Kalam

Birrul Walidain

Birrul Walidain
Birrul Walidain

Birrul Walidain

Oleh: Cholifah Syukri

Pengorbanan orang tua dalam kehidupan kita sangat besar. Mereka merawat dan menjaga kita sejak kita masih kecil, terutama ibu. Ibu telah mengandung selama sembilan bulan dan menyusui selama dua tahun. Jika kita sakit, kadang-kadang semalaman orang tua tidak tidur untuk merawat kita. Tindakan seperti itu kadang-kadang dilakukan oleh orang tua selama berhari-hari hingga kita sembuh.

Orang tua (bapak–ibu) adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Merekalah yang telah berjuang lahir-batin mendewasakan dan mendidik kita supaya menjadi seorang yang baik dan dihormati oleh masyarakat. Mereka pula yang telah mendidik kita sehingga dapat menjadi orang yang  bekerja dan hidup secara mandiri, serta menjadi orang terhormat. Al-Quran menyebut hal ini sebagai qurrota a’yun, yaitu penyenang hati/penyejuk hati, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Furqan ayat 74:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Artinya, “dan orang-orang yang berkata, ya Tuhan kami anugerahkanlah kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertakwa”.

Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua terdapat dalam firman Allah swt. dalam al-Quran surat Luqman ayat 14:

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

 Artinya, “Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya…”

Meskipun mereka (orang tua) tidak pernah menuntut balasan, menjadi kewajiban kita untuk berbuat baik kepada  mereka,  birrul-walidain. Rasulullah saw. berpesan dalam hadis riwayat Al-Hakim:

Artinya, “Berbuat baiklah kamu terhadap bapakmu, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik terhadap kamu” (HR. Al-Hakim).

Dalam hadis riwayat lain beliau menekankan persoalan birrul-walidain ini. Demikian ceritanya: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw., lalu berkata, “Wahai Rasulallah, siapa yang berhak aku pergauli dengan baik? Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa?” tanyanya pula. Nabi menjawab, “Bapakmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Pramurukti: Merawat Orang Tua dengan Hati dan Dedikasi

Lebih jauh, Rasulallah saw. mewasiatkan,  “Barang siapa yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya, bahagialah baginya dan Allah menambah umurnya” (HR. Bukhari).

Birrul-walidain adalah berbuat kebaikan tehadap kedua orang tua. Birrul walidain itu antara lain: pertama, mencintai secara tulus. Artinya, mencintai kedua orang tua kita dengan hati, bukan hanya secara lahiriah. Kedua, bersikap santun, hormat, berbicara secara halus, lemah lembut di hadapan kedua orang tuanya. Bertutur kata secara halus dan baik, misalnya dalam kehidupan orang Jawa menggunakan bahasa yang halus, yaitu kromo atau kromo inggil. Jika tidak ada tradisi bahasa seperti dalam kehidupan orang Jawa, supaya menggunakan bahasa yang baik dan santun.

Ketiga, jika orang tuanya kesulitan supaya selalu berusaha mengatasi. Jika orang tua sakit supaya merawatnya, mengantar memeriksakan ke rumah sakit, dokter, mencarikan obat, menemani dan mengingatkan untuk selalu minum obat dan berdoa. Jika tiba waktu shalat, mengingatkan dengan baik untuk melaksanakan shalat. Keempat, melaksanakan perintah-perintahnya yang baik. Perintah-perintah yang tidak baik, misalnya berbuat syirik, tidak perlu dilakukan, tetapi tetap bersikap baik dengan mereka; tidak bersikap kasar, berkata pun disuruh dengan bahasa yang halus/lembut.

Kelima, menyantuni kebutuhan sehari-hari; menyediakan makan, minum yang sehat, halal yang digemari beliau. Keenam, menjaga kesehatan, seperti mengingatkan berolah raga raga ringan, makan makanan yang bergizi yang telah kita sediakan. Ketujuh, menjaga nama baik/kehormatan orang tua. Kedelapan, meneruskan cita-citanya. Kesembilan, selalu menyambung silaturahim dengan teman-teman kedua orang tuanya. Kesepuluh, mendoakan kebaikan orang tua.

Selanjutnya, terdapat sejumlah kewajiban dan tanggung jawab anak kepada orang tua. Pertama, membantu usaha orang tua, meringankan beban orang tua. Sebagai contoh, jika orang tua seorang petani, maka anak yang sudah mampu supaya membantu orang tuanya mengolah sawah, memelihara ternak dan lain. Sementara itu, jika orang tuanya pedagang, maka anak membantu orang tuanya memasarkan dagangannya, menata tokonya, dan melayani pembeli. Jika orang tuanya seorang guru, maka anak membantu orang tuanya dalam membuat persiapan mengajar.

Kedua, menyantuni orang tua, lebih-lebih ketika orang tua sudah kurang sehat. Anak perlu menyediakan tempat tinggal yang layak dalam arti  baik, lingkungannya bersih, udaranya segar dan suasananya nyaman; menyediakan makanan yang sehat, halal, bergizi dan menjadi kesukaannya, membantu menyediakan keperluan-keperluan lain, seperti keperluan untuk beribadah, ke masjid, bersilaturahim, misalnya kendaraan. Apabila orang tuanya tidak mampu dan belum menjalankan ibadah haji, anak yang memiliki kemampuan dapat mengantarkan haji orang tuanya.

Ketiga, kewajiban setelah orang tua meninggal. Selalu mikul duwur mendem duwur, yaitu menutupi kekurangannya, aibnya, dan menonjolkan kebaikan-kebaikannya; melakukan silaturahim dengan sahabat-sahabat orang tuanya; serta selalu mendoakan orang tuanya agar diampuni dosanya dan diberi tempat yang mulia di sisinya. Selain itu, dapat pula berupa mendoakan orang tuanya setiap saat, terutama setelah melaksanakan shalat; melunasi kewajiban-kewajiban orang tua yang belum sempat dilaksanakan, misalnya hutang, janji, dan lain-lain; serta melakukan silaturahim ke sahabat-sahabat orang tua kita.

Wallahu’alam bishshawwab

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *