Berita

26 Tokoh Tulis Buku untuk Haedar Nashir, Sang Begawan Moderasi

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Selasa siang (23/4), langit-langit Kota Yogyakarta tampak gelap akibat mendung. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan semangat lebih dari 200 peserta yang berkendara menuju Auditorium Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) demi mengikuti kegiatan Diskusi dan Bedah Buku “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir”.

Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan 26 tokoh dari berbagai latar belakang disiplin ilmu, organisasi, bahkan agama yang menggali pemikiran dan peran Prof. Haedar Nashir, baik sebagai nakhoda Muhammadiyah maupun tokoh bangsa. Buku tersebut ditulis tanpa sepengetahuan Prof. Haedar sebagai hadiah milad ke-66, yang disusunkan oleh dua aktivis muda Muhammadiyah, yakni Fajar Riza Ul Haq dan Azaki Khoirudin.

Di antara para penulisnya adalah Siti Ruhaini Dzuhayatin(Guru Besar UIN Sunan Kalijaga) dan Muhammad Najib Azca (Dosen Fisipol UGM). Keduanya juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut, bersama Sugeng Bayu Wahyono (Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta) dan Pendeta Izak Lattu (Dosen Fakultas Teologi UKSW).

Mengawali sesi diskusi, Siti Ruhaini menyebut Indonesia sebagai negara dengan ethnoreligious communality yang beragam. Ia membandingkan dengan negara lain seperti Afganistan dengan ragam etnis atau agama yang lebih sedikit, namun memiliki tantangan konflik yang besar.

Sementara Indonesia bisa bersatu dimana rakyatnya tetap mampu berakar pada ethnoreligious-nya masing-masing. Hal ini menurut Ruhaini tidaklah terlepas dari fondasi bangsa yang turut dibangun lewat sejarah kontribusi organisasi keagamaan. Perempuan yang juga alumni Sosiologi UGM tersebut menyampaikan, “Seringkali yang merawat kebangsaan ini adalah organisasi-organisasi keagamaan.”

Ia juga menceritakan bahwa artikelnya yang berjudul “Haedar Nashir dan Moderasi Politik Muhammadiyah: Penghela, Narrative Maker, dan Walk the Talk” menyorot keunikan sosok Haedar sebagai seorang pemimpin yang mampu menarik dan menjaga berbagai spektrum pemikiran dalam persyarikatan Muhammadiyah.

Baca Juga: Dakwah Moderasi Islam Muhammadiyah-‘Aisyiyah

Selanjutnya, Muhammad Najib Azca yang menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyebut Prof. Haedar dengan mengatakan, “Ini menarik. Ada seorang tokoh begawan moderasi yang punya background sosiolog.” Menurutnya, perjalanan akademik dan intelektual Haedar membentuk dan mewarnai pemikiran keagamaan dan kebangsaan tokoh Muhammadiyah tersebut.

Dalam artikelnya yang berjudul “Haedar Nashir sebagai Begawan Moderasi: Refleksi Sosiologis”, Azca meniti perjalanan akademik Haedar sejak ketika melakukan penelitian tesis yang dijuduli “Perilaku Elite Politik Muhammadiyah di Pekajangan”. Sebagai informasi, Pekajangan adalah salah satu desa di Pekalongan. Lewat riset tersebut, Azca melihat adanya dorongan Haedar untuk menggali dinamika internal organisasi yang memayunginya.

Selanjutnya, usai khatam dengan ‘dunia dalam’ Muhammadiyah, Haedar melebarkan sayap dengan meneliti gerakan salafiyah ideologis yang menjadi topik disertasinya. Dalam artikelnya, Azca menulis, “Sebagai sosiolog dan sekaligus pemimpin umat, Mas Haedar harus memahami dinamika keumatan yang lebih luas sehingga bisa menavigasi ragam gerakan umat yang lebih baik.”

Puncaknya adalah pidato Haedar pada pengukuhannya sebagai guru besar sosiologi yang mengangkat topik “Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologi”. Menurut Azca, trajektori akademik sosiologisnya menjadi lengkap dengan mengkaji ‘dunia dalam’ Muhammadiyah, lalu dinamika gerakan Islam lebih luas, dan berpuncak pada refleksi moderasi kebangsaan lewat pidato pengukuhannya.

Kegiatan diskusi siang itu merupakan kolaborasi antara Departemen Sosiologi UGM, yang merupakan almamater Prof. Haedar Nashir, dan media IBTimes, yang baru saja merayakan ulang tahun ke-5 pada tanggal 10 April. Di awal, sosiolog yang juga disebut-sebut sebagai begawan moderasi beragama tersebut memberikan pengantar sebelum dimulainya diskusi. Pemaparan Prof. Haedar yang dapat disimak pada berita terpisah. (Ahimsa)

Related posts
Berita

Launching Buku Kewirausahaan, Haedar Nashir: Muhammadiyah adalah Pelopor Gerakan Kewirausahaan Sosial

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyebut, Muhammadiyah adalah pelopor gerakan kewirausahaan sosial (social entreprise) di…
Berita

Tanggapi Libur Sekolah Bulan Ramadan, Haedar Nashir: Paling Penting Bina Akhlak dan Akal Budi

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Terkait dengan rencana libur sekolah selama Bulan Ramadan, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan bahwa…
Berita

Buka Tanwir I Aisyiyah, Haedar Nashir: Tanwir sebagai Praksis Membebaskan dari Kebodohan

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Tanwir I ‘Aisyiyah resmi dibuka pada Rabu (15/1) oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir di…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *