan reflektif, Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan menyampaikan lima pesan penting bagi para pengampu program dalam pertemuan Refleksi, Monitoring, dan Evaluasi Program JISRA Eco Bhinneka Muhammadiyah di Pontianak, Rabu (8/10/25).
Kegiatan ini dihadiri perwakilan dari empat wilayah pelaksana program —Pontianak, Ternate, Surakarta, dan Banyuwangi— yang sejak 2021 menjadi bagian dari gerakan lintas iman untuk melestarikan lingkungan.
Dalam sambutannya, Hening mengajak peserta untuk meneguhkan komitmen kaderisasi. Menurutnya, pengkaderan harus berjalan secara kultural agar melahirkan kader yang tangguh, berintegritas, dan siap melanjutkan perjuangan di berbagai level organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
“Pesan Pak Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selalu saya ingat: lakukan pengkaderan secara kultural,” ujarnya.
Hening juga menekankan pentingnya melakukan pekerjaan yang berdampak luas dan berkelanjutan.
Ia mencontohkan bagaimana tim Eco Bhinneka di lapangan telah mengembangkan inisiatif konkret —dari dialog lintas iman hingga aksi lingkungan seperti besuk sungai, bersih pantai, tanam pohon, hingga melakukan beragam pelatihan.
“Saat menghadiri Reflection Meeting Program JISRA di Kenya, saya mendengar banyak dialog lintas iman, tapi tidak ada yang seluas dan seberkelanjutan kerja teman-teman Eco Bhinneka Muhammadiyah di lapangan,” katanya bangga.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa perluasan jangkauan kerja harus disertai kemampuan membangun narasi yang kuat. Bagi Hening, narasi bukan sekadar komunikasi, melainkan cara melihat realitas dengan “kacamata kecil” agar lebih jernih dan manusiawi.
Baca Juga: Perempuan dan Literasi Iklim
“Sering kali kita memakai kacamata besar organisasi hingga lupa melihat hal-hal kecil di depan mata. Padahal, dengan kacamata kecil, kita bisa menangkap makna yang sesungguhnya,” jelasnya.
Narasi yang dekat dengan pengalaman di lapangan, katanya, akan membuat kerja-kerja baik Eco Bhinneka lebih mudah dipahami dan diteruskan oleh banyak pihak.
Pesan keempat adalah pentingnya mensyukuri kemenangan-kemenangan kecil. Bagi Hening, keberhasilan sejati diukur dari proses dan perubahan nyata yang tumbuh dari komunitas.
Ia mencontohkan pengalaman di berbagai regional, di mana Eco Bhinneka Muhammadiyah dan anak muda lintas iman menumbuhkan solidaritas antarwarga di desa dampingan program. “Kemenangan kecil adalah kemenangan yang sesungguhnya,” ujarnya.
Terakhir, Hening menegaskan pentingnya terus berinovasi. Menurutnya, inovasi tidak harus besar; justru dari langkah-langkah kecil, pembelajaran baru lahir dan menjadi modal untuk tumbuh.
Ia menyebut pengalaman pengampu program mengikuti pelatihan outcome harvesting dalam proses monitoring and evaluation sebagai contoh nyata bagaimana inovasi kecil bisa menjadi bahan belajar berharga bagi organisasi. “Dari satu langkah kecil ke dua, tiga, dan seterusnya,” katanya.
Menutup refleksi, Hening berharap semangat ini menjadi pijakan untuk melahirkan inisiatif baru. “Semoga ini tidak berakhir hari ini, tapi menjadi modal bagi teman-teman untuk mulai lagi. Silakan bentuk Eco Bhinneka Muhammadiyah di berbagai daerah yang lainnya,” ujarnya.