Finansial

Efek Positif Ramadan dan Lebaran bagi Ekonomi Umat

Sc: Indozone Beauty
Sc: Indozone Beauty

Sc: Indozone Beauty

Oleh: Leonita Siwiyanti*

Selama bulan Ramadan, pasar tradisional menjadi pusat aktivitas pedagang dalam menjajakan berbagai makanan khas untuk berbuka puasa. Hal ini dapat menciptakan momentum ekonomi yang signifikan. Selain itu, industri makanan dan minuman juga mendapat keuntungan besar dengan ramainya restoran dan warung makan. Sehingga muncul persaingan dalam menawarkan menu spesial berbuka puasa.

Lebaran meningkatkan silaturahmi, memberikan dorongan pada para pelaku usaha ritel dalam meningkatkan penjualan. Namun, tantangan muncul berupa penurunan permintaan, strategi pasar, stok berlimpah, dan persaingan ketat. Lonjakan ekonomi mungkin menutupi masa pasca-lebaran, namun pelaku usaha harus adaptif.

Di balik kebersamaan dan spiritualitas yang terpancar, momen Ramadan dan lebaran membawa konsekuensi ekonomi yang signifikan. Meskipun memberikan berkah dalam konsumsi dan bisnis, momen ini juga menghadirkan tantangan dan peluang yang harus diatasi oleh pelaku usaha.

Melihat dinamika ini, para pengusaha dapat memanfaatkan momentum ini secara maksimal untuk mencapai kesuksesan jangka panjang. Sehingga, muncul pertanyaan, “Apakah Ramadan dan lebaran memiliki efek yang positif bagi perekonomian umat?”

Ramadan Membawa Berkah dalam Konsumsi dan Bisnis

Ramadan tdak hanya memberikan inspirasi spiritualitas bagi umat Islam, tetapi juga memberikan dorongan ekonomi yang signifikan. Pasar tradisional menjadi pusat aktivitas yang ramai di tengah kita menjalankan puasa dan ibadah. Pedagang menjajakan berbagai makanan khas untuk berbuka puasa, menyediakan hidangan lezat untuk dinikmati bersama keluarga.

Kita juga bisa membaca berita yang viral tentang war takjil, yakni Ketika para konsumen nonis (nonmuslim) berebut hidangan takjil. Semua itu membuat Ramadan semakin semarak, tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi para pedagangnya.

Dampak terbesar yang dapat dirasakan yakni industri makanan dan minuman memanen keuntungan yang besar. Warung makan bersaing dalam menawarkan menu spesial berbuka puasa. S

aat di penghujung Ramadan, ramai orang melakukan bukber (buka bersama) dengan kawan, rekan kerja, atau keluarga. Ajang ini menjadi momentum yang berharga untuk para pengusaha industri kuliner berinovasi dalam menciptakan gebrakan kreatif agar menarik konsumen.

Selain itu, pasar ritel juga mengalami lonjakan penjualan dengan peningkatan permintaan terhadap produk-produk seperti kurma, buah-buahan, dan bahan-bahan untuk persiapan lebaran. Permintaan ini tidak hanya mencakup produk-produk konsumsi sehari-hari, tetapi juga barang-barang kebutuhan seperti pakaian dan perlengkapan untuk merayakan Idulfitri. Hal ini menciptakan lingkungan bisnis yang berkembang dan memberikan kesempatan bagi para pedagang untuk meningkatkan penjualan mereka.

Ramadan tidak hanya momen untuk refleksi spiritual. Namun juga merupakan periode penting dalam kalender ekonomi bagi banyak komunitas muslim di seluruh dunia. Keterlibatan aktif dalam kegiatan ekonomi selama bulan suci ini tidak hanya memperkaya pengalaman sosial dan budaya, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.

Oleh karena itu, penting untuk mengakui peran penting yang dimainkan oleh Ramadan dalam memperkuat ikatan antara dimensi spiritual dan materi dalam kehidupan umat muslim.

Lebaran sebagai Ajang Gebyar Konsumsi dan Bisnis

Lebaran sebagai waktu yang sangat istimewa dan berharga dalam kehidupan seorang muslim. Lebaran bukan sekadar momen untuk merayakan akhir dari bulan Ramadan, tetapi juga sebagai waktu yang penuh kebahagiaan dan kebersamaan bersama keluarga dan kerabat. Tradisi silaturahmi yang dijunjung tinggi selama lebaran menciptakan ikatan yang kuat antara sesama umat muslim di seluruh negeri.

Baca Juga: Mudik Lebaran: Sarana Relaksasi Keluarga

Pergerakan masyarakat di libur lebaran tahun ini diperkirakan mencapai 193,6 juta orang, meningkat dari 123,8 juta orang pada masa lebaran tahun sebelumnya. Menurut Kemenparekraf hasil dari kajian yang dilakukan, memproyeksikan perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif akan mencapai Rp276,11 triliun. Namun, Menparekraf memprediksi angka yang lebih tinggi lagi yaitu sekitar Rp350 triliun sampai Rp400 triliun.

Lonjakan ekonomi yang terjadi ini menunjukkan bahwa libur lebaran memiliki dampak yang signifikan terhadap aktivitas ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kenaikan jumlah pengunjung yang cukup tajam dari tahun sebelumnya memberikan peluang besar bagi pelaku usaha untuk meningkatkan penjualan dan pendapatan. Dengan demikian, prediksi angka proyeksi yang lebih tinggi dari yang telah disampaikan sebelumnya menunjukkan pentingnya sektor ini dalam mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Tantangan dan Peluang Usaha di Tengah Perubahan Daya Beli Pascalebaran

Meskipun Ramadan dan lebaran memberikan dampak ekonomi yang signifikan, masih ada tantangan yang harus dihadapi para pelaku usaha. Hal ini terkait dengan pola konsumsi yang cenderung fluktuatif. Lonjakan konsumsi selama periode perayaan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi sementara. Namum hal ini sering diikuti oleh penurunan yang signifikan setelah perayaan berakhir. Fenomena ini telah menjadi pola tahunan yang diamati oleh para analis ekonomi.

Sementara itu, momen ini juga memberikan peluang bagi pelaku usaha yang cerdas untuk memanfaatkan platform digital dalam mempromosikan produk mereka. Melalui strategi pemasaran digital yang tepat, mereka dapat meningkatkan visibilitas merek dan menjangkau konsumen yang lebih luas. Survei yang dilakukan oleh Deloitte pada tahun 2023 menunjukkan bahwa preferensi konsumen Indonesia semakin bergeser ke arah berbelanja secara online, sehingga memperkuat pentingnya kehadiran digital bagi pelaku usaha.

Agar dapat mengantisipasi penurunan omset pasca-lebaran, pelaku usaha perlu melakukan beberapa langkah strategis. Pertama,  membuat analisis data penjualan tahun sebelumnya untuk pola penurunan dan rencanakan strategi. Kelola stok dengan bijak, cukup untuk permintaan tapi hindari kelebihan. Gunakan promosi dan diskon pasca-lebaran untuk menarik pelanggan. Pertimbangkan penambahan atau perubahan produk sesuai permintaan pasar. Jalin kemitraan dengan penyedia jasa pengiriman atau platform e-commerce, dan pertahankan inovasi dalam bisnis. Semua langkah ini dapat membantu mengatasi penurunan omset pasca-lebaran dengan lebih efektif, serta menjaga kualitas layanan pelanggan.

*Sekretaris Umum PDA Kabupaten Sukabumi dan Dosen Program Studi Manajemen Retail Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

Related posts
Keluarga Sakinah

Mudik Lebaran: Sarana Relaksasi Keluarga

Umat Muslim telah menjalani Hari Raya Idul Fitri 1444 H yang jatuh pada 10 April 2024. Artinya, masyarakat perantau akan atau telah…
Kalam

Idulfitri: Menyucikan Jiwa Menguatkan Fitrah

Oleh: Andy Dermawan* Salah satu hari besar Islam yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam adalah Idulfitri. Sebagian besar umat Islam menganggap…
Berita

Santunan Keluarga Aisyiyah Digelar MKS PCA Kotagede

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pada Jumat (5/4) di rumah keluarga Ari, Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Kotagede  menggelar Taawun…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *